Hak asasi manusia di dunia maya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 20 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
|||
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
'''Hak asasi manusia di dunia maya''' merupakan sebuah lingkup hukum yang relatif baru. Hal ini dinyatakan oleh [[Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa]] ([[UNHRC]]) yang menganggap bahwa kebebasan berekspresi juga mencakup kebebasan untuk mendapatkan dan menyampaikan informasi, ide, dan gagasan di internet
== Privasi publik ==
Privasi publik mencakup [[kebebasan informasi]] dan
Hak atas kebebasan ini telah diatur dalam berbagai [[traktat]] internasional.<ref name="ReferenceA"/>{{rp|3}} Hak ini termasuk hak untuk mendapatkan dan memberikan informasi dan ide serta mempertahankan pendapat tanpa interferensi dari pihak lain. Kebebasan ini juga berlaku di media apapun, termasuk platform internet atau media sosial.<ref name="ReferenceA" />{{rp|3}}
Baris 9 ⟶ 10:
== Keamanan siber ==
{{Main|Keamanan komputer}}
Seiring dengan meningkatnya pembajakan dan virus komputer, [[World Wide Web]] ([[World Wide Web|WWW]]) menjadi
==Pelanggaran==
===Perundungan siber
Tingkah laku diskriminatif yang terjadi di dunia nyata dapat pula terjadi secara daring. Salah satu tingkah laku tersebut adalah perundungan siber atau juga disebut sebagai [[intimidasi dunia maya]].
===Rasisme di internet===
Rasisme di internet dapat berupa komentar bernada rasis dari seseorang atau partisipasi seseorang dalam grup rasis di media sosial.<ref name=":1">{{Cite journal|date=September 2013|title=Background paper: Human rights in cyberspace|url=https://humanrights.gov.au/sites/default/files/document/publication/human_rights_cyberspace.pdf|journal=|publisher=Australian Human Rights Commission|pages=13-14|access-date=30 November 2021|archive-date=2023-05-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20230528233734/https://humanrights.gov.au/sites/default/files/document/publication/human_rights_cyberspace.pdf|dead-url=no}}</ref> Salah satu contoh dari perilaku ini adalah sebuah halaman di [[Facebook (jejaring sosial)|Facebook]] yang sering mengunggah [[meme]] bernada rasis terhadap [[Pribumi-Australia|suku Aborigin]]. Sebuah laporan menyatakan bahwa Facebook menganggap halaman tersebut sebagai halaman bertopik 'humor kontroversial'.<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|last=Moses|first=Asher|last2=Lowe|first2=Adrian|date=8 Agustus 2012|title=Contents removed from racist Facebook page|url=https://www.smh.com.au/technology/contents-removed-from-racist-facebook--page-20120808-23tr1.html|website=The Sydney Morning Herald|language=en|access-date=30 November 2021|archive-date=2022-03-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20220330063632/https://www.smh.com.au/technology/contents-removed-from-racist-facebook--page-20120808-23tr1.html|dead-url=no}}</ref>
===Ujaran kebencian===
{{Main|Ujaran kebencian}}
Pasal 20 [[Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik|ICCPR]] menyatakan bahwa “segala pembelaan atas kebencian nasional, rasial, atau agama yang mendasari hasutan untuk bertindak diskriminatif, bermusuhan, atau kekerasan harus dilarang oleh hukum.”<ref name="ICCPR">{{cite web|date=16 Desember 1966|title=International Covenant on Civil and Political Rights|url=http://www.ohchr.org/en/professionalinterest/pages/ccpr.aspx|publisher=Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights|access-date=30 November 2021|archive-date=2020-05-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20200512032053/https://www.ohchr.org/EN/ProfessionalInterest/Pages/CCPR.aspx|dead-url=no}}</ref> [[Ucapan kebencian|Ujaran kebencian]] merupakan bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok dalam aspek-aspek, seperti etnis, ras, atau [[orientasi seksual]].<ref name="Pekka"/> Dalam hal ini, dunia maya dapat dianggap sebagai media untuk
Salah satu bentuk ancaman terhadap hak asasi manusia terjadi ketika sekelompok teroris berkumpul untuk merencanakan dan menghasut orang-orang. Contohnya ketika [[Al-Qaeda]] menganggap dunia maya sebagai "wilayah tanpa pemerintahan" dan menggunakannya sebagai tempat pelatihan dan
== Masa depan hak asasi manusia dalam era digital ==
Masa depan hak asasi manusia di dunia maya bergantung pada perkembangan hukum dan bagaimana pemerintah menafsirkan hukum tersebut.<ref name="mansell">{{cite web|last1=Mansell|first1=Robin|date=1 April 2015|title=Human Rights and Equality in Cyberspace|url=http://eprints.lse.ac.uk/3707/1/Introduction%E2%80%93Human_Rights_and_Equity_in_Cyberspace_%28LSERO%29.pdf|website=The London School of Economics and Political Science|access-date=30 November 2021|archive-date=2023-08-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230809075158/http://eprints.lse.ac.uk/3707/1/Introduction%E2%80%93Human_Rights_and_Equity_in_Cyberspace_(LSERO).pdf|dead-url=no}}</ref> Roger Brownsword, seorang pengacara asal Inggris, menemukan tiga masalah etis yang berkaitan dengan perkembangan bioteknologi, hak asasi manusia, dan teknologi digital, yakni "pendirian utilitarian pragmatis", pertahanan hak asasi manusia, dan ''dignitarian alliance''.<ref name="mansell" /> Brownsword mengklaim bahwa dua masalah pertama dari tiga masalah tersebut sering ditemui di [[Britania Raya]]. Ia juga menganggap bahwa perkembangan teknologi kerap menempatkan manusia sebagai subjek yang kurang memiliki kemandirian dan kapasitas.<ref name="mansell" />
Pada 22 Mei 2020, [[Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Dewan Keamanan PBB]] mendiskusikan topik [[Keamanan komputer|keamanan siber]] bertajuk "''Cyber Stability, Conflict Prevention, and Capacity Building''" sebagai salah satu bentuk masalah [[hak asasi manusia]].<ref>{{Cite web|last=Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|date=23 Mei 2020|title=Indonesia Suarakan Stabilitas Siber di PBB|url=https://kemlu.go.id/portal/id/read/1327/berita/indonesia-suarakan-stabilitas-siber-di-pbb|website=Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|access-date=8 Desember 2021|archive-date=2021-12-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20211208144620/https://kemlu.go.id/portal/id/read/1327/berita/indonesia-suarakan-stabilitas-siber-di-pbb|dead-url=no}}</ref> Hal ini menjadi perhatian ketika pemerintah suatu negara terlibat dalam serangan siber, seperti pemadaman internet atau penyadapan jurnalis. Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia ini terjadi di beberapa negara, yaitu Estonia, Belgia, Belanda, Ekuador, Jepang, Swiss, dan lain-lain.<ref>{{cite web|last=Brown|first=Deborah|date=26 Mei 2020|title=It's Time to Treat Cybersecurity as a Human Rights Issue|url=https://www.hrw.org/news/2020/05/27/its-time-treat-cybersecurity-human-rights-issue|website=Human Rights Watch|access-date=30 November 2021|archive-date=2020-08-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20200804032653/https://www.hrw.org/news/2020/05/27/its-time-treat-cybersecurity-human-rights-issue|dead-url=no}}</ref>
▲Salah satu bentuk ancaman terhadap hak asasi manusia terjadi ketika sekelompok teroris berkumpul untuk merencanakan dan menghasut orang-orang. Contohnya ketika [[Al-Qaeda]] menganggap dunia maya sebagai "wilayah tanpa pemerintahan" dan menggunakannya sebagai tempat pelatihan dan menyebarkan ideologinya.<ref>{{cite web|date=12 Juli 2007|title=A world wide web of terror|url=http://www.economist.com/world/displaystory.cfm?story_id=9472498|website=The Economist|access-date=30 November 2021}}</ref> Oleh karena itu, situasi seperti ini menjadi penting untuk diawasi supaya mencegah adanya teroris siber di masa mendatang.<ref name="Pekka">{{Cite journal|last=Kijanen|first=Pekka|date=25 April 2008|title=New Generation for Human Rights in Cyberspace|url=https://humanrights.ee/wp-content/uploads/2012/01/Kijanen_research.pdf|journal=|type=Tesis|publisher=Estonian Center for Human Rights Foundation|archive-url=http://web.archive.org/web/20161018015829/https://humanrights.ee/wp-content/uploads/2012/01/Kijanen_research.pdf|archive-date=18 Oktober 2016|access-date=30 November 2021}}</ref>
== Lihat pula ==
|