Penaklukan Surabaya oleh Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 125.163.63.57 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bagas Chrisara
Tag: Pengembalian
Angayubagia (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(8 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
|result=Kemenangan mutlak Kesultanan Mataram<div>Dominasi Kesultanan Mataram di Jawa Tengah dan Timur</div>
|combatant1=[[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] [[Kesultanan Mataram]]
|combatant2=[[Kadipaten Surabaya]]<br /> Sekutu:{{Plainlist|
* [[Kadipaten Surabaya]]
* Tuban
}}
* Pasuruan
{{Collapsible list
* Wirasaba
|bullets = yes
* Lasem
|title = Sekutu:
* Sukadana
*| Tuban
* Madura
*| Pasuruan
* Pajang (''memberontak terhadap Mataram'')
*| Wirasaba
* ''lainnya''
*| Lasem
*| Sukadana
*| Madura
*| Pajang (''memberontak terhadap Mataram'')
*| ''lainnya''
}}
|commander1=
[[Sultan Agung]] dari Mataram
* Tumenggung Mangun Oneng (1625){{sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=64}}
* [[Rangga Gempol I]] (1624)<ref>{{Cite book|title=Bupati di Priangan: dan kajian lainnya mengenai budaya Sunda|url=https://books.google.co.id/books?id=NzBwAAAAMAAJ&q=rangga+gempol+madura+1624&dq=rangga+gempol+madura+1624&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjUhae-soHkAhUc7HMBHYskB9QQ6AEINTAC|publisher=Pusat Studi Sunda|date=2004|language=id|first=Pusat Studi|last=Sunda}}</ref>
|commander2=
[[Jayalengkara]], Adipati Surabaya{{sfn|Ricklefs|2008|p=48}}
* [[Pangeran Pekik]] dari Surabaya{{sfn|Ricklefs|2008|p=48}}
|campaignbox={{Kampanye Kesultanan Mataram}}
|image=[[Berkas:Mataram_Sultanate_in_Sultan_Agung_ReignMataram Sultanate in Sultan Agung Reign.svg|jmpl|400x400px250px]]|caption=Ekspansi Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung, termasuk ekspansi ke timur melawan Surabaya dan sekutunya]].}}
}}
 
'''Penaklukan Surabaya oleh Mataram''' atau '''Perang Mataram-Surabaya''' adalah kampanye militer oleh [[Kesultanan Mataram]] pada awal [[abad ke-17]] yang mengakibatkan penaklukan [[Kadipaten Surabaya]] dan sekutunya di bagian timur [[Jawa]] (sekarang menjadi bagian [[Indonesia]]). Sebelum penaklukan ini, Mataram dan Surabaya adalah dua kerajaan yang bersaing merebut kekuasaan di Jawa Tengah dan Timur.{{sfn|Ricklefs|2008|p=46}} Perang ini dimulai pada tahun 1614 ketika Mataram, di bawah kepemimpinan [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]], menyerang sekutu-sekutu Surabaya, termasuk Wirasaba. Surabaya dan sekutunya meluncurkan serangan balik tapi dikalahkan di dekat Pajang pada tahun 1616. Selama beberapa tahun berikutnya, Mataram secara bertahap menaklukkan anggota-anggota aliansi Surabaya, dan pada tahun 1620, kota Surabaya itu sendiri berada di bawah pengepungan, bertahan sampai menyerah pada tahun 1625. Dengan penaklukan ini, Mataram menyatukan Jawa Tengah dan Jawa Timur di bawah kekuasaannya,{{Sfn|Ricklefs|2008|p=48}} dan memperkokoh posisinya sebagai kekuatan dominan di Jawa.{{Sfn|Syed|Akhtar|Usmani|2011}} Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya yang ditaklukkan tetap berada di tangan Mataram sampai diserahkan ke [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] pada 1743.{{sfn|Ricklefs|2008|p=116}}
 
== Latar belakang ==
Pada pertengahan kedua abad ke-16, [[Kesultanan Demak]], kekuatan dominan di pulau Jawa, hancur menjadi beberapa negara merdeka.{{sfn|Ricklefs|2008|p=41}} Pada pergantian abad ke-17, tiga dari negara-negara ini muncul sebagai kekuatan terkemuka: [[Kesultanan Banten]] di [[Jawa Barat]], [[Kesultanan Mataram]] di pedalaman [[Jawa Tengah]], dan [[Kadipaten Surabaya]] di pesisir [[Jawa Timur]].{{sfn|Ricklefs|2008|p=38}}{{sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=33}} Mataram mengkonsolidasimengonsolidasi kekuatan dengan menyatukan kerajaan lain: Pajang pada tahun {{Circa|1588}} 1588, Demak (1588), Madiun ({{Circa|1590}} 1590) dan Kediri (1591).{{Sfn|Ricklefs|2008|p=45}} Mengikuti kegagalan ekspedisi Mataram ke arah barat melawan Banten di sekitar 1597, Mataram berubah berekspansi ke timur, ke daerah-daerah di bawah pengaruh dari Surabaya.{{sfn|Ricklefs|2008|p=45}}
 
[[Kadipaten Surabaya]] berpusat kira-kira di [[kota Surabaya]] sekarang, di pantai utara Jawa Timur.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} Kadipaten ini kaya dan kuat,{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} dan kota pelabuhannya adalah rute perdagangan penting antara [[Melaka, Malaysia|Malaka]] dan [[Kepulauan Maluku|Kepulauan penghasil rempah-rempah (Maluku)]].{{sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=28}} Luas kota ini adalah sekitar {{Convert|37|km|mi}} dalam diameter, dan diperkuat oleh kanal-kanal dan meriam-meriam.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} Bersekutu dengan negara terdekat, [[Kota Pasuruan|Pasuruan]], Kadipaten ini memperluas pengaruhnya ke seluruh bagian timur pulau Jawa di awal abad ke-17.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=34}} Pada tahun 1622, Kadipaten Surabaya mengkontrolmengontrol daerah [[Kabupaten Gresik|Gresik]] dan Sedayu di Jawa Timur.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} dan juga menguasai daerah [[Sukadana, Kayong Utara|Sukadana]]{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} dan [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]]{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=35}} di [[Kalimantan Selatan]]. Ada laporan yang masih diragukan yang mengatakan Kadipaten ini mungkin telah memperluas pengaruhnya ke [[Kota Pasuruan|Pasuruan]], [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]], wilayah lembah [[sungai Brantas]], dan Wirasaba.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} Selain itu, Surabaya juga bersekutu dengan Tuban, [[Kota Malang|Malang]], [[Kota Kediri|Kediri]], [[Kabupaten Lasem, Rembang|Lasem]], semua wilayah di Jawa Timur, serta [[Pulau Madura|Madura]] di lepas pantai utaranya.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=47}} Aliansi ini terbentuk terutama sebagai respon terhadap pertumbuhan kekuatan Mataram,{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=35}} dan Surabaya merupakan pendiri dan sekaligus anggota yang paling kuat.{{sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=35}}{{sfn|Ricklefs|2008|p=45}}
 
== Peperangan ==
 
=== Penaklukan sekutu Surabaya ===
[[Berkas:Stamps_of_Indonesia,_050-06.jpg|jmpl|Sultan Agung, raja Mataram yang memimpin penaklukan, pada perangkoprangko Indonesia tahun 2006]]
Pada tahun 1613, [[Sultan Agung dari Mataram|''Hanyakrakusuma]]'' (memerintah tahun 1613{{Spaced en dash space}}1645), yang kemudian bergelar ''[[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]]'' (sebagaimana disebutkan dalam literatur) naik takhta Mataram. DiaIa kemudian memulai penaklukan ke arah timur dengan sebuah serangan ke arah sisi selatan Surabaya, [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda Timur]], Malang, dan kemungkinan Pasuruan pada tahun 1614. Pasukan Surabaya menyerang tentara Mataram saat berbalik pulang, namun dikalahkan. Pada tahun 1615, Sultan Agung menaklukkan Wirasaba dan secara pribadi memimpin pasukan di sana. Surabaya tidak mengirim pasukannya untuk membantu Wirasaba, karena takut sekutu yang lainnya, Tuban, akan mengambil keuntungan dengan mengkhianati Surabaya dan menyerang dari belakang.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}}{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=35}}
[[Berkas:Mataram_Sultanate_in_Sultan_Agung_Reign.svg|jmpl|400x400px|Ekspansi Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung, termasuk ekspansi ke timur melawan Surabaya dan sekutunya]]
Pada tahun 1613, [[Sultan Agung dari Mataram|Hanyakrakusuma]] (memerintah tahun 1613{{Spaced en dash space}}1645, yang kemudian bergelar ''[[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]]'' (sebagaimana disebutkan dalam literatur) naik takhta Mataram. Dia memulai penaklukan ke arah timur dengan sebuah serangan ke arah sisi selatan Surabaya, [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda Timur]], Malang, dan kemungkinan Pasuruan pada tahun 1614. Pasukan Surabaya menyerang tentara Mataram saat berbalik pulang, namun dikalahkan. Pada tahun 1615, Sultan Agung menaklukkan Wirasaba dan secara pribadi memimpin pasukan di sana. Surabaya tidak mengirim pasukannya untuk membantu Wirasaba, karena takut sekutu yang lainnya, Tuban, akan mengambil keuntungan dengan mengkhianati Surabaya dan menyerang dari belakang.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}}{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=35}}
 
Penaklukan strategis dan penting wilayah Wirasaba menimbulkan ancaman yang jelas untuk Surabaya dan kerajaan-kerajaan kecil di timur dan mereka menyatakan untuk memperkuat aliansi. Mereka mengerahkan pasukan dan berbaris menuju Pajang, sebuah kota di bawah kontrol Mataram tetapi tampaknya di ambang pemberontakan.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}} Namun, mata-mata Mataram di Tuban menipu pasukan sekutu untuk mengambil rute yang buruk menuju Pajang. Akibatnya, tentara sekutu terisolasi di Siwalan, dekat Pajang. Tentara ini dikelilingi oleh Sultan Agung dan dikalahkan pada bulan Januari 1616.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}}
Baris 44 ⟶ 49:
Pada tahun 1620, target utama Mataram bergeser ke arah kota Surabaya itu sendiri. Selama tahun 1620-1625, pasukan Mataram secara berkala mengepung Surabaya.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}} Pengepungan itu sulit karena bagian dari Surabaya (termasuk istana kadipaten) yang terletak di antara cabang-cabang [[Sungai Brantas]],{{Sfn|Pigeaud|1976|p=39}} dan dalam banyak bagian-bagiannya dikelilingi oleh rawa, yang membentuk benteng alami dan menjadi risiko kesehatan bagi para pengepung.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} Selain itu, kota itu bertembok dan diperkuat dengan meriam.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=46}} Posisi Surabaya sebagai kota pelabuhan membuat Mataram perlu untuk memblokade Surabaya melalui laut dan darat.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} Keterbatasan logistik dan musim hujan tahunan menyebabkan Mataram tidak dapat mempertahankan pengepungan terus menerus.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} Sebaliknya, Mataram mengikuti pola menyerang saat musim kemarau, menghancurkan tanaman dan menjarah hasil panen dari daerah Surabaya dan sekitarnya.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}}{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}}
 
Mataram mengirim lima ekspedisi untuk menyerang Surabaya.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=58}} pertama, padaPada tahun 16201960, upaya pertama melibatkan 70,.000 pasukan Mataram melawan 30.000 pasukan Surabaya,{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=60}} tetapi pengepungan gagal karena tidak cukup persediaan untuk pasukan Mataram.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=60}} Upaya kedua pada tahun 1622, juga gagal karena kurangnya persediaan makanan.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=60}} Upaya ketiga pada tahun 1623, juga gagal menaklukkan Surabaya.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=62}} Mataram mengepung Surabaya lagi pada tahun 1624, menduduki dan menjarah wilayah pemukiman di sekitarnya serta memaksa warga untuk mengungsi ke dalam kota.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=62}} Pada saat yang sama, Mataram juga mengirimkan ekspedisi terhadap sekutu Surabaya yang tersisa, terutama Sukadana di Kalimantan, yang jatuh pada tahun 1622, dan Madura, yang jatuh pada tahun 1624.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}} kedua sekutu di luar pulau ini telah memasok Surabaya, dan kekalahan mereka sangat berdampak bagi kota ini.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}}
 
Pengepungan kelima dan terakhir berlangsung pada tahun 1625, di mana pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Mangun Oneng, dibantu oleh Tumenggung Yuda Prasena dan Tumenggung Ketawangan.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=64}} Mataram membendung sungai [[Sungai Brantas|Brantas]], membatasi pasokan air ke kota,{{Sfn|Ricklefs|2008|p=47}} dan meracuni sisa pasokan air menggunakan bangkai binatang.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Pengepungan di darat, dan penaklukan sekutu luar pulau Surabaya, menyebabkan kekurangan makanan dan perlengkapan lain di kota ini.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Tercatat, hanya rute laut ke [[Kota Makassar|Makassar]] yang terbuka.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Mengingat efek dari pengepungan dan kelaparan di kota, Jayalengkara, Adipati Surabaya, memanggil dewan bangsawan kota.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}} Salah satu faksi, terutama termasuk Adipati Pajang yang diasingkan, mendorong untuk melanjutkan perlawanan, tapi bangsawan lain meyakinkan Jayalengkara untuk menyerah.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=65}}
 
Jayalengkara menjadi taklukan Sultan Agung di Surabaya, dan karena usianya yang tua, meninggal tidak lama kemudian.{{Sfn|Pigeaud|1976}} {{Sfn|Ricklefs|2008|p=48}} Putranya, Pangeran Pekik diasingkan ke tempat pertapaan di makam [[Walisongo|Sunan Ngampel-Denta]], dekat Surabaya.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=48}} Kemudian, Pangeran Pekik tinggal di istana Mataram, menikah dengan saudara perempuan Sultan Agung, dan, menurut sejarawan belandaBelanda H. J. de Graaf, "banyak meningkatkan kebudayaan keraton Mataram".{{Sfn|Pigeaud|1976}} Adipati Pajang, mantan pemimpin Mataram yang telah memberontak dan melarikan diri ke Surabaya, dieksekusi dengan di[[tenggelam]]kan.{{Sfn|Akhmad Saiful Ali|1994|p=66}}
 
== Hasil Peperangan ==
{{See also|Kesultanan Mataram|Penyerbuan di Batavia 1628}}
Penaklukan ini menghilangkan saingan Mataram terkuat di timur dan memberi kesempatan bagi Sultan Agung untuk membangun kedaulatannya atas sebagian besar penduduk Jawa yang berbahasa Jawa, serta Madura.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=48}} Dari wilayah Jawa yang berbahasa daerah, hanya [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] tetap independen di [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Timur]]. Ada juga [[Kesultanan Banten]] dan [[Hindia Belanda|Belanda yang menguasai]] [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) di Barat.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=48}} Surabaya dan daerah-daerah di pantai timur laut pulau Jawa yang ditaklukkan tetap berada di tangan Mataram sampai mereka diserahkan ke [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Perusahaan IndiaHindia Timur belandaBelanda]] pasca [[Perang Jawa (1741–1743)|1741-1743 Perang Jawa]].{{Sfn|Ricklefs|2008|p=116}} Hal ini berarti bahwa daerah Jawa Tengah dan Timur berada di lingkup pengaruh Mataram selama [[Jawanisasi|periode formatif]] budaya Mataram dari [[budaya Jawa]], di mana kini fitur seperti Jawa, etika, seni, bahasa, dan sosialhierarki hirarkisosial telah mengambil bentuk budayanya.{{Sfn|Hefner|1990|p=29}}
 
Penaklukan ini menandai batas maksimal dari Mataram.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=48}} Setelah konsolidasi kekuasaannya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Sultan Agung kemudian berbalik ke arah barat untuk berurusan dengan Belanda. Pasukannya [[Penyerbuan di Batavia 1628|menyerang Batavia]] pada tahun 1628, dan lagi pada tahun 1629, tapi kampanye ini berakhir pada kekalahan besar.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=49}} Setelah kegagalan ini, ekspansi Mataram berhenti, dan tidak lagi menjadi ancaman untuk Banten atau Belanda.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=50}}
Baris 66 ⟶ 71:
* {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=j11yMMLK1AkC|title=Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam|last=Hefner|first=Robert W.|date=January 1990|publisher=Princeton University Press|isbn=0-691-02856-7|ref=harv}}
* {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=Z9U-FUPS3DkC|title=South East Asia, Colonial History: Imperialism before 1800|last=Kratoska|first=Paul H.|publisher=Taylor & Francis|year=2001|isbn=978-0-415-21540-4|ref=harv}}
* {{Cite book|url=https://bookswww.google.comco.id/books/edition/Sejarah_Indonesia_Modern_1200_2008/uk-Edtb-m6kC?hl=id&gbpv=0AAdBQAAQBAJ0|title=A History of Modern Indonesia Since C.1200|last=Ricklefs|first=M.C.|date=2008-09-11|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=978-1-137-05201-8|pages=46–48|ref=harv|author-link=M. C. Ricklefs}}
* {{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=_BVJCAAAQBAJ|title=Islamic States in Java 1500–1700: Eight Dutch Books and Articles by Dr H.J. de Graaf|last=Pigeaud|first=Theodore Gauthier Thomas|date=1976|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=90-247-1876-7|location=The Hague|ref=harv|author-link=Theodoor Gautier Thomas Pigeaud}}
* {{Cite thesis|last=Akhmad Saiful Ali|author=Akhmad Saiful Ali|date=1994|title=Ekspansi Mataram terhadap Surabaya Abad ke-17|url=http://digilib.uinsby.ac.id/11596/|location=Surabaya|publisher=Islamic Institute of Sunan Ampel|language=id|ref=harv}}