Seonjo dari Joseon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 30:
 
== Latar Belakang ==
Raja Seonjo lahir sebagai '''Yi Yeon''' pada tahun 1552 di [[Seoul|Hanseong]], ibu kota Korea, sebagai putra ketiga Deokheung Daewongun (대원군)<ref name="daewongun">{{ko}} [http://100.naver.com/100.nhn?docid=45201 Daewongun] at [[Doosan Encyclopedia]]. A honorary title given to the father of the king who is not a direct heir from the previous king.</ref> Ia diberikan gelar Pangeran Haseong, dan ketika [[Myeongjong dari Joseon|Raja Myeongjong]] mati muda tanpa seorang ahli waris, Haseong menjadi calon raja atas keputusan istana kerajaan, jadi ia dimahkotai sebagai raja pada tahun 1567 pada usia 16 tahun.<ref name="seonjo doosan"/><ref name="seonjo ekc">{{ko}} [http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=234570&v=42 Seonjo] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110610005929/http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=234570&v=42 |date=2011-06-10 }} at Encyclopedia of Korean Culture</ref>
 
== Awal Pemerintahan (1567-1575) ==
Raja Seonjo fokus pada perkembangan hidup rakyat biasa, juga membangun kembali negara setelah korupsi politik selama pemerintah [[Yeonsangun dari Joseon|Yeonsangun]] dan [[Jungjong dari Joseon|Raja Jungjong]] yang kacau. Ia mendukung sarjana-sarjana [[Sarim]], yang telah dianiaya oleh kaum bangsawan di dalam [[Sahwa|empat pembersihan berbeda]] di antara tahun 1498 dan tahun 1545 selama pemerintahan Yeosangun dan Jungjong. Seonjo melanjutkan reformasi politik Raja Myeongjong, dan menaruh banyak sarjana-sarjana [[Konfusianisme]], termasuk [[Yi Hwang]], [[Yi I]], [[Jeong Cheol]], dan [[Yu Seong-ryong]], di dalam kantor.<ref name="seonjo doosan"/>
 
Seonjo juga mereformasi sistem ujian pelayanan sipil, terutama kualifikasi ujian resmi sipil. Ujian yang lalu kebanyakan mengenai sastra, bukan politik atau sejarah. Raja sendiri memerintahkan sistem itu direformasi dengan meningkatkan kepentingan subyek-subyek lainnya. Ia juga mengembalikan reputasi sarjana-sarjana yang telah di eksekusi seperti [[Jo Gwang-jo]], yang gugur di dalam [[Sahwa#Pembersihan Literati Ketiga tahun 1519|Pembersihan Literati Ketiga tahun 1519]], dan mencela pencapaian aristokrat yang korup, terutama [[Nam Gon]], yang menghasut pembersihan di bawah Jungjong dan memberikan kontribusi besar terhadap korupsi waktu itu. Tindakan ini membuat masyarakat umum menghormati raja, dan negara menikmati era singkat perdamaian.<ref name="seonjo doosan"/><ref name="neo-confucian literati"> The Academy of Korean Studies, ''Korea through the Ages Vol. 1'' p189-p195, The Editor Publishing Co., Seoul, 2005. ISBN 89-7105-544-8</ref>
 
== Perpecahan Politik dan Perseteruan Timur-Barat (1575-1592) ==
Baris 44:
Perpecahan politik itu menyebabkan negara menjadi lemah, karena jumlah dari pasukan militer juga menjadi salah satu permasalahan dalam agenda untuk direformasi. [[Yi I]], seorang konservatif yang netral, mendesak raja untuk meningkatkan jumlah pasukan dengan maksud mempersiapkan diri menghadapi serangan pada masa yang akan datang dari [[Jurchen]] dan [[Jepang]]. Bagaimanapun juga, kedua faksi menolak usulan Yi, dan jumlah dari pasukan justru dikurangi nantinya karena banyak yang percaya kalau masa damai akan terus berlangsung. Jurchens dan Jepang menggunakan kesempatan ini untuk mengembangkan pengaruh mereka di [[Asia Timur]], menyebabkan [[Invasi Jepang ke Korea (1592-1598)|Perang Tujuh Tahun]], dan mendasari pendirian dari [[Dinasti Qing]] di Tiongkok, keduanya yang mana akan menyebabkan kehancuran dari Semenanjung Korea
 
Raja Seonjo menghadapi banyak kesulitan dalam berurusan dengan kedua ancaman baru ini, mengirimkan banyak komandan militer yang berpengalaman ke perbatasan Utara, sementara juga menghadapi para pemimpin Jepang [[Oda Nobunaga]], [[Toyotomi Hideyoshi]] dan [[Tokugawa Ieyasu]], di bagian selatan. Bagaimanapun juga, setelah Toyotomi Hideyoshi mempersatukan Jepang, Jepang segera membuktikan diri mereka akan menjadi ancaman yang lebih besar; dan banyak orang Korea mulai takut kalau negeri mereka akan diambil alih oleh Jepang. Banyak pejabat mencemaskan pertahanan dari kerajaan, mendesak raja untuk mengirim para delegasi ke Hideyoshi, tujuan utama mereka adalah untuk mencari tahu apakah Hideyoshi sedang mempersiapkan untuk invasi atau tidak. Bagaimanapun juga, dua faksi pemerintahan tidak dapat mencapai kata sepakat mengenai kepentingan nasional ini; sehingga sebuah persetujuan dibuat dan satu delegasi dari setiap faksi dikirim ke Hideyoshi. Ketika para utusan itu kembali ke Korea, laporan mereka justru menambahkan kontroversi dan kebingungan. [[Hwang Yun-gil]], dari faksi Barat, melaporkan kalau Hideyoshi sedang meningkatkan jumlah pasukannya dalam jumlah yang sangat besar, <ref name="hwang doosan">{{ko}} [http://100.naver.com/100.nhn?docid=173842 Hwang Yun-gil] at [[Doosan Encyclopedia]]</ref> tapi [[Kim Seong-il]], dari faksi Timur, memberitahu Raja kalau ia pikir pasukan yang besar ini tidak untuk digunakan berperang melawan Korea, karena Hideyoshi sedang mengusahakan menyelesaikan reformasinya dengan cepat untuk mencegah pelanggaran hukum dan menekan para bandit yang sekarang berkeliaran di pedesaan.<ref name="kim seong-il doosan">{{ko}} [http://100.naver.com/100.nhn?docid=31243 Kim Seong-il] at [[Doosan Encyclopedia]]</ref> Karena faksi Timur memiliki lebih banyak suara di pemerintahan pada waktu itu, laporan dari Hwang diabaikan dan Seonjo memutuskan untuk tidak bersiap-siap perang, walaupun sikap dari Hideyoshi di suratnya yang dikirim kepada Seonjo dengan jelas menunjukkan hasratnya untuk menaklukkan Asia.<ref name="hwang doosan"/><ref name="imjinwaeran doosan">{{ko}} [http://100.naver.com/100.nhn?docid=130742 Japanese invasions of Korea 1592-1598] at [[Doosan Encyclopedia]]</ref>
 
== Perang Selama Tujuh Tahun (1592-1598) ==
{{Main|Invasi Jepang ke Korea (1592-1598)}}
Pada tahun 1591, setelah delegasi kembali dari Jepang, Toyotomi Hideyoshi mengirim delegasinya untuk mengunjungi Raja Seonjo, dan meminta izin untuk melewati [[Semenanjung Korea]] untuk menyerang Tiongkok, sebagai efek mengumumkan perang melawan [[Dinasti Joseon]]. Raja terperanjat; setelah menolak permintaan Jepang ia mengirimkan sepucuk surat ke [[Beijing]] untuk memberi sinyal kepada Tiongkok bahwa Jepang sebenarnya mempersiapkan perang berskala penuh melawan aliansi Korea-Tiongkok. Ia juga memerintahkan untuk mengkonstruksi banyak benteng di wilayah pesisir dan mengirim para jenderalnya [[Sin Rip]] dan [[Yi Il]] ke pantai selatan untuk mempersiapkan perang. Sewaktu bangsa Korea sibuk mempersiapkan diri mereka, Jepang memproduksi banyak senapan untuk tentara-tentara mereka, dan mengerahkan prajurit dari seluruh negeri.<ref name="imjinwaeran doosan"/><ref name="imjinwaeran ekc">{{ko}} [http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=257073&v=44 Japanese invasions of Korea 1592-1598] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110610010011/http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=257073&v=44 |date=2011-06-10 }} at Encyclopedia of Korean Culture</ref>
 
Pada tanggal 13 April, 1592, sekitar 700 kapal Jepang di bawah pimpinan [[Konishi Yukinaga]] menyerang Korea. Konishi dengan mudah membakar [[Busan|Benteng Busan]] dan [[Dongnae-gu|Benteng Donglae]], membunuh komandan-komandan [[Jeong Bal]] dan [[Song Sang-hyeon]] dan menuju ke arah utara. Pada hari berikutnya pasukannya bahkan lebih banyak lagi di bawah pimpinan [[Kato Kiyomasa]] dan [[Kuroda Nagamasa]] mendarat, juga menuju ke arah Hanyang. Armada Jepang yang besar di bawah pimpinan [[Todo Takatora]] dan [[Kuki Yoshitaka]] mendukung mereka dari laut. Jenderal Yi Il menghadapi Kato Kiyomasa di dalam [[Perang Sangju]], yang dimenangkan oleh Jepang. Kemudian Yi Il bertemu Jenderal Sin Rip, tetapi gabungan pasukan mereka juga dikalahkan di dalam [[Perang Ch'ungju]] oleh Kato Kiyomasa. Kemudian Seonjo menunjuk Jenderal Kim Myeong-won sebagai Kepala Komandan dan Panglima Tertinggi, dan memerintahkannya untuk mempertahankan ibu kota. Kemudian raja pindah ke [[Pyongyang]], karena Jepang mulai merebut ibu kota. Ia kemudian pindah lebih jauh lagi ke utara ke kota perbatasan [[Uiju]] tak lama sebelum Pyongyang jatuh. Ketika raja absen dari ibu kota, banyak orang yang telah kehilangan harapan di dalam pemerintah merampok istana dan membakar banyak gedung-gedung publik. Ini mengakibatkan lebih banyak lagi kerusakan dari yang telah dilakukan Jepang setelah mereka merebut kota tersebut.<ref name="imjinwaeran doosan"/><ref name="imjinwaeran ekc"/>
 
Meskipun pasukan terus kehilangan orang dan perang, angkatan laut berhasil memotong sumber bahan dari laut; Laksamana [[Yi Sun-sin]] mengalahkan armada Jepang beberapa kali dan melakukan banyak kerusakan atas kapa-kapal penyalur bahan. Dengan angkatan laut yang memblokir bahan, pasukan dari Tiongkok di bawah Jenderal [[Li Rusong]] tiba, dan mulai mendorong Jepang ke arah selatan, akhirnya merebut kembali [[Pyongyang]]. Konishi Yukinaga berhasil menahan kemajuan Tiongkok di dalam [[Perang Byeokjegwan]], dan mencoba kembali untuk mendorong Korea ke arah utara ,<ref>{{ko}} [http://100.naver.com/100.nhn?docid=75138 Battle of Byeokjegwan] at [[Doosan Encyclopedia]]</ref>, tetapi pukulan penting datang lewat [[Perang Hangju]], dimana Jenderal [[Gwon Yul]] mengalahkan Jepang dengan kekuatan yang jauh lebih kecil.<ref>{{ko}} [http://100.naver.com/100.nhn?docid=24332 Gwon Yul] at [[Doosan Encyclopedia]]</ref> Jepang kemudian memutuskan untuk memasuki negosiasi damai, ketika kedua belah pihak masih melanjutkan perangnya. Selama negosiasi ini Korea mengambil kembali Seoul, tetapi istana-istana seluruhnya telah terbakar habis, kemudian Seonjo memperbaiki satu dari rumah-rumah kuno milik keluarga kerajaan dan menamakannya [[Deoksugung]], menjadikannya sebagai salah satu istana resminya.<ref>{{ko}} [http://100.naver.com/100.nhn?docid=46624 Deoksugung] at [[Doosan Encyclopedia]]</ref>
 
Negosiasi damai antara Tiongkok dan Jepang berakhir tanpa hasil, karena kurangnya pengertian antara kedua belah pihak dan misinterpresentasi bangsa Korea. Jepang menyerang Korea lagi pada tahun 1597; namun kali ini seluruh ketiga negara siap untuk berperang, dan Jepang tidak dapat maju semudah seperti pada tahun 1592. Jepang mencoba untuk merebut Hanyang baik dari rute darat dan laut. Mulanya rencana itu kelihatannya berjalan lancar ketika Todo Takatora mengalahkan Laksamana [[Won Gyun]] di [[Perang Chilchonryang]],<ref>{{ko}} [http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=271264&v=44 Won Gyun] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110610010220/http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=271264&v=44 |date=2011-06-10 }} at Encyclopedia of Korean Culture</ref>, tetapi rencana itu diabaikan ketika angkatan laut Korea di bawah Laksamana Yi Sun-sin berhasil mengalahkan armada Jepang di bawah pimpinan Todo Takatora di dalam [[Perang Myeongnyang]] dengan hanya 13 kapal. Hasil dari pertempuran itu secara efektif mengakhiri perang selama 7 tahun, dan pada tahun 1598 Jepang akhirnya mundur dari Korea setelah kematian mendadak Toyotomi Hideyoshi. [[Perang Noryang]] menandai akhirnya perang tersebut, dengan unit terakhir Jepang di bawah pimpinan Konishi Yukinaga meninggalkan Korea.<ref name="neo-confucian literati"/><ref name="imjinwaeran doosan"/><ref name="imjinwaeran ekc"/>
 
== Hari-hari Terakhir (1598-1608) ==
Terlepas dari semua upaya yang diletakkan Seonjo selama perang, seperti membangun fasilitas pelatihan militer dan reformasi hukum pajak - rakyat diberikan hadiah dengan kenaikan kelas sosial, pembebasan tenaga kerja atau kejahatan ditukar dengan pembayaran pajak atas beras - perang meninggalkan tanah yang hancur dan orang-orang yang kelaparan.<ref name="seonjo doosan"/> Setelah perang, keinginan untuk merekonstruksi negara terganggu oleh kekacauan politik yang disebabkan oleh faksi-faksi politik dan memerangi kelaparan.<ref name="seonjo ekc"/> Raja Seonjo kehilangan harapan untuk memerintah negara tersebut, dan membiarkan Putra Mahkota [[Gwanghaegun dari Joseon|Gwanghaegun]] menggantikan tempatnya. Namun, ketika ratu melahirkan seorang putra (Gwanghaegun merupakan putra kedua Nyonya Kim, selir raja), suksesi juga menjadi masalah yang dipertentangkan.<ref>{{ko}} [http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=234538&v=42 Gwanghaegun] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110610013821/http://100.nate.com/dicsearch/pentry.html?s=K&i=234538&v=42 |date=2011-06-10 }} at Encyclopedia of Korean Culture</ref> Raja Seonjo meninggal pada tahun 1608, sedangkan divisi politik dan ancaman dari luar membuat langit masih menggelapi Korea.<ref name="seonjo ekc"/> kisah raja seonjo dan putra mahkota Gwanghaegun diceritakan dalam film the king face.raja seonjo ketika kecil juga hadir pada film the lady of prison.
 
== Keluarga ==
* Ayahanda: Deokheung Daewongun (덕흥대원군)<ref name="daewongun"/>
* Ibunda: Hadong, Putri Selir Pangeran dari Wangsa Jeong (하동부대부인 정씨)
 
* Selir-selir:
# Ratu Uiin dari Wangsa Bannam Bak (의인왕후 박씨)
Baris 122 ⟶ 121:
{{s-aft|after=[[Gwanghaegun dari Joseon|Gwanghaegun]]}}
{{s-end}}
 
 
{{lifetime|1552|1608}}