The Satanic Verses: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k fix |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 23:
[[Berkas:Salman Rushdie signierend, 2017 Literaturfest München.jpg|jmpl|[[Salman Rushdie]], 2017]]
'''''The Satanic Verses''''' adalah [[novel]] keempat karya penulis [[Inggris]]-[[India]], [[Salman Rushdie]]. Pertama kali diterbitkan pada bulan September 1988, buku ini terinspirasi oleh kehidupan [[nabi]] [[Islam]] [[Muhammad]]. Seperti buku-bukunya yang lain, Rushdie menggunakan [[realisme magis]] dan mengandalkan peristiwa dan tokoh-tokoh kontemporer untuk membentuk karakter-karakternya. Judul novel ini mengacu pada insiden [[ayat-ayat setan]],<ref name="Erickson">{{Cite book|last=Erickson|first=John D.|year=1998|title=Islam and Postcolonial Narrative|url=https://archive.org/details/islampostcolonia00eric|location=Cambridge, UK|publisher=Cambridge University Press|isbn=0-521-59423-5|pages=[https://archive.org/details/islampostcolonia00eric/page/n142 129]–160|chapter=The view from underneath: Salman Rushdie's ''Satanic Verses''|doi=10.1017/CBO9780511585357.006}}</ref> yang merupakan sebuah peristiwa pada masa hidupnya Muhammad, di mana ia pernah mengaku bahwa ayat-ayat yang telah
Novel ini mendapat penilaian yang sangat positif secara luas dari para kritikus, dan merupakan finalis Booker Prize 1988, dan memenangkan Whitbread Award pada tahun 1988 untuk novel terbaik untuk tahun tersebut.<ref name="Netton">{{Cite book|title=Text and Trauma: An East-West Primer|url=https://archive.org/details/texttraumaeastwe0000nett|first=Ian Richard |last=Netton|year=1996|publisher=Routledge Curzon|location=Richmond, UK |isbn=0-7007-0326-8 }}</ref> Timothy Brennan menyebut karya ini sebagai "novel paling ambisius yang pernah diterbitkan yang membahas pengalaman seorang imigran di Inggris".
Baris 32:
The Satanic Verses terdiri dari narasi bingkai, dengan menggunakan elemen [[realisme magis]], yang disisipi dengan serangkaian sub-plot yang dinarasikan sebagai penglihatan yang dialami oleh salah satu protagonis. Bingkai narasinya, seperti banyak karya Rushdie lainnya, melibatkan [[ekspatriat]] [[India]] di [[Inggris]] kontemporer. Dua [[protagonis]], Gibreel Farishta dan Saladin Chamcha, keduanya adalah aktor yang berlatar belakang [[Muslim]] India. Farishta adalah seorang bintang [[Bollywood]] yang berspesialisasi dalam memerankan tokoh-tokoh suci, ia juga tergila-gila dengan konsep [[reinkarnasi]]. Sedangkan Chamcha adalah seorang [[Emigrasi|emigran]] yang telah memutuskan hubungan dengan identitas India-nya dan bekerja sebagai pengisi suara di Inggris.
Pada awal cerita, keduanya terjebak di dalam pesawat yang sedang dibajak, dalam penerbangan dari India ke Inggris.<ref>{{Cite book|last=Patrascu|first=Ecaterina|year=2013|title=Between categories, beyond boundaries: Arte, ciudad e identidad|location=Granada|publisher=Libargo|isbn=978-84-938812-9-0|pages=100–111|chapter=Voices of the "Dream-Vilayet" – The Image of London in The Satanic Verses}}</ref> Pesawat meledak di atas Selat Inggris, tetapi keduanya secara ajaib selamat. Dalam transformasi gaib, Farishta berubah menjadi [[Jibril|Malaikat Jibril]] sedangkan Chamcha menjadi [[Iblis]]. Ketika Farishta berubah menjadi Malaikat Jibril. Dia mendapatkan serangkaian penglihatan, salah satunya tentang seorang pebisnis bernama Mahound (yang diduga kuat sebagai adaptasi dari [[
Mahound adalah seorang yang mengaku sebagai Nabi di kota padang pasir bernama Jahilia. Ia mengklaim mendapat [[wahyu]] ketika menyendiri di gunung bernama Cone, yang mengilhaminya untuk mendirikan agama baru dengan [[Monoteisme|Tuhan yang satu]]. Sedangkan penduduk Jahilia menganut [[politeisme]]. Melihat agama Mahound berkembang secara bertahap, seorang petinggi Jahilia bernama Abu Simbel membujuk Mahound kalau dirinya akan mengajak seluruh rakyat Jahilia untuk beriman kepada agama Mahound, dengan syarat Mahound harus mengakui 3 [[Dewi]] Jahiliah sebagai bawahan Tuhannya Mahound.
|