Ganesa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alexbot (bicara | kontrib)
k Bot: Featured article link for it:Gaṇeśa
gaṇeśa IAST
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(313 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Hindu Dewa Infobox
| Image = Ganesha deva.JPG
| Image = Ganapati.jpg|
| Caption =
| Caption = Lukisan Dewa Ganesha versi India
| Nama = GaneshaGanesa
| Ejaan_Sansekerta Devanagari = '''गणेश'''; gaṇeśa
| Ejaan_Sanskerta = gaṇeśa
| Ejaan_Pali =
| Ejaan_Pali =
| Golongan = [[Dewa (Hindu)|Dewa]]
| Golongan = [[Dewa (Hindu)|dewa]]
| Gelar_sebagai = Dewa pengetahuan dan <br>Dewa kebijaksanaan
| Gelar_sebagai = Dewa pengetahuan, kecerdasan, kebijaksanaan dan pelindung terhadap segala bencana
| Tempat = Glugu Tinatar (Wayang)
| Mantra = [[Oṃ Srī Gaṇeśāya =Namaḥ]]
| Senjata = [[Tongkat]] dan [[Angkusa]] = kapak
| Pasangan = Buddhi (kebijaksanaan), Riddhi (kemakmuran), Siddhi = (keberhasilan)
| Wahana = [[tikus]]
| Planet =
}}
'''Ganesa''' {{Sanskerta|गणेश|Gaṇeśa|{{audio|Ganesha.ogg|dengarkan}}}} adalah salah satu [[dewa (Hindu)|dewa]] terkenal dalam [[agama Hindu]] dan banyak dipuja oleh [[umat Hindu]], yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. [[Lukisan]] dan [[patung]]nya banyak ditemukan di berbagai penjuru [[India]]; termasuk [[Nepal]], [[Tibet]] dan [[Asia Tenggara]]. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama ''Ganapati'', ''Winayaka'' dan ''Pilleyar''. Dalam tradisi [[wayang|pewayangan]], ia disebut ''Bhatara Gana'', dan dianggap merupakan salah satu putra [[Bhatara Guru]] ([[Siwa]]). Berbagai aliran dalam agama Hindu memujanya tanpa memedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat [[Jainisme|Jaina]], [[agama Buddha|Buddha]], dan di luar [[India]].<ref>Martin-Dubost, hal. 311–320.</ref>
'''Ganesha''' atau '''Ganesa''' ([[bahasa Sansekerta|Sansekerta]] '''गणेश''' ''ganeṣa''{{audio|Ganesha.ogg|dengarkan}}) adalah [[dewa]] [[ilmu pengetahuan]]. Dalam pewayangan disebut Batara Gana, merupakan salah satu putra [[Batara Guru]] ([[Siwa]]). Gana diwujudkan berkepala gajah dan berbadan [[manusia]]. Dalam pewayangan ia tinggal di kahyangan istananya disebut Glugu Tinatar.
 
Meskipun ia dikenal memiliki banyak atribut, [[kepala]]nya yang berbentuk [[gajah]] membuatnya mudah untuk dikenali. Ganesa masyhur sebagai "Pengusir segala rintangan" dan lebih umum dikenal sebagai "Dewa saat memulai pekerjaan" dan "Dewa segala rintangan" (''Wignesa'', ''Wigneswara''), "Pelindung seni dan ilmu pengetahuan", dan "Dewa kecerdasan dan kebijaksanaan". Ia dihormati saat memulai suatu [[upacara]] dan dipanggil sebagai pelindung/pemantau tulisan saat keperluan menulis dalam upacara.<ref>Getty, hal. 5.</ref> Beberapa [[sastra Hindu|kitab]] mengandung [[anekdot]] [[mitos|mistis]] yang dihubungkan dengan kelahirannya dan menjelaskan ciri-cirinya yang tertentu.
Oleh orang-orang bijaksana, Ganesha diberi gelar Dewa pengetahuan, Dewa pelindung, Dewa penolak sesuatu yang buruk, Dewa keselamatan, dan lain sebagainya.
Dalam ukiran-ukiran di [[candi]], patung-patung dan lukisan, Beliau sering dilukiskan:
{{col-begin|width=}}
{{col-2}}
* berkepala [[gajah]]
* bertangan empat
{{col-2}}
* berbadan gemuk
* menunggangi [[tikus]]
{{col-end}}
 
Ganesa muncul sebagai [[dewa (Hindu)|dewa]] tertentu dengan wujud yang khas pada [[abad ke-4]] sampai [[abad ke-5]] [[Masehi]], selama [[kerajaan Gupta|periode Gupta]], meskipun ia mewarisi sifat-sifat pelopornya pada [[zaman Weda]] dan pra-Weda.<ref>Narain, A. K. "Gaṇeśa: The Idea and the Icon" in Brown 1991, hal. 27</ref> Ketenarannya naik dengan cepat, dan ia dimasukkan di antara lima dewa utama dalam ajaran [[Smarta]] (sebuah [[denominasi]] Hindu) pada [[abad ke-9]]. Sekte para pemujanya yang disebut ''[[Ganapatya]]'', ([[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: गाणपत्य; ''gāṇapatya''), yang menganggap Ganesa sebagai dewa yang utama, muncul selama periode itu.<ref>For history of the development of the ''gāṇapatya'' and their relationship to the wide geographic dispersion of Ganesha worship, see: Chapter 6, "The Gāṇapatyas" in: Thapan (1997), hal. 176–213.</ref> Kitab utama yang didedikasikan untuk Ganesa adalah ''[[Ganesapurana]]'', ''[[Mudgalapurana]]'', dan ''[[Ganapati Atharwashirsa]]''.
Bermuka gajah melambangkan Dewa Ganesha sebagai perintang segala kesulitan, bagaikan [[gajah]] merintangi musuhnya dengan gading yang tajam dan belalai yang panjang. Bertangan empat melambangkan filsafat “empat jalan menuju kebahagiaan”. Berbadan gemuk sebagai lambang orang berbadan besar yang sanggup mengalahkan musuh-musuhnya. Dewa Ganesha menunggangi tikus sebab tikus melambangkan keragu-raguan dalam menghadapi suatu hal, maka dari itu Ganesha berusaha merintangi segala kesulitannya.
 
== MitologiEtimologi tentangdan Dewanama Ganesalain ==
[[Berkas:Statues in Klaten Square 05.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Alun-alun|Alun-Alun]], [[Kabupaten Klaten|Klaten]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]]]
Ganesa memiliki banyak gelar dan nama pujian, termasuk ''Ganapati'' dan ''Wigneswara''. Gelar dalam [[agama Hindu]] yang dipakai sebagai penghormatan, yaitu ''Sri'' ([[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: श्री; ''śrī'', juga dieja ''Shri'' atau ''Shree'') sering kali ditambahkan di depan namanya. Salah satu cara yang terkenal dalam memuja Ganesa adalah dengan menyanyikan ''[[Ganesa Sahasranama]]'', sebuah doa pengucapan "seribu nama Ganesa". Setiap nama dalam ''sahasranama'' mengandung arti berbeda-beda dan melambangkan berbagai aspek dari Ganesa. Sekurang-kurangnya ada dua versi ''Ganesa Sahasranama''; salah satu versi diambil dari [[Ganesapurana]]
[[Berkas:Ganesha statue in eastern niche of Sambisari temple.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Candi Sambisari]], [[Indonesia]]]]
''Winayaka'' ([[Sanskerta]]: विनायक ; ''vināyaka'') adalah nama umum bagi Ganesa yang muncul dalam kitab-kitab ''[[Purana]]'' [[agama Hindu|Hindu]] dan ''[[Tantra]]'' [[agama Buddha]].<ref name="Thapan, hal. 20">Thapan, hal. 20.</ref> Nama ini mencerminkan sebutan terhadap delapan kuil Ganesa yang terkenal di [[Maharashtra]] yang masyhur sebagai [[astawinayaka]]. Nama ''Wignesa'' ([[Sanskerta]]: विघ्नेश; ''vighneśa'') dan ''Wigneswara'' ([[Sanskerta]]: विघ्नेश्वर; ''vighneśvara'') (Penguasa segala rintangan) merujuk kepada tugas utamanya dalam [[mitologi Hindu]] sebagai pencipta sekaligus penyingkir segala rintangan (''vighna'').
 
[[Berkas:Ekdanta.jpg|kiri|200px|jmpl|Lukisan ''Ekadanta'' atau "Ganesa bergading satu", dari daerah [[Mysore]], negara bagian [[Karnataka]], [[India]].]]
=== Kenapa Beliau berkepala gajah ===
[[Berkas:Ganesha - The National Museum of Indonesia, Jakarta - 20220828 1205 1302.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Museum Nasional Indonesia|Muesum Nasional Indonesia]], [[Jakarta]]]]
[[Berkas:Prambanan-ganesha.jpg|thumb|Arca dewa Ganesha di [[candi Prambanan]]]]
Nama yang masyhur bagi Ganesa dalam [[bahasa Tamil]] adalah ''Pille'' atau ''Pilleyar'' ("anak kecil"). A. K. Narain membedakan arti istilah-istilah tersebut dengan mengatakan bahwa ''pille'' berarti seorang "anak" sementara ''pilleyar'' berarti seorang "anak yang mulia". Dia menambahkan bahwa kata ''pallu'', ''pella'', dan ''pell'' dalam [[bahasa Dravida|bahasa-bahasa rumpun Dravida]] berarti "gigi atau [[gading]] [[gajah]]", tetapi lebih lazim diartikan "[[gajah]]".<ref>Narain, A. K. "Gaṇeśa: The Idea and the Icon". Brown, hal. 25.</ref> Seorang penulis buku yang bernama Anita Raina Thapan menambahkan bahwa akar kata ''pille'' pada nama ''Pillaiyar'' mungkin aslinya berarti "gajah muda", karena kata ''pillaka'' dalam [[bahasa Pali]] berarti "gajah muda".<ref>Thapan, hal. 62.</ref>
[[Berkas:Ganesha Candi Merak.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Candi Merak]], [[Indonesia]]]]
 
== Penggambaran ==
Dalam kitab [[Siwa Purana]] dikisahkan, suatu ketika Dewi [[Parwati]] (istri Dewa [[Siwa]]) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki dan diberi nama Ganesa. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi [[Parwati]] mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi [[Parwati]] saja. Perintah itu dilaksanakan Ganesa dengan baik.
Ganesa adalah figur yang terkenal dalam [[seni|kesenian]] [[India]]. [[Citra]] tentang Ganesa menjamur di berbagai penjuru [[India]] sekitar [[abad ke-6]].<ref>Brown, hal. 175.</ref> Tidak seperti [[Dewa-Dewi Hindu|dewa-dewi]] lainnya, penggambaran sosok Ganesa memiliki berbagai variasi yang luas dan pola-pola berbeda yang berubah dari waktu ke waktu. Dia kadang kala digambarkan berdiri, menari, beraksi dengan gagah berani melawan para [[raksasa (mitologi Hindu dan Buddha)|iblis]], bermain bersama keluarganya sebagai anak lelaki, duduk di bawah, atau bersikap manis dalam suatu
Pengaruh unsur-unsur kuno dalam susunan penggambaran tersebut masih bisa diamati dalam penggambaran Ganesa secara kontemporer. Dalam sebuah penggambaran modern, satu-satunya variasi terhadap unsur-unsur kuno adalah tangan kanan bawah Ganesa tidak memegang patahan [[gading]] namun seolah-olah terarah ke mata pengamat dengan gerak tangan yang melambangkan perlindungan atau penyingkir ketakutan (''abhaya mudra'').<ref>Martin-Dubost, hal. 197–198.</ref> Kombinasi yang sama terhadap empat lengan dan atribut, muncul pada patung Ganesa yang sedang menari, yang merupakan tema terkenal.[[Berkas:Statue of Ganesha at Bali Safari and Marine Park.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Bali Safari & Marine Park]], [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]], [[Bali]]]]
[[Berkas:Arca Ganesha.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Candi Gebang]], [[Indonesia]]]]
[[Berkas:Goa Gong4.jpg|jmpl|Arca Ganesa di Pura Goa Gong, [[Jimbaran, Kuta Selatan, Badung|Jimbaran]], [[Kabupaten Badung|Badung]], [[Bali]]]]
Ganesa digambarkan berkepala gajah semenjak awal kemunculannya dalam kesenian India.<ref>Pal, hal. 41–64.</ref> [[mitologi Hindu|Mitologi]] dalam ''[[Purana]]'' memberi beberapa penjelasan mengenai kejadian yang menyebabkannya berkepala gajah. Salah satu perwujudannya yang terkenal, yakni Heramba-Ganapati, memiliki lima kepala gajah, dan variasi kecil lainnya pada jumlah kepala diketahui. Sementara beberapa [[sastra Hindu|kitab]] mengatakan bahwa Ganesa terlahir dengan kepala gajah, pada cerita yang terkenal dikatakan bahwa ia memperoleh kepala gajah di kemudian hari. Motif utama yang terulang dalam cerita-cerita tersebut adalah bahwa Ganesa lahir dengan tubuh dan kepala manusia, kemudian [[Siwa]] memenggalnya ketika Ganesa mencampuri urusan antara Siwa dan [[Parwati]]. Kemudian Siwa mengganti kepala asli Ganesa dengan kepala gajah. Detail kisah pertempuran dan penggantian kepala, memiliki beragam versi menurut sumber yang berbeda-beda. Dalam kitab ''[[Brahmawaiwartapurana]]'' terdapat kisah yang cukup menarik. Saat Ganesa lahir, ibunya, [[Parwati]], menunjukkan bayinya yang baru lahir ke hadapan para dewa. Tiba-tiba, Dewa [[Sani]] ([[Saturnus]]), yang konon memiliki mata terkutuk, memandang kepala Ganesa sehingga kepala si bayi terbakar menjadi abu. Dewa [[Wisnu]] datang menyelamatkan dan mengganti kepala yang lenyap dengan kepala gajah. Kisah lain dalam kitab ''[[Warahapurana]]'' mengatakan bahwa Ganesa tercipta secara langsung oleh tawa Siwa. Karena Siwa merasa Ganesa terlalu memikat perhatian, ia memberinya kepala gajah dan perut buncit Nama Ganesa pada mulanya adalah ''Ekadanta'' (satu [[gading]]), merujuk kepada gadingnya yang utuh hanya berjumlah satu, sedangkan yang lainnya patah. Beberapa [[citra]] menunjukkan ia sedang membawa patahan gadingnya. Hal penting di balik penampilan khusus ini dikandung dalam kitab ''[[Mudgalapurana]]'', yang mengatakan bahwa nama penjelmaan Ganesa yang kedua adalah Ekadanta. Perut buncit Ganesa muncul sebagai ciri-ciri khusus pada [[seni|kesenian]] [[patung]] sejak zaman dulu, yang ditaksir sejak [[kerajaan Gupta|periode Gupta]] (sekitar [[abad ke-4|abad IV]]-[[abad ke-5|VI]]).<ref>"Ganesha in Indian Plastic Art" and ''Passim''. Nagar, hal. 101.</ref> Penampilan ini amat penting, karena menurut ''Mudgalapurana'', dua penjelmaan Ganesa yang berbeda memakai nama yang diambil dari ''Lambodara'' (perut buncit, atau, secara [[harfiah]], perut bergelantungan) dan ''Mahodara'' (perut besar).<ref>Granoff, Phyllis. "Gaṇeśa as Metaphor". Brown, hal. 91.</ref> Kedua nama tersebut merupakan [[kata majemuk dalam bahasa Sanskerta|kata majemuk]] dalam [[bahasa Sanskerta]] yang melukiskan bagaimana keadaan perutnya. Kitab ''[[Brahmandapurana]]'' mengatakan bahwa Ganesa bernama Lambodara karena segala semesta (yaitu "[[Brahmanda|telur alam semesta]]"; [[IAST]]: ''brahmāṇḍa'') pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang ada di dalam tubuhnya. Jumlah lengan Ganesa bervariasi; wujudnya yang terkenal memiliki sekitar dua sampai enam belas lengan.<ref>For an inconographical chart showing number of arms and attributes classified by source and named form, see: Nagar, hal. 191–195. Appendix I.</ref> Banyak penggambaran tentang Ganesa yang menampilkan ia bertangan empat, yang telah disebut dalam ''[[Purana]]'' dan ditetapkan sebagai wujud standar dalam beberapa kitab tentang [[ikonografi]]. Wujudnya pada masa awal memiliki dua lengan.<ref>Krishan 1999, hal. 89</ref> Wujud dengan 14 dan 20 lengan muncul di India Tengah selama [[abad ke-9]] dan [[abad ke-10]].<ref>Martin-Dubost, hal. 120.</ref> [[Ular]] adalah tampilan yang umum dalam penggambaran tentang Ganesa dan muncul dalam beragam bentuk.<ref>Martin-Dubost, hal. 202, For an overview of snake images in Ganesha iconography.</ref> Menurut ''[[Ganesapurana]]'', Ganesa melilitkan ular [[Basuki (naga)|Basuki]] di lehernya. Penggambaran lain tentang ular meliputi kegunaannya sebagai benang suci ([[IAST]]: ''yajñyopavīta'') yang dililitkan melingkari perut sebagai sabuk, dipegang di tangan, dililitkan di pergelangan kaki, atau dipakai sebagai mahkota. Pada dahi Ganesa kemungkinan ada mata ketiga atau [[simbol]] [[sekte]] [[Siwa]] ([[Sanskerta]]: ''tilaka''), yang berupa tiga garis mendatar. ''[[Ganeshapurana]]'' mengatakan bahwa tanda tilaka sama saja dengan bulan sabit pada dahi kepala. Wujud tertentu dari Ganesa yang disebut ''Bhalachandra'' (IAST: ''bhālacandra''; "Bulan di dahi") memasukkan unsur penggambaran tersebut. Namun [[warna]] lain yang spesifik dihubungkan dengan wujud tertentu.<ref>"The Colors of Ganesha". Martin-Dubost, hal. 221–230.</ref> Beberapa contoh mengenai hubungan warna dengan gerakan meditasi tertentu dinyatakan dalam Sritattvanidhi, sebuah buku tentang ikonografi dalam [[Hinduisme]]. Sebagai contoh, [[putih]] dihubungkan dengan wujud Ganesa sebagai ''Heramba-Ganapati'' dan ''Rina-Mochana-Ganapati'' (Ganapati yang membebaskan dari belenggu). ''Ekadanta-Ganapati'' digambarkan berwarna [[biru]] selama bermeditasi dalam wujud itu.
 
[[Berkas:Thajavur Ganesha.jpg|kiri|240px|jmpl|Sebuah lukisan bergaya Tajore, menampilkan Ganesa yang sedang mengendarai [[wahana]]nya, yaitu [[tikus]]. Di belakangnya tampak seorang pelayan yang setia menemaninya.]]
Alkisah Dewa [[Siwa]] hendak masuk ke rumahnya, namun Beliau tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Ganesa melarangnya karena ia melaksanakan perintah Dewi [[Parwati]]. Dewa [[Siwa]] menjelaskan bahwa ia suami dewi [[Parwati]] dan rumah yang dijaga ganesa adalah rumahnya juga. Namun Ganesa tidak mau mendengarkan perintah Dewa [[Siwa]], sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun.
 
[[Citra]] Ganesa pada mulanya tidak disertai dengan [[wahana]] ([[kendaraan|tunggangan]]).<ref>Krishan, hal. 48, 89, 92.</ref> Pada delapan [[awatara|penjelmaan]] Ganesa yang dinyatakan dalam ''[[Mudgalapurana]]'', Ganesa lima kali menggunakan [[tikus]] dalam lima penjelmaannya, menggunakan [[singa]] saat menjelma sebagai ''Wakratunda'', seekor [[merak]] saat menjelma sebagai ''Wikata'', dan menggunakan [[Sesa]], [[nāga|naga]] ilahi, dalam penjelmaannya sebagai ''Wignaraja''. Pada empat penjelmaan Ganesa yang terdaftar dalam ''[[Ganesapurana]]'', ''Mohotkata'' menunggangi singa, ''Mayureswara'' menunggangi merak, ''Dumraketu'' menunggangi [[kuda]], dan ''Gajanana'' menunggangi tikus. Dalam pandangan agama Jaina terhadap Ganesa, wahananya ada bermacam-macam, seperti tikus, [[gajah]], [[penyu]], [[domba]], atau merak.<ref>Maruti Nandan Tiwari and Kamal Giri, "Images of Gaṇeśa In Jainism", in: Brown, hal.101-102.</ref>
Akhirnya Dewa Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan Ganesa. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Dewa [[Siwa]] menggunakan Trisulanya dan memenggal kepala Ganesa.
 
Ganesa sering kali digambarkan menunggangi atau diantar oleh seekor tikus. Martin-Dubost mengatakan bahwa tikus muncul sebagai [[wahana]] yang utama dalam sastra tentang Ganesa, di wilayah India Tengah dan Barat selama [[abad ke-7]]; tikus juga selalu ditempatkan dekat dengan kakinya. Tikus sebagai wahana muncul pertama kali dalam kitab ''[[Matsyapurana]]'' dan kemudian dalam ''[[Brahmandapurana]]'' dan ''[[Ganesapurana]]'', dimana Ganesa menggunakannya sebagai kendaraan hanya pada [[awatara|inkarnasi]] terakhirnya. ''[[Ganapati Atharwashirsa]]'' mengandung [[sloka]] tentang Ganesa yang menyatakan bahwa gambar tikus terdapat dalam [[bendera]]nya. Nama ''Musakawahana'' (berwahana tikus) dan ''Akuketana'' (berbendera tikus) muncul dalam ''Ganesa Sahasranama''.
Ketika dewi [[Parwati]] selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Dewa [[Siwa]] tersadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
[[Berkas:Sri Maha Ganesha statue Lovina.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Pantai Lovina]], [[Kabupaten Buleleng|Buleleng]], [[Bali]]]]
Tikus ditafsirkan dalam berbagai pengertian. Seorang penulis buku tentang Ganesa bernama John A. Grimes telah menafsirkan makna tikus sebagai atribut Ganesa. Michael Wilcockson mengatakan bahwa tikus melambangkan orang-orang yang ingin mengatasi keinginan dan mengurangi sifat egois.<ref>''A Student's Guide to AS Religious Studies for the OCR Specification'', by Michael Wilcockson, pg.117.</ref> Yuvraj Krishan, seorang penulis buku Ganesa, mengatakan bahwa tikus itu bersifat merusak dan mengancam pertanian. Kata [[Sanskerta]] ''mūṣaka'' ([[tikus]]) diambil dari akar kata ''mūṣ'' (mencuri, merampok). Merupakan hal yang penting untuk menaklukkan tikus sebagai [[hama]] penghancur, sejenis wighna (rintangan) yang perlu untuk diatasi. Jadi menurut teori tersebut, Ganesa sebagai penguasa tikus menunjukkan fungsinya sebagai ''Wigneswara'' (dewa segala rintangan) dan memberi bukti terhadap perannya sebagai ''grāmata-devatā'' (dewa pedesaan) bagi rakyat yang kemudian meningkat kemuliaannya.<ref>Krishan hal. 49–50.</ref> Paul Martin-Dubost yang juga pernah menulis buku tentang Ganesa memberi sebuah pandangan bahwa tikus adalah simbol yang memberi sugesti bahwa Ganesa, seperti halnya tikus, mampu menembus bahkan memasuki tempat-tempat rahasia.<ref>Martin-Dubost, hal. 231.</ref>
== Asosiasi ==
[[Berkas:Lord Ganesh.jpg|200px|jmpl|Patung Ganesa di sebuah kuil di [[Orissa]], [[India]].]]
[[Berkas:Pura Ulandanu Temple, Batur, Bali, Indonesia 02.JPG|jmpl|Arca Ganesa Di [[Gunung Batur]], [[Kabupaten Bangli|Bangli]], [[Bali]]]]
Ganesa adalah ''Wigneswara'' atau ''Wignaraja'', dewa segala rintangan, baik yang bersifat [[material]] maupun [[rohani|spiritual]]. Ia masyhur dipuja sebagai penyingkir segala rintangan, meski ia juga memasang rintangan pada umatnya yang perlu diberi cobaan. Paul Courtright mengatakan, "pekerjaannya adalah menempatkan dan menyingkirkan rintangan. Itu merupakan kekuasaannya yang utama..."
 
Yuvraj Krishan menyatakan bahwa beberapa nama Ganesa mencerminkan perannya yang berkembang dari waktu ke waktu.<ref>For Krishan's views on Ganesha's dual nature see his quote: "Gaṇeśa has a dual nature; as Vināyaka, as a ''grāmadevatā'', he is ''vighnakartā'', and as Gaṇeśa he is ''vighnahartā'', a ''paurāṇic devatā''." Krishan, hal. viii.</ref> M. K. Dhavalikar beranggapan bahwa karena cepatnya ketenaran Ganesa di antara [[Dewa-Dewi Hindu|dewi-dewi Hindu]], dan kemunculan para ''[[Ganapatya]]'', sehingga ada perubahan tekanan suara dari ''wignakartā'' (pencipta rintangan) menjadi ''wignahartā'' (penyingkir rintangan).<ref>For Dhavilkar's views on Ganesha's shifting role, see Dhavalikar, M. K. "Gaṇeśa: Myth and reality" in Brown 1991, hal. 49</ref> Bagaimanapun, dua fungsi tersebut menjadi amat penting dalam karakter Ganesa, seperti yang dijelaskan Robert Brown, "bahkan setelah Ganesa dalam Purana digambarkan dengan baik, Ganesa meninggalkan banyak hal-hal penting untuk peran gandanya sebagai pencipta dan penyingkir rintangan, sehingga memiliki aspek negatif maupun positif."<ref>Brown, hal. 6.</ref>
Atas saran Dewa [[Brahma]], Beliau mengutus abdinya, [[Gana]], untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, [[Gana]] mendapati seekor [[gajah]] dengan kepala menghadap utara. Kepala [[gajah]] itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa.
[[Berkas:Ganesha statue, Asian Civilisations Museum Singapore - 20061231.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Museum Peradaban Asia|Muesum Peradaban Asia]], [[Singapura]]]]
 
=== Buddhi ===
Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa [[Siwa]] dan sejak itu diberi gelar Dewa keselamatan. Menyelamatkan seseorang sebelum ia memulai pekerjaanya, dengan memuja-muja Beliau.
 
Ganesa dianggap sebagai Dewa Aksara dan Pelajaran. Dalam [[bahasa Sanskerta]], kata ''buddhi'' adalah [[kata benda]] [[feminin]] yang banyak diterjemahkan menjadi kecerdasan, kebijaksanaan, atau akal.<ref>Apte, hal. 703.</ref> Konsep ''buddhi'' erat dikaitkan dengan kepribadian Ganesa, khususnya pada zaman ''[[Purana]]'', ketika banyak kisah menonjolkan kepintarannya dan cinta terhadap kecerdasan. Salah satu nama Ganesa dalam ''[[Ganeshapurana]]'' dan ''[[Ganesa Sahasranama]]'' adalah Buddhipriya. Nama ini juga muncul dalam daftar 21 nama di akhir ''Ganesa Sahasranama'' yang menurut Ganesa amat penting. Kata ''priya'' bisa berarti "yang tercinta", dan dalam konteks suami-istri bisa berarti "kekasih" atau "suami",<ref>Practical Sanskrit Dictionary By Arthur Anthony MacDonell; hal. 187 (''priya''); Published 2004; Motilal Banarsidass Publ; ISBN 81-208-2000-2</ref> maka nama ''Buddhipriya'' bisa saja berarti "Yang dicintai oleh kecerdasan" atau "Suami Buddhi".<ref>Krishan 1999; hal. 60-70 discusses Ganesha as "Buddhi's Husband".</ref>
== Lihat pula ==
*[[Dewa Hindu]]
*[[Siwa]]
 
=== Om ===
{{Hindu Dewa}}
[[Berkas:Ganesha-aum.jpg|ka|200px|jmpl|Ganesa dalam perhiasan berbentuk simbol [[Aum]].]]
 
Ganesa diidentikkan dengan [[mantra]] [[Om]] dalam [[agama Hindu]] (Simbol: <font face="Arial Unicode MS" size="4">ॐ</font>, juga dieja 'Aum'). Istilah ''oṃ(ng)kāraswarūpa'' (Om adalah wujudnya), ketika diidentikkan dengan Ganesa, merujuk pada sebuah pemahaman bahwa ia menjelma sebagai bunyi yang utama.<ref>Grimes, hal. 77.</ref> Kitab ''[[Ganapati Atharwashirsa]]'' memberi penjelasan mengenai hubungan ini. [[Chinmayananda|Swami Chinmayananda]] menerjemahkan pernyataan yang relevan berikut ini:
[[Kategori:Dewa Hindu]]
 
<blockquote>
{{hindu-stub}}
(O Hyang Ganapati!) Engkaulah ([[Trimurti|Tritunggal]]) [[Brahma]], [[Wisnu]], dan [[Siwa|Mahesa]]. Engkaulah [[Indra]]. Engakulah api ([[Agni]]) dan udara ([[Bayu]]). Engkaulah matahari ([[Surya]]) dan bulan ([[Candra]]ma). Engkaulah [[Brahman]]. Engkaulah (tiga dunia) [[Bumi|Bhuloka]] [bumi], [[Antariksa|Antariksa-loka]] [luar angkasa], dan [[Surga|Swargaloka]] [sorga]. Engkaulah Om. (Itu sebagai tanda, bahwa Engkaulah segala hal tersebut).<ref>Chinmayananda, hal. 127. In Chinmayananda's numbering system, this is ''upamantra'' 8.</ref>
</blockquote>
 
Beberapa pemuja melihat kesamaan antara lekukan tubuh Ganesa dalam penggambaran umum dengan bentuk simbol Om dalam [[aksara Dewanagari]] dan [[aksara Tamil|Tamil]].<ref>For examples of both, see: Grimes, hal. 79–80.</ref>
[[af:Ganesha]]
 
[[ar:غانيشا]]
=== Cakra pertama ===
[[bg:Ганеша]] {{Link FA|bg}}
[[Berkas:Ganesh with flower.jpg|jmpl|Patung Ganesa Dengan [[Bunga]]]]
[[ca:Ganesha]]
Menurut [[Kundalini yoga]], Ganesa menempati [[cakra]] pertama, yang disebut ''muladhara''. ''Mula'' berarti "asal, utama"; ''adhara'' berarti "dasar, fondasi". Cakra muladhara adalah hal penting yang merupakan manifestasi atau pelebaran pokok-pokok kekuatan ilahi yang terpendam.<ref name="Cakra">Tantra Unveiled: Seducing the Forces of Matter & Spirit By Rajmani Tigunait; Contributor Deborah Willoughby ; Published 1999; Himalayan Institute Press; hal. 83; ISBN 0-89389-158-4.</ref> Hubungan Gansea dengan hal ini juga diterangkan dalam ''[[Ganapati Atharwashirsa]]''. Courtright menerjemahkan pernyataan sebagai berikut: "[O Ganesa,] Engkau senantiasa menempati urat sakral di fondasi tulang punggung [mūlādhāra cakra]."<ref>Translation. Courtright, hal. 253.</ref> Maka dari itu, Ganesa memiliki kediaman tetap dalam setiap makhluk yang terletak pada Muladhara. Ganesa memegang, menopang dan memandu [[cakra|cakra-cakra]] lainnya, sehingga ia mengatur kekuatan yang mendorong cakra kehidupan.<ref name="Cakra" />
[[da:Ganesha]]
 
[[de:Ganesha]]
== Mitologi ==
[[el:Γκανέσα]]
[[Berkas:Ganesh2.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di Hollywood Basti, [[Ahmedabad]], [[India]]]]
[[en:Ganesha]] {{Link FA|en}}
 
[[es:Ganeṣa]]
[[Berkas:Ganesha Kangra miniature 18th century Dubost p51.jpg|kiri|200px|jmpl|[[Parwati]] dan [[Siwa]] memandikan Ganesa. Sebuah lukisan dari Kangra, dibuat sekitar abad ke-18.]]
[[fa:گانش]]
[[Berkas:Statue of Ganesha at Victoria's Way.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di, Victoria's Way [[Wicklow]], [[Republik Irlandia|Irlandia]]]]
[[fi:Ganesha]]
[[Berkas:Ganesh statue at Uluwatu Temple.jpg|jmpl|Arca Ganesa di [[Pura Luhur Uluwatu]], [[Kabupaten Badung|Badung]], [[Bali]]]]
[[fr:Ganesh]]
Meski Ganesa terkenal sebagai putra dari [[Siwa]] dan [[Parwati]], [[mitologi Hindu|mitos-mitos]] dalam ''[[Purana]]'' memiliki ketidakpastian mengenai kelahirannya. Dia bisa saja diciptakan oleh Siwa, atau oleh Parwati, atau oleh Siwa dan Parwati, atau muncul secara misterius dan ditemukan oleh Siwa dan Parwati. Terdapat berbagai versi mengenai kelahiran Ganesa, tetapi kisah yang paling terkenal berasal dari kitab ''[[Siwapurana]]''.
[[he:גנש]]
 
[[hi:गणेश]]
Dalam kitab ''[[Siwapurana]]'' dikisahkan, suatu ketika Parwati (istri Dewa Siwa) ingin mandi. Karena tidak ingin diganggu, ia menciptakan seorang anak laki-laki. Ia berpesan agar anak tersebut tidak mengizinkan siapapun masuk ke rumahnya selagi Dewi Parwati mandi dan hanya boleh melaksanakan perintah Dewi Parwati saja. Perintah itu dilaksanakan sang anak dengan baik.
[[it:Gaṇeśa]] {{Link FA|it}}
 
[[ja:ガネーシャ]]
Alkisah ketika Dewa Siwa hendak masuk ke rumahnya, ia tidak dapat masuk karena dihadang oleh anak kecil yang menjaga rumahnya. Bocah tersebut melarangnya karena ia ingin melaksanakan perintah Parwati dengan baik. Siwa menjelaskan bahwa ia suami Parwati dan rumah yang dijaga si bocah adalah rumahnya juga. Namun sang bocah tidak mau mendengarkan perintah Siwa, sesuai dengan perintah ibunya untuk tidak mendengar perintah siapapun. Akhirnya Siwa kehabisan kesabarannya dan bertarung dengan anaknya sendiri. Pertarungan amat sengit sampai akhirnya Siwa menggunakan [[Trisula]]nya dan memenggal kepala si bocah. Ketika Parwati selesai mandi, ia mendapati putranya sudah tak bernyawa. Ia marah kepada suaminya dan menuntut agar anaknya dihidupkan kembali. Siwa sadar akan perbuatannya dan ia menyanggupi permohonan istrinya.
[[ka:განეშა]]
 
[[ko:가네샤]]
Atas saran [[Brahma]], Siwa mengutus abdinya, yaitu para [[gana]], untuk memenggal kepala makhluk apapun yang dilihatnya pertama kali yang menghadap ke utara. Ketika turun ke dunia, gana mendapati seekor [[gajah]] sedang menghadap utara. Kepala gajah itu pun dipenggal untuk mengganti kepala Ganesa. Akhirnya Ganesa dihidupkan kembali oleh Dewa Siwa dan sejak itu diberi gelar Dewa Keselamatan.
[[la:Ganesa]]
 
[[lt:Ganeša]]
=== Keluarga dan istri ===
[[lv:Ganēša]]
[[Berkas:Ganapati1.jpg|ka|200px|jmpl|Lukisan "Riddhi Siddhi" karya [[Raja Ravi Varma]], menggambarkan Ganesa yang didampingi kedua istrinya, Riddhi dan Siddhi.]]
[[ml:ഗണപതി]]
[[Berkas:Sasvikal Ganesha Temple 02.JPG|jmpl|Arca Ganesa Di [[Kuil]], [[India]]]]
[[ne:गणेश]]
Dalam keluarga Ganesa ada saudaranya yang bernama [[Kartikeya|Skanda]], yang juga disebut [[Kartikeya]], [[Kartikeya|Murugan]], dan lain-lain. Perbedaan wilayah memberikan versi berbeda tentang jenjang kelahiran mereka. Di India Utara, Skanda biasanya dianggap yang lebih tua, sementara di India Selatan, Ganesa dianggap yang lebih dahulu lahir. Skanda merupakan dewa perang yang masyhur sekitar tahun 500 SM sampai 600 M, ketika pemujaan terhadapnya berkurang secara signifikan di India Utara. Seiring dengan memudarnya Skanda, Ganesa mulai berkembang. Beberapa kisah menceritakan persaingan antara kedua bersaudara tersebut dan bisa saja mencerminkan ketegangan yang terjadi antar [[sekte]] (pemuja Ganesa dan pemuja Skanda).<ref>Gupta, hal. 38.</ref>
[[new:विनायक]]
 
[[nl:Ganesha]]
Status orang tua Ganesa, subjek pembicaraan yang luas bagi para sarjana, memiliki beragam versi dalam cerita-cerita mitos. Salah satu pola dalam mitos mengidentifikasi Ganesa sebagai seorang ''[[brahmacarya]]'' yang tak menikah.<ref>Getty 1936, hal. 33. "According to ancient tradition, Gaṇeśa was a Brahmacārin, that is, an unmarried deity; but legend gave him two consorts, personifications of Wisdom (Buddhi) and Success (Siddhi)."</ref> Pandangan ini biasa terdapat di India Selatan dan di beberapa wilayah India Utara. Dalam contoh lain, ia diasosiasikan dengan konsep ''Buddhi'' (kecerdasan), ''Siddhi'' (kekuatan spiritual), dan ''Riddhi'' (kemakmuran); tiga kualitas ini kadang kala dipersonifikasikan sebagai para dewi, yang konon menjadi para istri Ganesa. Dia bisa juga digambarkan dengan satu pasangan saja atau seorang pelayan tanpa nama ([[Sanskerta]]: ''daşi''). Dalam contoh lain, ia diasosiasikan dengan dewi kebudayaan dan kesenian, yaitu [[Saraswati]] atau Śarda (umumnya di [[Maharashtra]]).<ref>For associations with Śarda and Sarasvati and the identification of those goddesses with one another, see: Cohen, Lawrence, "The Wives of Gaṇeśa", in: Brown 1991, hal. 131–132.</ref> Dia juga disangkutpautkan dengan dewi keberuntungan dan kemakmuran, [[Laksmi]].<ref>For associations with Lakshmi see: Cohen, Lawrence, "The Wives of Gaṇeśa", in: Brown 1991, hal. 132–135.</ref> Contoh lainnya, terutama yang menonjol di wilayah [[Benggala]], menghubungkan Ganesa dengan pohon [[pisang]], [[Kala Bo]].<ref>For discussion of the Kala Bo, see: Cohen, Lawrence, "The Wives of Gaṇeśa", in: Brown 1991, hal. 124–125.</ref>
[[nn:Ganesja]]
 
[[no:Ganesha]]
Kitab ''[[Siwapurana]]'' mengatakan bahwa Ganesa memiliki dua putra: Ksema (kemakmuran) dan Laba (keuntungan). Menurut kisah versi India Utara, putranya sering kali disebut Suba (keselamatan) dan Laba. [[Film]] ber[[bahasa Hindi]] tahun [[1975]] berjudul ''[[Jai Santoshi Maa]]'' menampilkan Ganesa yang menikahi Riddhi dan Siddhi lalu memiliki puteri bernama Santoshi Ma, dewi kepuasan. Kisah ini tidak memiliki dasar dari kitab ''[[Purana]]''.<ref>Cohen, Lawrence. "The Wives of Gaṇeśa". Brown, hal. 130.</ref>
[[oc:Ganesha]]
 
[[pl:Ganeśa]]
== Pemujaan dan festival ==
[[pt:Ganexa]]
[[Berkas:Ganesh Paris 2004 DSC08471.JPG|kiri|240px|jmpl|Festival Ganesa yang dirayakan oleh [[umat Hindu]] di [[Paris]], [[Prancis]], pada tahun [[2004]].]]
[[ru:Ганеша]]
 
[[simple:Ganesha]]
Ganesa banyak dipuja saat acara kerohanian maupun kegiatan sehari-hari; khususnya saat mulai berniaga seperti membeli kendaraan atau memulai bisnis. K.N. Somayaji berkata, "jarang ada rumah ([[Hindu]] di [[India]]) yang tidak memiliki arca Ganapati. [..] Ganapati, sebagai dewa yang termasyhur di [[India]], dipuja oleh hampir seluruh [[kasta]] dan di seluruh penjuru negara".<ref>K.N. Somayaji, ''Concept of Ganesha'', hal. 1 as quoted in Krishan hal. 2-3</ref> Pemujanya percaya bila Ganesa dibuat senang, ia akan memberi kesuksesan, kemakmuran dan perlindungan terhadap bencana.
[[sk:Ganeš]]
 
[[sl:Ganeša]]
Ganesa bukan dewa bagi [[sekte]] tertentu, dan [[umat Hindu]] dari seluruh [[denominasi Hindu|denominasi]] memanggil namanya saat memulai persembahyangan, memulai usaha yang penting, dan upacara keagamaan. Penari dan musisi, khususnya di India Selatan, memulai pertunjukkan seni seperti tari [[Bharatnatyam]] dengan terlebih dahulu memuja Ganesa. [[mantra|Mantra-mantra]] seperti ''Om Shri Gaṇeshāya Namah'' (Om, hormat pada Hyang Ganesa yang masyhur-mulia) sering kali dipakai. Salah satu mantra paling terkenal yang diasosiasikan dengan Ganesa adalah ''Om Gaṃ Ganapataye Namah''.
[[sv:Ganesha]]
 
[[ta:விநாயகர்]]
Pemujanya memberi persembahan berupa manisan seperti modaka dan bola-bola kecil manis ([[laddu]]). Dia sering kali digambarkan memegang semangkuk manisan, yang disebut modakapātra. Karena ia diidentifikasikan dengan warna [[merah]], ia sering kali dipuja dengan pasta cendana merah (raktacandana) atau bunga merah. Rumput Dūrvā ([[Cynodon dactylon]]) dan benda lainnya sering dipakai dalam memujanya.
[[te:వినాయకుడు]]
 
[[th:พระพิฆเนศวร]]
Festival yang dikaitkan dengan Ganesa adalah Winayaka caturti (Ganesa Caturti) pada ''śuklapakṣa'' (hari keempat bulan [[purnama]]) di bulan ''bhadrapada'' ([[Agustus]]/[[September]]) dan Ganesa jayanti (ulang tahun Ganesa) dirayakan pada ''cathurthī'' dalam ''kṛṣṇapakṣa'' (hari keempat bulan mati) di bulan ''magha'' ([[Januari]]/[[Februari]]).
[[tr:Ganeşa]]
 
[[uk:Ганеша]]
[[Berkas:Ganesh Festival.jpg|ka|240px|jmpl|Patung besar Ganesa saat festival [[Ganesa Caturti]] di [[Mumbai]], tahun [[2004]].]]
[[ur:گنیش]]
[[Berkas:Ganesha divali.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Dipawali]], [[Britania Raya|Brintania Raya]]]]
[[vi:Ganesha]]
 
[[zh:格涅沙]]
=== Ganesa Caturti ===
 
Festival tahunan untuk memuja Ganesa yang berlangsung selama sepuluh hari, dimulai pada [[Ganesa Caturti]], yang jatuh pada akhir bulan [[Agustus]] atau awal [[September]]. Festival memuncak pada hari Ananta Caturdasi, ketika [[arca]] (''[[murti]]'') Ganesa dicelupkan ke dalam [[air]]. Pada tahun [[1893]], [[Lokmanya Tilak]] mengubah festival tahunan ini dari perayaan keluarga secara pribadi menjadi acara bagi masyarakat luas.<ref>Metcalf and Metcalf, hal. 150.</ref> Ia melakukannya untuk mengatasi kesenjangan antara golongan [[Brahmana]] dan non-Brahmana dan menemukan konteks tak lazim yang dimaksud untuk membangun akar persatuan di antara mereka, dalam cita-cita nasional menentang penjajahan [[Inggris]] di [[Maharashtra]].<ref>Thapan, hal. 225. For Tilak's role in converting the private family festivals to a public event in support of Indian nationalism.</ref> Karena Ganesa dipuja secara luas sebagai "dewa bagi semua orang", Tilak memilihnya sebagai tempat menampung protes rakyat [[India]] terhadap pemerintahan Inggris.<ref>Brown (1991), hal. 9. For Ganesha's appeal as "the god for Everyman" as a motivation for Tilak.</ref> Tilak adalah orang pertama yang memasang citra Ganesa yang besar bagi masyarakat umum di sebuah [[paviliun]], dan menetapkan tradisi untuk mencelupkan semua citra Ganesa pada hari kesepuluh.<ref>For Tilak as the first to use large public images in ''maṇḍapas'' (pavilions or tents) see: Thapan, hal. 225.</ref> Pada masa kini, [[umat Hindu]] di penjuru India merayakan festival Ganapati dengan semangat menyala, meskipun hal itu paling populer di negara bagian [[Maharashtra]]. Festival itu juga mendapat proporsi yang besar di [[Mumbai]] dan di sekitar kuil-kuil [[Astawinayaka]].
 
=== Kuil ===
[[Berkas:GaneshaBirlaMandirJaipur.JPG|kiri|240px|jmpl|Arca Ganesa di Birla [[Tempat suci Hindu|Mandir]] ([[Pura]] Birla) di [[Jaipur]], [[India]].]]
Dalam [[tempat suci Hindu]], Ganesa dapat diuraikan beraneka macam: sebagai dewa bawahan (''parswadewata''); sebagai dewa yang erat dengan dewa utama (''pariwaradewata''); atau sebagai dewa utama di sebuah kuil (''pradhana''), dijamu bagaikan dewa tertinggi di antara [[Dewa-Dewi Hindu|dewa-dewi]] [[agama Hindu|Hindu]].<ref>Krishan hal. 92</ref> Sebagai dewa keluar-masuk, dia banyak ditempatkan di pintu gerbang kuil Hindu untuk menghalau hal-hal buruk, yang sama dengan perannya sebagai penjaga pintu rumah [[Parwati]]. Dan juga, beberapa kuil didedikasikan untuk Ganesa sendiri, misalnya [[Astawinayaka]] ([[Sanskerta]]: अष्टविनायक; ''aṣṭavināyaka''; "delapan (kuil) Ganesa") di [[Maharashtra]] yang paling masyhur. Terletak di jarak sekitar 100 kilometer dari kota Pune, masing-masing dari delapan kuil ini memuliakan wujud utama Ganapati, lengkap dengan cerita dan legendanya; bersama-sama mereka membentuk sebuah ''mandala'', menandai wilayah suci Ganesa.
 
Ada banyak kuil Ganesa yang penting di tempat-tempat berikut ini: Wai di [[Maharashtra]]; Ujjain di [[Madhya Pradesh]]; Jodhpur, Nagaur dan Raipur (Pali) di [[Rajasthan]]; Baidyanath di [[Bihar]]; Baroda, Dhokala, dan Balsad di [[Gujarat]] dan Kuil Dhundiraj di [[Benares]], [[Uttar Pradesh]]. Kuil Ganesa yang utama di India Selatan yaitu sebagai berikut: Kuil Jambukeśvara di [[Tiruchirapalli]]; di Rameshvaram dan Suchindram di [[Tamil Nadu]]; Hampi, Kasargod, dan Idagunji di [[Karnataka]]; dan Bhadrachalam di [[Andhra Pradesh]].
 
T. A. Gopinatha berkata, "Setiap desa, meskipun desa kecil, memiliki citra Wigneswara-nya sendiri dengan atau tanpa kuil untuk menempatkannya. Di jalan masuk menuju desa atau sebuah benteng, di bawah [[pohon bodhi]] […], dalam sebuah relung […], di kuil [[Wisnu]] maupun [[Siwa]] dan juga pada bangunan suci yang khususnya dibangun dalam kuil Siwa […]; figur Wigneswara kelihatan tak berubah-ubah."<ref>T.A.Gopinatha; ''Elements of Hindu Iconography'', pp 47-48 as quoted in Krishan hal. 2</ref> Kuil Ganesa juga dibangun di luar [[India]], termasuk [[Asia Tenggara]], [[Nepal]], dan di beberapa negara barat.
== Sejarah ketenaran ==
[[Berkas:Ganesh assis (musée Cham, Da Nang) (4394719391).jpg|jmpl|Arca Ganesa yang cukup tua dibuat pada [[Abad ke-1 hingga 10|abad ke-8]] kini disimpan di Muesum Cham, [[Vietnam]]]]
[[Berkas:022 Ganesa (39551446655).jpg|jmpl|Arca Ganesa di [[Candi Penataran|Candi penataran]], [[Indonesia]]]]
[[Berkas:Pura Ulun Danu Batur 1998 03.jpg|jmpl|Arca Ganesa di [[Pura Ulun Danu Batur]], [[Kabupaten Bangli|Bangli]], [[Bali]]]]
Ganesa muncul dalam wujud klasiknya sebagai dewa yang mudah dikenali dengan atribut-atribut yang tergambar dengan baik pada permulaan [[abad ke-4]] sampai [[abad ke-5]]. Shanti Lal Nagar mengatakan bahwa arca paling awal, yang diketahui sebagai wujud Ganesa ada dalam sebuah ceruk di kuil Siwa di [[Bhumra]], yang ditafsir berasal dari zaman [[kerajaan Gupta]].<ref>Nagar, hal. 4.</ref> Pemujaan tersendiri terhadapnya muncul sekitar [[abad ke-10]].<ref name="Narain">Narain, A. K. "Gaņeśa: A Protohistory of the Idea and the Icon", in: Brown, hal. 19.</ref> Narain mengikhtisarkan kontroversi antara pemuja Ganesa dan pandangan akademis terhadap perkembangan Ganesa sebagai berikut:
 
{{quote|[A]pa yang selama ini tak terduga adalah kemunculan Ganesa yang agak dramatis menurut pandangan sejarah. Pelopornya tak jelas. Keterbukaan dan ketenarannya yang luas, yang melampaui batas [[mahzab]] dan teritorial, sungguh menakjubkan. Di satu sisi ada kepercayaan bagi umat yang [[ortodoks]] terhadap asal usul Ganesa dari zaman ''[[Weda]]'' dan dalam ''[[Purana]]'' terdapat penjelasan yang membingungkan, namun merupakan [[mitologi]] yang cukup menarik. Di sisi lain terdapat keraguan mengenai adanya gagasan dan arca tentang dewa ini sebelum abad keempat sampai kelima Masehi. ...<ref name="Narain"/>}}
 
=== Pengaruh memungkinkan ===
[[Berkas:Ganesh Visarjan Chinawal.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Maharashtra]], [[India]]]]
Buku yang ditulis Thapan tentang perkembangan Ganesa mengandung sebuah bab tentang spekulasi mengenai peran kepala gajah pada zaman awal di [[India]], tetapi berkesimpulan bahwa, "meski pada abad ke-2 Masehi ada perwujudan [[yaksa]] berkepala gajah, itu tidak bisa dianggap menggambarkan Ganapati-Winayaka. Tidak ada bukti mengenai dewa yang disebut memiliki wujud gajah atau berkepala gajah pada permulaan zaman ini. Ganapati-Winayaka masih membuat debutnya."<ref>Thapan, hal. 75.</ref>
 
[[Berkas:Ganesha Nurpur miniature circa 1810 Dubost p64.jpg|kiri|240px|jmpl|Lukisan Ganesa berlengan empat yang dibuat pada abad ke-19. Berasal dari [[Delhi]], [[India]].]]
[[Berkas:Downtown Ubud Bali Indonesia - panoramio (23).jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Ubud]], [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]], [[Bali]]]]
Suatu teori mengenai asal usul Ganesa mengatakan bahwa ia perlahan-lahan menjadi tenar sehubungan dengan empat [[Winayaka]].<ref>Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature". Brown, hal. 70–72.</ref> Dalam [[mitologi Hindu]], para Winayaka adalah kelompok empat makhluk jahat yang membuat rintangan dan kesulitan, tetapi mudah untuk ditenangkan. Nama Winayaka adalah nama yang biasa bagi Ganesa, baik dalam ''[[Purana|Purana-Purana]]'' maupun ''[[Tantra]]'' [[agama Buddha|Buddha]].<ref name="Thapan, hal. 20"/> Krishan adalah salah satu sarjana yang menerima teori ini, yang berkomentar datar tentang Ganesa, "Dia bukan dewa dalam ''[[Weda]]''. Asal-usulnya mengikuti jejak empat [[Winayaka]], roh jahat, dari ''Manawagrehyasutra'' ([[abad ke-7 SM|abad VII]]-[[abad ke-4 SM|IV]] SM) yang menyebabkan berbagai jenis kejahatan dan penderitaan".<ref>Krishan, hal. vii.</ref> Penggambaran figur manusia berkepala gajah, yang beberapa di antaranya diidentifikasikan dengan Ganesa, muncul dalam kesenian dan koin India pada permulaan [[abad ke-2]].<ref>For a discussion of early depiction of elephant-headed figures in art, see Krishan 1981–1982, hal. 287–290 or Krishna 1985, hal. 31–32</ref>
 
=== Sastra Weda dan wiracarita ===
Gelar "Pemimpin kelompok" ([[Sanskerta]]: ''ganapati'') muncul dua kali dalam ''[[Regweda]]'', tetapi keduanya tidak merujuk pada Ganesa yang sekarang. Istilah itu muncul dalam ''Regweda'' (Rw 2.23.1) sebagai gelar untuk [[Wrehaspati|Brahmanaspati]], menurut para komentator.<ref>Wilson, H. H. ''Ŗgveda Saṃhitā''. Sanskrit text, English translation, notes, and index of verses. Parimal Sanskrit Series No. 45. Volume II: Maṇḍalas 2, 3, 4, 5. Second Revised Edition; Edited and Revised by Ravi Prakash Arya and K. L. Joshi. (Parimal Publications: Delhi, 2001). ISBN 81-7110-140-9 (Vol. II); ISBN 81-7110-138-7 (Set). RV 2.23.1 (2222) gaṇānāṃ tvā gaṇapatiṃ havāmahe kaviṃ kavīnāmupamaśravastamam | 2.23.1; "We invoke the Brahmaṇaspati, chief leader of the (heavenly) bands; a sage of sages."</ref> Saat sloka itu tak diragukan lagi merujuk pada Brahmanaspati, sloka itu kemudian diadopsi untuk memuja Ganesa dan masih dipakai hingga sekarang.<ref>Nagar, hal. 3.</ref> Dalam pembantahan bahwa pernyataan tersebut merupakan bukti keberadaan Ganesa dalam ''Regweda'', Ludo Rocher mengatakan bahwa itu dengan jelas merujuk kepada [[Wrehaspati]]—dewa himne-himne—dan hanya Wrehaspati.<ref>Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature". Brown, hal. 69. Bṛhaspati is a variant name for Brahamanaspati.</ref> Hal yang juga mirip, yaitu pernyataan kedua (Rw 10.112.9) merujuk pada [[Indra]], yang diberi gelar 'ganapati', diterjemahkan menjadi "Pemimpin perkumpulan (bagi para [[Marut]])." Tetapi, Rocher menyatakan bahwa sastra-satra Ganapatya terkini sering kali mengutip sloka-sloka ''Regweda'' untuk menghormati Ganesa.<ref>For use of RV verses in recent Ganapatya literature, see Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature" in Brown 1991, hal. 70.</ref>
 
Dua sloka dalam kitab yang termasuk ''[[Yajurweda|Yajurweda hitam]]'', yaitu ''Maitrayaniya Samhita'' (2.9.1) dan ''Taittiriya Aranyaka'' (10.1), menyatakan permohonan kepada dewa yang "bertaring satu" (''Dantih''), "bermuka gajah" (''Hastimuka''), dan "berbelalai bengkok" (''Wakratunda''). Nama-nama ini mengingatkan kita pada Ganesa, dan seorang komentator dari abad ke-14 bernama Sayana dengan tegas memastikan identifikasi ini.<ref>For text of ''Maitrāyaṇīya Saṃhitā'' 2.9.1 and ''Taittirīya Āraṇyaka'' 10.1 and identification by Sāyaṇa in his commentary on the āraṇyaka, see: Rocher, Ludo, "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature" in Brown 1991, hal. 70.</ref> Deskripsi tentang Dantin, yang memiliki belalai bengkok (''wakratunda'') dan memegang [[jagung]], [[tebu]], dan [[gada]], merupakan karakteristik Ganapati yang utama secara ''[[Purana]]'', seperti yang dikatakan Heras, "tidak bisa dibantahkan lagi untuk menerima identifikasinya (ciri-ciri Ganesa) dengan (ciri-ciri) Dantin ini".<ref>Heras, hal. 28.</ref> Tapi, Krishan menganggap bahwa himne-himne ini adalah tambahan (carangan) pasca zaman ''Weda''.<ref>Krishan 1981–1982, hal. 290</ref> Thapan menambahkan bahwa pernyataan-pernyataan itu lazimnya dianggap sebagai sebuah sisipan. Dhavalikar mengatakan, "referensi mengenai dewa berkepala gajah di ''Maitrayani Samhita'' telah terbukti sebagai sisipan paling akhir, maka tidak begitu berguna dalam menentukan informasi paling awal mengenai sang dewa (Ganesa)".<ref>Krishan 1999, hal. 12–15. For arguments documenting interpolation into the ''Maitrāyaṇīya Saṃhitā''.</ref>
 
Ganesa tidak muncul dalam wiracarita India pada zaman ''Weda''. Sebuah sisipan pada [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'' mengatakan bahwa [[Resi]] [[Byasa]] meminta Ganesa untuk membantunya sebagai seorang penulis untuk mencatat wiracarita yang didikte oleh sang resi kepadanya. Ganesa setuju namun dengan syarat bahwa Byasa harus membeberkan wiracarita itu tanpa diselingi, yaitu, tanpa berhenti. Sang resi setuju, tetapi sadar bahwa untuk melakukan jeda, ia perlu menceritakan suatu pernyataan yang sangat kompleks sehingga Ganesa akan bertanya untuk mengklarifikasi. Kisah tersebut tidak dianggap sebagai sebuah bagian dalam kitab orisinilnya oleh editor dalam kitab ''Mahabharata'' edisi kritikan. Hubungan antara Ganesa dengan ketangkasan pikiran dan pembelajaran adalah salah satu alasan sehingga ia ditampilkan sebagai penulis dikte yang dijabarkan Byasa tentang ''Mahabharata'' dalam sisipan tersebut.<ref>Brown, hal. 4.</ref> Richard L. Brown memperkirakan waktunya terjadi sekitar abad ke-8, dan Moriz Winternitz menyimpulkan bahwa kisah itu dikenal pada awal th. 900, tetapi tidak ditambahkan ke dalam ''Mahabharata'' sampai sekitar 150 tahun kemudian. Winternitz juga menambahkan bahwa versi berbeda dalam naskah ''Mahabharata'' di India Selatan adalah penghapusan terhadap legenda Ganesa tersebut.<ref>Winternitz, Moriz. "Gaṇeśa in the Mahābhārata". Journal of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland (1898:382). Citation provided by Rocher, Ludo. "Gaņeśa's Rise to Prominence in Sanskrit Literature". Brown, hal. 80.</ref> Istilah winayaka ditemukan dalam beberapa resensi dalam ''[[Santiparwa]]'' dan ''[[Anusasanaparwa]]'' yang dianggap sebagai sisipan.<ref>For interpolations of the term vināyaka see: Krishan 1999, hal. 29.</ref> Sebuah referensi tentang ''Wignakartrinam'' ("Pencipta rintangan") dalam ''[[Wanaparwa]]'' juga dipercaya sebagai sebuah sisipan dan tidak muncul dalam edisi kritikan.<ref>For reference to Vighnakartṛīṇām and translation as "Creator of Obstacles", see: Krishan 1999, hal. 29.</ref>
 
[[Berkas:Ganesha ink.jpg|ka|240px|jmpl|Lukisan Ganesa yang terdapat dalam kitab ''[[Bhagawatapurana]]'', dibuat sekitar awal [[abad ke-19]].]]
 
=== Zaman Purana ===
 
Kisah mengenai Ganesa sering kali muncul dalam kitab-kitab ''[[Purana]]''. Brown mengatakan, ketika kitab-kitab ''Purana'' tidak menyebutkan kapan tepatnya suatu peristiwa terjadi, penuturan kisah hidup Ganesa yang lebih detail ada dalam kitab yang muncul belakangan, sekitar th. 600–1300.<ref>Brown, hal. 183.</ref> Yuvraj Krishan mengatakan bahwa mitos mengenai kelahiran Ganesa dan bagaimana ia memperoleh kepala gajah, ada dalam ''Purana'' yang digubah dari th. 600 dan seterusnya. Ia meneliti masalah dan mengungkapkan bahwa referensi tentang Ganesa yang terdapat dalam ''Purana-purana'' awal, seperti ''[[Bayupurana]]'' dan ''[[Brahmandapurana]]'', adalah sisipan di kemudian hari yang dibuat dari abad ke-7sampai abad ke-10.<ref>Krishan, hal. 103.</ref>
 
Bangkitnya ketenaran Ganesa dikodifikasikan pada abad ke-9, ketika secara formal ia dimasukkan ke dalam lima dewa utama dalam [[aliran Smarta]]. Filsuf abad ke-9 bernama [[Adi Shankara|Shankaracarya]] memopulerkan "pemujaan terhadap lima wujud" (pañcāyatana pūjā), sebuah sistem di antara kaum [[brahmana]] yang [[ortodoks]] dalam tradisi Smarta. Dalam pemujaan ini dilakukan pemanggilan lima dewa yaitu Ganesa, [[Wisnu]], [[Siwa]], [[Dewi (Hindu)|Dewi]], dan [[Surya]]. Shankaracarya mendirikan tradisi itu dengan tujuan utama untuk menyatukan dewa-dewi utama dari lima sekte besar pada status yang sama. Hal ini sungguh-sungguh membuat peran Ganesa sebagai seorang dewa komplementer.
 
=== Buku dan sastra ===
[[Berkas:TibetianGanpati.jpg|ka|240px|jmpl|Lukisan Ganesa yang sedang menari, berasal dari [[Tibet]] Tengah. Wujud ini juga dikenal sebagai "Maharakta".]]
 
Ketika Ganesa diterima sebagai salah satu dari lima dewa utama dalam [[Brahmanisme]], beberapa brahmana memilih untuk memuja Ganesa sebagai dewa utama mereka. Mereka mengembangkan tradisi [[Ganapatya]], seperti yang dapat disimak dalam ''[[Ganeshapurana]]'' dan ''[[Mudgalapurana]]''.
 
Masa penggubahan ''[[Ganeshapurana]]'' dan ''[[Mudgalapurana]]'' (dan waktunya tidak tetap antara satu sama lain) telah mengobarkan perdebatan para sarjana. Kedua-duanya berkembang dari waktu ke waktu dan mengandung isi yang bertumpuk-tumpuk. Anita Thapan mengutarakan komentar tentang masa penggubahan dan mengukuhkan pendapatnya. "Sepertinya, mungkin pokok-pokok isi dari ''Ganeshapurana'' muncul sekitar abad keduabelas dan ketigabelas", dia berkata, "namun kemudian diberi sisipan."<ref>For a review of major differences of opinions between scholars on dating, see: Thapan, hal. 30–33.</ref> Lawrence W. Preston berpikir bahwa waktu yang memungkinkan untuk penggubahan ''Ganeshapurana'' antara tahun 1100 dan 1400, bersamaan dengan waktu berdirinya tempat-tempat suci seperti yang disebutkan dalam kitab itu.<ref>Preston, Lawrence W., "Subregional Religious Centers in the History of Maharashtra: The Sites Sacred to Gaṇeśa", in: N. K. Wagle, ed., ''Images of Maharashtra: A Regional Profile of India''. hal. 103.</ref>
 
R.C. Hazra mengatakan bahwa ''Mudgalapurana'' lebih tua daripada ''Ganeshapurana'', yang menurutnya digubah pada tahun 1100 dan 1400.<ref>R.C. Hazra, "The Gaṇeśa Purāṇa", ''Journal of the Ganganatha Jha Research Institute'' (1951);79–99. R.C. Hazra, "The Gaṇeśa Purāṇa", ''Journal of the Ganganatha Jha Research Institute'' (1951);79–99.</ref> Tetapi, Phyllis Granoff menemukan masalah terhadap waktu yang tidak tetap ini dan berkesimpulan bahwa ''Mudgalapurana'' adalah kitab filsafat terakhir yang menyinggung masalah Ganesa. Ia mengemukakan alasannya berdasarkan sebuah fakta bahwa, di antara bukti-bukti internal lainnya, ''Mudgalapurana'' secara spesifik menyebut ''Ganeshapurana'' sebagai salah satu dari empat ''[[Purana]]'' (''[[Brahmapurana|Brahma]]'', ''[[Brahmandapurana|Brahmanda]]'', ''[[Ganeshapurana|Ganesha]]'', dan ''[[Mudgalapurana]]'') yang menyinggung masalah Ganesa.<ref>Phyllis Granoff, "Gaṇeśa as Metaphor", in Brown, hal. 94–95, note 2.</ref> Sementara isinya sudah usang, kitab itu diberi sisipan sampai abad ke-17dan ke-18, sehubungan dengan pemujaan Ganapati yang menjadi penting dalam wilayah tertentu.<ref>Thapan, hal. 30–33.</ref> Kitab lain yang memuji Ganesa, yaitu ''[[Ganapati Atharwashirsa]]'', ada kemungkinan digubah pada abad ke-16 atau ke-17.<ref>Courtright, hal. 252.</ref>
 
== Di luar India dan agama Hindu ==
Hubungan dagang dan budaya telah memperluas pengaruh [[India]] di [[Asia Barat]] dan [[Tenggara]]. Ganesa adalah salah satu dari banyaknya [[dewa-dewi Hindu]] yang menjamah negeri asing sebagai akibatnya.
 
Ganesa khususnya disembah oleh para pedagang dan rombongannya, yang pergi ke luar India untuk malakukan hubungan dagang. Periode dari sekitar abad ke-10 sampai seterusnya ditandai oleh perkembangan jaringan-jaringan baru terhadap hal pertukaran, pembentukan serikat dagang, dan bangkitnya sirkulasi keuangan. Selama masa ini, Ganesa menjadi dewa utama yang dikaitkan dengan para pedagang.<ref>Thapan, hal. 170.</ref> Tulisan paling awal yang mengandung seruan kepada Ganesa sebelum memanggil dewa-dewi lainnya dikaitkan dengan komunitas rombongan pedagang.<ref>Thapan, hal. 152.</ref>
 
[[Umat Hindu]] bermigrasi ke [[nusantara]] dan membawa budaya mereka, termasuk Ganesa, bersama mereka. Arca-arca Ganesa ditemukan di sepanjang wilayah [[Nusantara]] dalam jumlah yang banyak, sering kali di samping kuil [[Siwa]]. Wujud Ganesa didapati dalam kesenian Hindu di [[Jawa]], [[Bali]], dan [[Kalimantan]] yang menunjukkan pengaruh regional yang spesifik.<ref>Getty, hal. 55–66.</ref> Penyebaran budaya Hindu secara perlahan-lahan ke [[Asia Tenggara]] telah membuat wujud Ganesa dimodifikasi di [[Burma]], [[Kamboja]], dan [[Thailand]]. Di [[Indochina]], [[agama Hindu]] dan [[agama Buddha|Buddha]] dijalankan dengan berdampingan, dan pengaruh timbal balik bisa dilihat dalam penggambaran Ganesa di wilayah itu. Di [[Thailand]], [[Kamboja]] dan di [[Vietnam]], Ganesa terutama dianggap sebagai penyingkir segala rintangan. Bahkan kini oleh umat Buddha di Thailand, Ganesa dihormati sebagai penyingkir segala rintangan, atau dewa keberhasilan.<ref>Brown, hal. 182.</ref>
 
Sebelum kedatangan [[Islam]], [[Afganistan]] memiliki ikatan budaya yang erat dengan India, dan pemujaan terhadap dewa-dewi Hindu maupun Buddha sama-sama dijalankan. Beberapa contoh arca dari abad ke-5 sampai abad ke-7 telah bertahan, mencerminkan bahwa pemujaan Ganesa adalah hal yang populer di wilayah itu.<ref name="Martin-Dubost, hal. 311">Martin-Dubost, hal. 311.</ref>
[[Berkas:6th century Ganesha (cave 1), Badami Hindu cave temple Karnataka.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Kuil-kuil gua Badami|Kuli-kuli gua Badami]], [[India]]]]
[[Berkas:National Museum Java01.jpg|jmpl|Arca Ganesha Di [[Candi Banon]], [[Indonesia]]]]
Ganesa muncul dalam [[agama Buddha]] [[Buddha Mahayana|Mahayana]], tidak hanya dalam wujud dewa Vināyaka dalam agama Buddha, tetapi juga sebagai wujud [[raksasa (mitologi Hindu dan Buddha)|raksasa]] dengan nama yang sama.<ref>Getty, hal. 37–45.</ref> Citranya muncul dalam arca-arca agama Buddha selama akhir masa [[kerajaan Gupta]]. Sebagai dewa Vināyaka dalam agama Buddha, ia sering kali digambarkan sedang menari. Wujud ini, disebut Nṛtta Ganapati, dan termasyhur di wilayah India Utara, kemudian diadopsi di [[Nepal]], lalu di [[Tibet]].<ref>Getty, hal. 38.</ref> Di Nepal, wujud Ganesa secara Hindu, dikenal sebagai Heramba, sangat terkenal; ia memiliki lima kepala dan menunggangi [[singa]]. Penggambaran Ganesa di Tibet menunjukkan pandangan yang bertentangan terhadapnya.<ref>Nagar, hal. 185.</ref> Ganapati versi Tibet adalah ''tshogs bdag''.<ref>Wayman, Alex (2006). ''Chanting the Names of Manjushri''. Motilal Banarsidass Publishers: hal. 76 . ISBN 81-208-1653-6</ref> Dalam versi Tibet, Ganesa digambarkan sedang diinjak oleh kaki Mahākāla, yaitu dewa bangsa Tibet yang terkenal. Penggambaran lain menampilkan wujudnya sebagai pemusnah segala rintangan, kadang kala dalam wujud sedang menari. Ganesa muncul di [[Cina]] dan [[Jepang]] dalam wujud yang menampilkan karakter wilayah yang berbeda. Di Cina Utara, ada patung batu dari zaman awal yang dikenal sebagai Ganesa, disertai tulisan yang berangka tahun 531.<ref name="Martin-Dubost, hal. 311" /> Di Jepang, pemujaan terhadap Ganesa pertama kali disebutkan pada tahun 806.<ref>Martin-Dubost, hal. 313.</ref>
[[Berkas:Kabul ganesh khingle 2.jpg|jmpl|Arca Ganesa Di [[Kabul]], [[Afganistan]]]]
Sastra [[Jainisme|agama Jaina]] (Jainisme) tidak menyebutkan adanya pemujaan terhadap Ganesa. Namun, Ganesa dipuja oleh banyak umat Jaina, muncul sebagai pengambil alih fungsi [[Kubera]].<ref>Thapan, hal. 157.</ref> Hubungan Jaina dengan komunitas perdagangan mendukung gagasan bahwa Jainisme mengambil tradisi pemujaan Ganesa sebagai akibat dari hubungan perdagangan.<ref>Thapan, hal. 151, 158, 162, 164, 253.</ref> Patung Ganesa tertua versi Jaina ditaksir berasal dari abad ke-9.<ref>Krishan, hal. 122.</ref> Sebuah kitab Jaina dari abad ke-15 memaparkan prosedur untuk memasang citra Ganapati.<ref>Krishan, hal. 121.</ref> Citra Ganesa muncul dalam kuil Jaina di [[Rajasthan]] dan [[Gujarat]].<ref>Thapan, hal. 158.</ref>
 
<gallery widths="200" heights="240">
Berkas:Yogyakarta Indonesia Prambanan-temple-complex-18a.jpg|Arca Ganesa di [[Candi Prambanan|candi Prambanan]], [[Indonesia]]
Berkas:Ganesha statue at Sanggar Agung Temple, Surabaya-Indonesia.jpg|Altar Ganesha dengan patung seukuran manusia yang juga digunakan oleh umat [[Agama Hindu|Hindu]] di [[Kelenteng Sanggar Agung|Klenteng Sanggar Agung]], [[Indonesia]]
Berkas:Ganesha Pagaralam Palembang.jpg|Arca Ganesa di [[Museum Sultan Mahmud Badaruddin II]], [[Kota Palembang|Palembang]]
Berkas:Ganesha Statue at Prambanan Temple Museum.jpg|Arca Ganesha di [[Candi Prambanan]], [[Museum|Muesum]] [[Indonesia]]
</gallery>
 
== Catatan kaki ==
{{Reflist|colwidth=30em}}
 
== Referensi ==
<div class="references-2column">
* {{Citation |series=Indian Civilization Series |last=Agrawala |first=Prithvi Kumar |authorlink= |coauthors= |title=Goddess Vināyakī: The Female {{IAST|Gaṇeśa}} |year=1978 |publisher=Prithivi Prakashan |location=Varanasi |isbn= }}
* {{Citation |last=Apte |first=Vaman Shivram |authorlink= |coauthors= |title=The Practical Sanskrit Dictionary |year=1965 |publisher=Motilal Banarsidass Publishers |location=Delhi |isbn=81-208-0567-4 }} (fourth revised and enlarged edition).
* {{Citation |last=Avalon |first=Arthur |authorlink=John Woodroffe |coauthors= |title=Śāradā Tilaka Tantram |year=1933 |publisher=Motilal Banarsidass Publishers |location= |isbn=81-208-1338-3 }} (1993 reprint edition).
* {{Citation |last=Bailey |first=Greg |authorlink= |coauthors= |title=Ganeśapurāna: Introduction, translation, notes and index |year=1995 |publisher=Harrassowitz |location= |isbn=3-447-03647-8 }}
* {{Citation |last=Bhattacharyya (Editor) |first=Haridas|authorlink= |coauthors= |title=The Cultural Heritage of India |year=1956 |publisher=The Ramakrishna Mission Institute of Culture |location=Calcutta |isbn= }} Four volumes.
* {{Citation| last =Brown| first =Robert| year = 1991| title =Ganesh: Studies of an Asian God | publication-place =Albany| publisher =State University of New York | isbn =0-7914-0657-1}}
* {{cite book|last=Chinmayananda|first=Swami|authorlink=Chinmayananda|coauthors=|title=Glory of Ganesha|year=1987|publisher=Central Chinmaya Mission Trust|location=Bombay|isbn= }}
* {{Citation |last=Courtright |first=Paul B. |authorlink= |coauthors= |title={{IAST|Gaṇeśa}}: Lord of Obstacles, Lord of Beginnings |year=1985 |publisher=Oxford University Press |location=New York |isbn=ISBN 0-19-505742-2 }}
* {{Citation |last=Danielou |first=Alain |authorlink=Alain Danielou |coauthors= |title=The meaning of Ganapati |year=1954 |publisher=The Adyar Library bulletin |location=Madras |isbn=}}
* {{Citation |last=Doniger |first=Wendy |authorlink=Wendy Doniger |coauthors= |title=Merriam-Webster's Encyclopedia of World Religions |year=1996 |publisher=Merriam-Webster |location= |isbn= 0877790442}}
* {{Citation |last=Flood |first=Gavin |authorlink= |coauthors= |title=An Introduction to Hinduism |year=1996 |publisher=Cambridge University Press |location=Cambridge |isbn= 0-521-43878-0}}
* {{Citation
| last =Getty
| first =Alice
| year =1936
| title =Gaņeśa: A Monograph on the Elephant-Faced God
| edition =1992 reprint
| volume =
| publication-place =Oxford
| publisher =Clarendon Press
| isbn =81-215-0377-X
}}.
* {{Citation |series=SUNY Series in Religious Studies |last=Grimes |first=John A. |authorlink= |coauthors= |title=Ganapati: Song of the Self |year=1995 |publisher=State University of New York Press |location=Albany |isbn=0-7914-2440-5 }}
* {{Citation |last=Gupta |first=Shakti M. |authorlink= |coauthors= |title=Karttikeya: The Son of Shiva|year=1988 |publisher=Somaiya Publications Pvt. Ltd.|location=Bombay|isbn= 81-7039-186-5}}
* {{Citation |last=Heras |first=H. |authorlink= |coauthors= |title=The Problem of Ganapati |year=1972 |publisher=Indological Book House |location=Delhi |isbn= }}
* {{Citation |last=Jansen |first=Eva Rudy|authorlink= |coauthors= |title=The Book of Hindu Imagery|year=1993 |publisher=Binkey Kok Publications BV |location=Havelte, Holland |isbn=90-74597-07-6 }}
* {{Citation |last=Khokar |first=Ashish |authorlink= |coauthors=S. Saraswati |title=Ganesha-Karttikeya |year=2005 |publisher=Rupa and Co |location=New Delhi |isbn= 81-291-0776-7}}
* {{Citation |last=Krishan |first=Yuvraj |year=1981–1982 |month= |title={{IAST|The Origins of Gaṇeśa}} |journal=Artibus Asiae |volume=43 |issue=4 |pages=285–301 |url=http://links.jstor.org/sici?sici=0004-3648%281981%2F1982%2943%3A4%3C285%3ATOOG%3E2.0.CO%3B2-A |accessdate=2007-09-11 |quote= |archive-date=2023-07-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230728151841/https://www.jstor.org/stable/3249845 |dead-url=no }}
* {{Citation| last =Krishan| first =Yuvraj| year = 1999| title =Gaņeśa: Unravelling An Enigma |edition = | volume = | publication-place =Delhi | publisher =Motilal Banarsidass Publishers | isbn =81-208-1413-4}}
* {{Citation| last= Krishna | first=Murthy, K. | year=1985 | title= Mythical Animals in Indian Art|publication-place=New Delhi| publisher = Abhinav Publications|isbn=0391032879}}
* {{Citation |last=Macdonell |first=Arthur Anthony |authorlink=Arthur Anthony Macdonell |coauthors= |title=A Practical Sanskrit Dictionary |year=1996 |publisher=Munshiram Monoharlal Publishers |location= |isbn=81-215-0715-4 }}
* {{Citation |last=Martin-Dubost |first=Paul |authorlink= |coauthors= |title=Gaņeśa: The Enchanter of the Three Worlds |year=1997 |publisher=Project for Indian Cultural Studies |location=Mumbai |isbn= 81-900184-3-4}}
* {{Citation |last=Mate |first=M. S. |authorlink= |coauthors= |title=Temples and Legends of Maharashtra |year=1988 |publisher=Bharatiya Vidya Bhavan |location=Bombay |isbn= }}
* {{Citation |last=Metcalf |first=Thomas R.|authorlink= |coauthors=Metcalf, Barbara Daly|title=A Concise History of India |year= |publisher= |location=| }}
* {{Citation |last=Nagar |first=Shanti Lal |authorlink= |coauthors= |title=The Cult of Vinayaka |year=1992 |publisher=Intellectual Publishing House |location=New Delhi |isbn=81-7076-043-9 }}
* {{Citation
| last =Oka
| first =Krishnaji Govind
| year =1913
| title =The Nāmalingānuśāsana (Amarakosha) of Amarasimha: with the Commentary ({{IAST|Amarakoshodghāṭana}}) of Kshīrasvāmin
| edition =
| volume =
| publication-place =Poona
| publisher =Law Printing Press
| url=http://ia310939.us.archive.org/1/items/namalinganusasan00amariala/namalinganusasan00amariala.pdf
| accessdate =2007-09-14
| isbn =}}.
* {{Citation |last=Pal |first=Pratapaditya |authorlink= |coauthors= |title=Ganesh: The Benevolent |year=1995 |publisher=Marg Publications |location= |isbn=81-85026-31-9 }}
* {{Citation |last=Ramachandra Rao |first=S. K. |authorlink= |coauthors= |title=The Compendium on Gaņeśa |year=1992 |publisher=Sri Satguru Publications |location=Delhi |isbn= 81-7030-828-3 }}
* {{Citation| last =Saraswati| first =Swami Tattvavidananda | year = 2004| title ={{IAST|Gaṇapati Upaniṣad}} | publication-place =Delhi | publisher =D. K. Printworld Ltd. | isbn =81-246-0265-4}}
* {{Citation
| last=Śāstri Khiste
| first={{IAST|Baṭukanātha}}
| year=1991
| title={{IAST|Gaṇeśasahasranāmastotram: mūla evaṁ srībhāskararāyakṛta ‘khadyota’ vārtika sahita}}
| place={{IAST|Vārāṇasī}}
| publisher=Prācya Prakāśana
| edition=
| isbn=
}}. Source text with a commentary by Bhāskararāya in Sanskrit.
* {{Citation
| last=Śāstri
| first=Hargovinda
| year=1978
| title={{IAST|Amarkoṣa}} with Hindi commentary
| place=Vārānasi
| publisher=Chowkhambā Sanskrit Series Office
| edition=
| isbn=
}}
* {{Citation |last=Thapan |first=Anita Raina |authorlink= |coauthors= |title=Understanding Gaņapati: Insights into the Dynamics of a Cult |year=1997 |publisher=Manohar Publishers |location=New Delhi |isbn=81-7304-195-4 }}
* {{Citation |last=Wilson|first=H. H.|authorlink= |coauthors= |title=Rgveda-Samhita, Text in Devanagari, English translation Notes and indices by H. H. Wilson, Ed. W.F. Webster |year=1990|publisher=Nag Publishers,11A/U.A. Jawaharnagar |location=New Delhi |isbn= }}
</div>
 
== Pranala luar ==
{{commons|Category:Ganesha|Ganesha}}
<!--===========================({{NoMoreLinks}})===============================-->
* {{en}} [http://ganapati.club.fr/anglais/indexe.html Ganesh: Symbol and presence] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070210051104/http://ganapati.club.fr/anglais/indexe.html |date=2007-02-10 }}
* {{en}} [http://hinduism.about.com/od/lordganesha/a/ganesha.htm Ganesha: The Elephant-faced God] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090827203118/http://hinduism.about.com/od/lordganesha/a/ganesha.htm |date=2009-08-27 }}
{{Hindu Dewa}}
 
[[Kategori:Dewa Hindu]]
[[Kategori:Dewa-Dewi Taoisme]]