Teori konvergensi simbolik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Xyalalaaalax (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Teori menggunakan HotCat
 
(10 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Teori konvergensi simbolik''' ''(''[[bahasa Inggris]]'': '''Symbolic Convergence Theory''')'' berfokus terhadap perilaku anggota kelompok. Teori ini memiliki pemahaman bahwa obrolan, lelucon, ataupun gosipinteraksi yang dilakukan dalamoleh manusia pada suatu kelompok tertentu memiliki [[kohesivitas]] dan penguatan kesadaran dalam suatu kelompok. TeiriTeori ini diilhamididasari dari hasil riset yang dilakukan oleh [[Robert Bales]] mengenai komunikasi dalam kelompok -kelompok kecil yang kemudian dikenal dengan istilah ''Fantasy Theme''. Kemudian Ernest Bormann meminjam meminjam gagasan tersebut untuk direplikasi kedalam tindakan retoris [[masyarakatretoris]] masyarakat dalam skala yang lebih luas dari sekedar proses komunikasi kelompok kecil. Fungsi dari teori ini adalah untuk menganalisa [[interaksi]] yang terjadi di dalam skala kelompok kecil. Dalam hal ini dapat berupa [[kelompok sosial]], kelompok tugas maupun kelompok dalam suatu pergaulan. <ref>{{Cite journal|last=Camelia|first=Dina|title=&quot; TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK &quot; (KOMUNIKASI KELOMPOK)|url=https://www.academia.edu/29521552/_TEORI_KONVERGENSI_SIMBOLIK_KOMUNIKASI_KELOMPOK_}}</ref>
{{Inuse}}
 
== Istilah-istilah penting ==
Teori konvergensi simbolik ''(Symbolic Convergence Theory)'' berfokus terhadap perilaku anggota kelompok. Teori ini memiliki pemahaman bahwa obrolan, lelucon, ataupun gosip yang dilakukan dalam suatu kelompok memiliki kohesivitas dan penguatan kesadaran dalam suatu kelompok. Teiri ini diilhami dari hasil riset yang dilakukan oleh [[Robert Bales]] mengenai komunikasi dalam kelompok -kelompok kecil yang kemudian dikenal dengan istilah ''Fantasy Theme''. Kemudian Ernest Bormann meminjam meminjam gagasan tersebut untuk direplikasi kedalam tindakan retoris [[masyarakat]] dalam skala yang lebih luas dari sekedar proses komunikasi kelompok kecil. Fungsi dari teori ini adalah untuk menganalisa [[interaksi]] yang terjadi di dalam skala kelompok kecil. Dalam hal ini dapat berupa [[kelompok sosial]], kelompok tugas maupun kelompok dalam suatu pergaulan. <ref>{{Cite journal|last=Camelia|first=Dina|title=&quot; TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK &quot; (KOMUNIKASI KELOMPOK)|url=https://www.academia.edu/29521552/_TEORI_KONVERGENSI_SIMBOLIK_KOMUNIKASI_KELOMPOK_}}</ref>
''Fantasy theme'' ( tema [[fantasi]]) menjadi hal harus dimengerti dalam memahami teori ini. Tema fantasi dapat diartikan sebagai isi pesan yang didramatisasi sehingga memicu rantai fantasi. Dramatisasi pesan dapat berupadisampaikan lelucon,dalam analogi,bentuk [[permainan kata]], cerita danataupun lainnya[[lelucon]] yang dapatdilakukan memicu semangat untuksecara bersosialisasispontanitas. Kemudian hal yang perlu dipahami adalah ''Fantasyfantasy chain'' (rantai fantasi), melalui rantai fantasi ini pesan yang didramatisasi berhasildiharapkan mendapatmendapatkan tanggapan dari partisipan komunikasiyang sehinggamengikuti dapatkominikasi tersebut, dengan demikian akan terciptanya rantai intensitas dan[[interaksi]] kegairahandari partisipankedua pihak yang terkait. Tipe fantasi ''(Fantasy Type)'' merupakan kerangka narasi yang terkait dengan pertanyaan atau masalah tertentu. Interaksi yang sudah tercipta dalam waktu yang lama akan tercipta simbol simbolis yang akan dipahami secara bersama. ''Rhetorical Visions'' (Visivisi retoris) pada tahap ini tema - tema fantasi telah berkembang melebar keluar dari kelompok yang mengembngkan fantasi tersebut. Dengan adanya perkembangan maka tema fantasi ini akan terbentuk ''rhetorical community'' (komunitas retoris).<ref>{{Cite journal|last=Suryadi|first=Israwati|date=2010/10|title=TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK|url=https://media.neliti.com/media/publications/28538-ID-teori-konvergensi-simbolik.pdf|journal=JURNAL ACADEMICA Fisip Untad|volume=02|issue=02|pages=426 - 437}}</ref>
 
== IstilahAsumsi - Istilah Pentingdasar ==
Terdapat tiga aspek yang membentuk teori konvergensi simbolik yang pertama, penemuan dan penataan bentuk dan pola komunikasi yang terjadi secara berulang - ulang sehingga memunculkan kesadaran bersama kelompok secara evolutif, lalu yang kedua adalah adanya kecenderungan yang dinamis dalam sistem komunikasi yang menjawab alasan dari munculnya kesadaran dalam suatu kelompok. Kemudian yang ketiga adalah faktor - faktor yang menerangkan alasan keterlibatan orang - orang terlibat dalam tindakan berbagai fantasi. Selain ketiga aspek initersebut, terdapat juga asumsi lainnya. yaituYang realistispertama diciptakandengan melaluiadanya komunikasi yang dapattercipta menciptakanakan mengakibatkan terbentuknya realistis melalui pengaitan kata - kata yang digunakanbersumber dengandari pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.  DanKemudian yang kedua maknarealitas individubersama terhadapyang simboldidapatkan dapat mengalamidari penyatuan kemudiansimbolik dapat menjadidimaknai realitassecara bersamaindividu. RealitasDengan yangdemikian terdapatrealita pada teori ini dapat disusundi susun narasi atausehingga cerita yang menjelaskan bagaimana sesuatu harusdapat dipercayai oleh orang - orang yang terlibatterdapat pada kelompok didalamnyatertentu.<ref>{{Cite journal|last=Oro|first=Epifanius Putra|last2=Andung|first2=Petrus Ana|last3=Liliweri|first3=Yohanes K. N.|date=2020-07-15|title=Konvergensi Simbolik Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok|url=https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JIKOM/article/view/2286|journal=Jurnal Communio : Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi|language=en|volume=9|issue=1|pages=1507–1522|doi=10.35508/jikom.v9i1.2286|issn=2745-5769}}</ref>
''Fantasy theme'' ( tema fantasi) menjadi hal harus dimengerti dalam memahami teori ini. Tema fantasi dapat diartikan sebagai isi pesan yang didramatisasi sehingga memicu rantai fantasi. Dramatisasi pesan dapat berupa lelucon, analogi, permainan kata, cerita dan lainnya yang dapat memicu semangat untuk bersosialisasi. Kemudian hal yang perlu dipahami adalah ''Fantasy chain'' (rantai fantasi), melalui rantai fantasi ini pesan yang didramatisasi berhasil mendapat tanggapan dari partisipan komunikasi sehingga dapat terciptanya rantai intensitas dan kegairahan partisipan. Tipe fantasi ''(Fantasy Type)'' merupakan kerangka narasi yang terkait dengan pertanyaan atau masalah tertentu. Interaksi yang sudah tercipta dalam waktu yang lama akan tercipta simbol simbolis yang akan dipahami secara bersama. ''Rhetorical Visions'' (Visi retoris) pada tahap ini tema - tema fantasi telah berkembang melebar keluar dari kelompok yang mengembngkan fantasi tersebut. Dengan adanya perkembangan maka tema fantasi ini akan terbentuk ''rhetorical community'' (komunitas retoris).<ref>{{Cite journal|last=Suryadi|first=Israwati|date=2010/10|title=TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK|url=https://media.neliti.com/media/publications/28538-ID-teori-konvergensi-simbolik.pdf|journal=JURNAL ACADEMICA Fisip Untad|volume=02|issue=02|pages=426 - 437}}</ref>
 
== AsumsiInteraksi Dasarsimbolik ==
Pada dasarnya [[esensi]] dari [[interaksi simbolik]] ini merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas pada manusia yang didapatkan melalui komunikasi yang dilakukan oleh manusia, baik komunikasi secara langsung ataupun secara tidak langsung yang dilakukan melalui pergantian simbol-simbol yang memiliki makna tertentu. Melalui perspektif ini hal yang ditonjolkan adalah usaha untuk memahami perilaku-perilaku manusia yang dinilai dari sudut pandang subjeknya. Perspektif ini melihat proses manusia dalam berinterasi harus mempertimbngkan perasaan manusia lainnya sebagai lawan interaksinya. Pada dasarya perspektif yang digunakan pada interaksi simbolik ini menggunakan [[Premis|premis-premis]] tertentu yang dipahami oleh semua anggota kelompoknya.<ref>{{Cite journal|last=F. . Elsakina|first=Raissa|date=2016/10|title=KONVERGENSI SIMBOLIK DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK
Terdapat tiga aspek yang membentuk teori konvergensi simbolik yang pertama, penemuan dan penataan bentuk dan pola komunikasi yang terjadi secara berulang - ulang sehingga memunculkan kesadaran bersama kelompok secara evolutif, lalu yang kedua adalah adanya kecenderungan yang dinamis dalam sistem komunikasi yang menjawab alasan dari munculnya kesadaran dalam suatu kelompok. Kemudian yang ketiga adalah faktor - faktor yang menerangkan alasan keterlibatan orang - orang terlibat dalam tindakan berbagai fantasi. Selain ketiga aspek ini terdapat asumsi lainnya yaitu realistis diciptakan melalui komunikasi yang dapat menciptakan realistis melalui pengaitan kata - kata yang digunakan dengan pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.  Dan yang kedua makna individu terhadap simbol dapat mengalami penyatuan kemudian dapat menjadi realitas bersama. Realitas yang terdapat pada teori ini dapat disusun narasi atau cerita yang menjelaskan bagaimana sesuatu harus dipercayai oleh orang - orang yang terlibat didalamnya.<ref>{{Cite journal|last=Oro|first=Epifanius Putra|last2=Andung|first2=Petrus Ana|last3=Liliweri|first3=Yohanes K. N.|date=2020-07-15|title=Konvergensi Simbolik Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok|url=https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JIKOM/article/view/2286|journal=Jurnal Communio : Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi|language=en|volume=9|issue=1|pages=1507–1522|doi=10.35508/jikom.v9i1.2286|issn=2745-5769}}</ref>
KOMUNITAS STAND UP INDO PEKANBARU|url=https://media.neliti.com/media/publications/207345-konvergensi-simbolik-dalam-komunikasi-ke.pdf|journal=JOM FISIP|volume=03|issue=02|pages=1-14}}</ref>
 
== Referensi ==