Tabut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Tabut''' adalah upacara tradisi masyarakat [[Bengkulu]] untuk mengenang mati syahidnya cucu [[Nabi Muhammad SAW]], [[Husein bin Ali bin Abi Thalib]] dalam peperangan dengan pasukan [[Ubaidillah]] bin Zaid di padang [[Karbala]], [[Irak]] pada tanggal [[10]] [[Muharam]] [[61]] [[Hijriah]] (681680 M).
 
Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh [[Syekh Burhanuddin]] yang dikenal sebagai [[Syekh Burhanuddin|Imam Senggolo]] pada tahun [[1685]]. SyehSyekh Burhanuddin (Imam Senggolo) menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabut. upacara ini dilaksanakan dari [[1]] sampai [[10]] [[Muharram]] setiap tahun.
 
== Arti nama ==
Menurut Sumber dari keturunan Imam Senggolo Sebagai Pelaku Tabut Imam Senggolo sejak 1994, ygyang kebetulan juga Sebagai Ketua KKT Bencoolen Dan BAKT Tabut BengkuluBencoolen MAMU Achmad Syiafril Tabut pertama kali dibawa ke Bengkulu oleh [[Imam Maulana Ichsad]] pada 1336 Masehi tetapi tidak populer kemudian dilanjutkan dan menjadi populer oleh Imam Senggolo atau Syeikh Burhanuddin I dari [[Iraq]] (1400 M yg Wafat 12 April 1427 di [[Padang Kerbala]] Bengkulu.)
 
Gelombang penyiaran Islam ke Wilayah [[Nusantara]] dari [[Jazirah Arab]] (Medinah-Karbala Irak Iran) sejak abad ke 7 M melalui [[laut Arabia]] masuk keluar [[sungai Indus]] dengan terlebih dahulu menetap di [[Punjab]]. Arus penyebaran Islam semakin deras pada abad ke 13 dan abad ke 14 masehi, dikarenakan terjadinya penghancuran Baghdad dan pembunuhan masal di Irak oleh [[bangsa mongol]] dibawah [[Hulagu Khan]] pada sepuluh Februari tahun 1258 M/ 27 Muharram 656 H. Bangunan-bangunan indah termasuk perpustakaan yang menyimpan naskah seribu satu malam dan kitab lainnya hancur dimusnahkan.
 
Sebagian pelaut-pelaut ulung dari Punjab melalui sungai Indus, laut Arab berlayar untuk menyiarkan Agama Islam Islam ke Nusantara, sebelum sampai di Bengkulu terlebih dahulu mendarat dan singgah di tanah [[Aceh]], tetapi mereka tidak menetap tinggal di Aceh. Pada saat itu di Aceh telah berdiri [[kerajaan Samudera Pasai]]. Raja yang berkuasa pada waktu itu adalah [[sultan Mahmud Malik Zahir]], raja ke III. Rombonganpun melanjutkan pelayaran ke arah selatan sehingga sampailah mereka di Bandar Sungai Serut pada hari kamis 5 Januari tahun 1336 M. 18 Jumdil Awwal 736 H). Mereka yang selamat sampai di Bengkulu hanyalah 13 orang dibawah pimpinan Imam Maulana Ichsad (Keturunan Rasullulah para Zuriat/Sayid /[[Ahlul Bait]]) keturunan Ali bin Husain ( Ali Zainal Abidin) bin Ali Bin Abi Thalib. Diantara para Zuriat/Sayid tersebut diketahui adalah [[Syech Abdurrahman]] ([[Ampar Batu]]) wafat hari Kamis tanggal 12 April 1336 M/ 21 Sya’ban 736 H. dan Zalmiyah (kramat Gadis) wafat hari Sabtu, 24 Ramadhan 737 H. Perayaan Tabut diteruskan dan dipopulerkan oleh Generasi Zuriat/Sayid Bengkulu [[Syah Bedan]] dan anaknyakeponakannya Syeh Burhanuddin (Imam Senggolo XII) pada abad 17 M, untuk periode berikutnya keturunan Imam Senggolo yang mempertahankan dan melanjutkan tradisi Tabut di Bengkulu.
 
Perkembangan berikutnya perayaan Tabut juga disemarakkan oleh para tentara yang didatangkan oleh Inggris dari Bengali. Hal tersebut ditulis Syiafril sebagai berikut: “Skuadron Prancis di bawah pimpinanan Comte Charles Henri d’Estaing meninggalkan Bengkulu, setelah mengambil alih Port Marlbrough dari Inggris selama delapan bulan antara 1759-1760. Garnizun Inggris kembali menguasai Bengkulu yang diperkuat tentara (sepoy atau Sipay.) Rombongan pertama berasal dari [[Madras]] [[India]]. Pada 1785. Sepoy Madras ditarik dan digantikan sepoy rombongan kedua dari [[Benggala]], [[benggali]] [[Banglades]]. Kelompok tentara (Sipay) ini ikut membuat Tabut dengan sekelumit doa’ yang mereka lantunkan adalah sebagai berikut: Bismillahirrohmanirrohim “yo modo yohawo kupinto mere lamban rohku, rohmu same lamban-lamban, Ipo Dewo dewo mere josoku dube mbun-mbun. Waktu itu mulai terjadi kekacauan terlebih lagi karena mereka sering bermabuk-mabukan dan membuat hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam, sehingga tepat mereka tinggal disebut kampung kepiri (menurut riwayat berarti kampung kafir). Doa yang dilantunkan tentara (sipay) sangat berbeda dengan doa yang diwariskan Imam Senggolo yaitu memakai bahasa Urdu Punjab Pakistan yang berakar dari bahasa Pesia yaitu: Bismillahirrohmanirrohim saaluree, Mahuree yaa Sahuree,,,,,sarare, Tabute Bencoelene, surarahe Adene.
 
Kondisi sosial budaya masyarakat, nampaknya juga menjadi penyebab munculnya perbezaan dalam tatacara pelaksanaan upacara Tabut. Di Bengkulu misalnya, Tabut 17 menunjukkan kepada jumlah keluarga awal yang melaksanakan Tabut, sedangkan di Pariaman hanya terdiri dari 2 jenis Tabut (Tabuik) iaitu Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa. Tempat pembuangan Tabut (Tabuik) antara Bengkulu dan Pariaman juga berbeza. Pada awalnya Tabut di Bengkulu di buang ke laut sebagaimana di [[Pariaman]] [[Sumatera Barat]]. Namun, pada perkembangannya, Tabut di Bengkulu dibuang di rawa-rawa yang berada di sekitar pemakaman umum yang dikenali dengan nama makam Karbela yang diyakini sebagai tempat dimakamnya Imam Senggolo atau SyeikhSyekh Burhanuddin.
 
Kebelakangan ini juga, banyak kritikan dari berbagai elemen masyarakat terhadap pelaksanaan upacara Tabut. Satu hal yang paling mendasar dari semua kritikan tersebut adalah berubahnya fungsi upacara Tabut dari ritual bernuansa keagamaan menjadi sekadar festival kebudayaan belaka. Ini nampaknya disebabkan oleh kenyataan bahwa yang melaksanakan upacara Tabut adalah orang-orang bukan Syiah. Hilangnya nilai-nilai sakraliti upacara Tabut semakin diperparahkan dengan munculnya Tabut pembangunan (Upacara Tabut yang dimodenkan).
Baris 20:
 
=== Pembuatan Tabut ===
Kelengkapan alat untuk membuat Tabut antara lain: [[bambu]], [[rotan]], kertas karton, kertas mar-mar, kertas grip, tali, pisau ukir, alat-alat gambar, lampu senter, lampu hias, [[bunga]] kertas, bunga plastik dan lain sebagainya. Jika dilihat dari banyaknya alat yang dibutuhkan, maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat Tabut sekitar 510-1520 Juta rupiah.
 
==== Kenduri dan Sesaji ====
Baris 26:
 
=== Perlengkapan Musik Tabut ===
Alat-alat musik yang biasanya digunakan dalam upacara Tabut adalah ''[[dolDhol]]'' dan ''tessa''. [[DolDhol]] terbuat dari [[kayu]] tengahnya dilubangi dan kemudian ditutup dengan menggunakan kulit [[lembu]]. [[Dol|Dhol]] berbentuk seperti beduk. Garis tengahnya sekitar 70 – 125 cm, dan alat pemukulnya berdiameter 5 cm dan panjangnya 30 cm. Cara menggunakannya dengan cara dipukul-pukul. Sedangkan Tessa berbentuk seperti [[rebana]], terbuat dari [[tembaga]], [[besi]] plat atau [[alumunium]], dan juga bisa dari kuali yang permukaannya ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan.
 
=== Kelengkapan lainnya ===