Hijrah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Wagino Bot (bicara | kontrib) k Bot: Merapikan artikel |
||
(22 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 11:
'''Hijrah''' ([[bahasa Arab]]: <font size=4>هِجْرَة</font>) adalah perpindahan/migrasi [[Nabi]] [[Muhammad]] dan pengikutnya dari [[Mekkah|Makkah]] ke [[Madinah]] pada bulan Juni tahun 622.
==
Awalnya dalam menyebarkan agamanya di [[Makkah]], Nabi Muhammad kerap melakukannya dengan mencaci maki sesembahannya orang-orang [[Suku Quraisy|Quraisy]]. Namun rakyat Quraisy bersabar dan hanya mengancam bahwa mereka akan menghina balik sesembahan Nabi Muhammad bila beliau tetap melakukannya. Sehingga turunlah ayat [https://quran.com/6/108?font=v1&translations=20%2C33 Quran 6:108].<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/Tafsir_Ibnu_Katsir_Lengkap_114Juz/Tafsir%20Ibnu%20Katsir%203.2/page/n15/mode/2up|title=Tafsir Ibnu Katsir - Qur'an 6:108|pages=272|archive-url=https://web.archive.org/web/20210819070833/https://i.ibb.co/TkSvVF3/Tafsir-Ibnu-Katsir-3-2-0016.jpg|archive-date=2021-08-19|url-status=live|access-date=2021-08-19|dead-url=no}}</ref>
Setelah kematian Abu Thalib, dan perselisihan dengan orang-orang Quraisy makin meningkat. Pada September 622, Nabi Muhammad pun membawa pengikutnya berhijrah ke [[Yatsrib]], {{convert|320|km|mi}} utara Mekkah. Yatsrib kemudian berubah nama menjadi Madinat an-Nabi, yang berarti "kota Nabi", tetapi kata an-Nabi menghilang, dan hanya disebut [[Madinah]], yang berarti "kota". Penanggalan Islam yang disebut [[Hijriah]] dicetuskan oleh [[Ali bin Abi Thalib]] pada tahun 638 atau 17 tahun setelah peristiwa hijrah. Kota tempat tinggal Nabi Muhammad disebut Madinah dan wilayah sekitarnya disebut Yatsrib.▼
{{Cquote|quotetext=Dan Janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan, tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.|source=[https://quran.com/6:108?font=v1&translations=20%2C33 Qur'an 6:108]}}
Seorang sahabat Nabi, [[Abdullah bin Amru bin al-Ash|Abdullah bin Amru]] melaporkan, ketika dirinya sedang bersama orang-orang [[musyrik]] di [[Hijir Ismail|Hijr]], mereka menyebut-nyebut soal [[Muhammad|Rasulullah]], mereka berkata: "Kita tidak pernah bersabar menghadapi seseorang seperti kesabaran kita terhadap lelaki ini. Ia merendahkan kita, mencela [[Leluhur|nenek moyang]] kita, mencerca [[agama]] kita, memecah-belah kita, dan menghina sesembahan kita. Sungguh, kita sudah sangat bersabar terhadapnya dalam menghadapi perkara besar ini."<ref name=":0">{{Cite book|last=Ibnu Hisyam|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sirah_Nabawiyah_Ibnu_Hisyam/sBizDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=mencela+nenek+moyang+ibnu+hisyam&pg=PA128&printsec=frontcover|title=Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam|publisher=Qisthi Press|pages=128|translator-last=Ikhlas Hikmatiar|archive-url=https://web.archive.org/web/20210819070811/https://i.ibb.co/Sx6zcL6/Sirah2.jpg|archive-date=2021-08-19|url-status=live|access-date=2021-08-19|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=عبد الملك بن هشام|title=سيرة ابن هشام ت السقا|url=https://app.turath.io/book/23833|website=app.turath.io|pages=289-290|access-date=19 Agustus 2021}}</ref>
Tiba-tiba Rasulullah datang berjalan menghampiri [[Hajar Aswad]] dan menciumnya, kemudian beliau melakukan [[Tawaf|thawaf]] melewati mereka. Saat beliau melintas, beberapa dari mereka menggunakan kata-kata Sang Rasul untuk memperolok beliau. Ibnu Amru melihat ketidaksenangan di wajah Rasulullah. Ketika Rasulullah melintasi mereka untuk kedua kalinya, mereka kembali melakukan hal yang sama. Dan di saat ketiga kalinya melewati mereka, Rasulullah berhenti dan berkata: "Maukah kalian mendengarkan perkataanku, wahai orang-orang Quraisy? Demi jiwaku dalam genggaman-Nya, sungguh aku akan menyembelih kalian."<ref>{{Cite web|title=إسلام ويب - السيرة النبوية (ابن هشام) - ذكر ما لقى رسول الله صلى الله عليه وسلم من قومه - حديث ابن العاص عن أكثر ما رأى قريشا نالته من رسول الله صلى الله عليه وسلم- الجزء رقم1|url=https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&idfrom=315&idto=315&bk_no=58&ID=233|website=islamweb.net|language=ar|archive-url=https://web.archive.org/web/20210819090849/https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&idfrom=315&idto=315&bk_no=58&ID=233|archive-date=2021-08-19|access-date=2021-08-19|dead-url=no}}</ref><ref name=":1">{{Cite book|last=Ibn Ishaq|url=https://archive.org/details/TheLifeOfMohammedGuillaume/page/n88/mode/1up|title=Sirat Rasul Allah - The Life of Muhammad|pages=131|archive-url=https://web.archive.org/web/20210819090826/https://i.ibb.co/LkMDzLc/Sirah3.jpg|archive-date=2021-08-19|url-status=live|access-date=2021-08-19|dead-url=no}}</ref>
Kata-kata Rasulullah ini begitu menohok sehingga mereka semua yang hadir pun langsung berdiri terdiam. Bahkan orang yang awalnya paling keras olokannya berusaha bersikap sopan dan berkata-kata dengan baik: "Pergilah, Abul Qasim (julukan Sang Rasul), demi [[Tuhan]] kau bukanlah orang yang kasar." Rasulullah pun beranjak pergi.<ref name=":1" />
Keesokan harinya, para tokoh Quraisy berkumpul kembali di Hijr. Beberapa dari mereka yang tidak datang di hari sebelumnya marah mengetahui kalau teman-teman mereka diam saja ketika Rasulullah berkata seperti itu. Maka mereka mendatangi Rasulullah dan menanyakan apakah benar Rasulullah telah mengatakan hal-hal yang mereka dengar.
Rasulullah menjawab: "Ya, aku yang mengatakan itu."
Salah seorang dari mereka pun menarik pakaian Rasulullah. Melihat itu, [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]] bangkit untuk membela beliau. Dengan bercucuran air mata, ia berkata: "Apakah kalian akan membunuh seseorang yang mengatakan 'Tuhanku adalah [[Allah]]'?!"
Akhirnya mereka pun meninggalkannya.<ref name=":1" /><ref>{{Cite book|last=Ibnu Hisyam|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sirah_Nabawiyah_Ibnu_Hisyam/sBizDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0|title=Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam|publisher=Qisthi Press|pages=128-129|translator-last=Ikhlas Hikmatiar|url-status=live}}</ref>
Beberapa orang Quraisy melapor kepada [[Abu Thalib]], paman dari Rasulullah. Mereka meminta supaya dirinya menasihati [[keponakan]]nya agar berhenti bersikap kurang ajar kepada mereka. Abu Thalib pun menasihati Nabi Muhammad. Namun itu tidak menghentikan Nabi Muhammad dari melecehkan mereka. Orang-orang Quraisy pun mendatangi lagi Abu Thalib. Kali ini mereka mengancam kalau Nabi Muhammad tidak segera berhenti dari perbuatannya maka mereka pun akan turun tangan. Abu Thalib pun mengirimkan [[surat]] kepada Nabi Muhammad yang berisi:
{{Cquote|quotetext=Wahai keponakanku, orang-orang telah datang kepadaku dan menceritakan berbagai hal, jadi mohon lindungilah aku dan dirimu, dan jangan bebani aku melebihi apa yang bisa aku tanggung.}}
Yang mana, Nabi Muhammad pun mendatangi Abu Thalib, dan menjawab:
{{Cquote|quotetext=Wahai paman, jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku dengan syarat aku harus meninggalkan jalan ini. Sampai Allah memutuskan atau sampai aku mati, aku tidak akan meninggalkannya.}}
Nabi Muhammad pun menangis dan pergi.<ref>{{Cite book|last=Ibn Kathir|url=https://archive.org/details/TheLifeOfTheProphetMuhammad-EnglishTranslationOfIbnKathirsAlSira/TheLifeOfTheProphetMuhammad-EnglishTranslationOfIbnKathirsAlSiraAlNabawiyyaVolume1/page/n367/mode/2up|title=Al Sira Al Nabawiyya - The Life of the Prophet Muhammad vol. 1|pages=344|archive-url=https://web.archive.org/web/20210819080829/https://i.ibb.co/Zftx1rT/Ibn-Kathir-life-of-prophet.jpg|archive-date=2021-08-19|url-status=live|access-date=2021-08-19|dead-url=no}}</ref>
[[Hijrah ke Abisinia]]{{main article|Hijrah ke Habasyah}}▼
Pada tahun 9 Sebelum Tarikh Hijriah (613 M) atau tahun 7 Sebelum Tarikh Hijriah (615 M) terdapat peristiwa hijrah pertama yang diperintahkan Nabi Muhammad kepada pengikutnya ke Habasyah ([[Etiopia|Ethiopia]]) yang merupakan [[Kerajaan]] [[Kekristenan|Kristiani]]. Nabi sendiri tidak ikut dalam hijrah itu. Salah satu yang ikut pada hijrah tersebut adalah [[Ramlah binti Abu Sufyan]] yang kemudian menjadi istri Nabi,<ref>{{Cite book|last=Al-Tabari|url=https://archive.org/details/tabarivolume39/page/n207/mode/2up|title=The History of Al-Tabari - Volume 39|pages=177|url-status=live}}</ref> ia adalah anak dari [[Abu Sufyan]], salah satu orang terkemuka dari suku Quraisy yang pada saat itu menolak mempercayai kenabian Muhammad.<ref>{{Cite book|last=Ibnu Hisyam|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sirah_Nabawiyah_Ibnu_Hisyam/sBizDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=abu+sufyan+kafilah+ekayaan+mereka+ibnu+hisyam&pg=PA346&printsec=frontcover|title=Sirah Nabawiya - Ibnu Hisyam|pages=346|archive-url=https://web.archive.org/web/20210825130837/https://i.ibb.co/09Ddt2b/Sirah-Abi-Sufyan.jpg|archive-date=2021-08-25|url-status=live|access-date=2022-04-06|dead-url=no}}</ref> Suku Quraisy pun mengirim utusan ke Ethiopia untuk menjemput mereka pulang ke jazirah Arab, akan tetapi gagal.
== Hijrah ke Madinah ==
Setelah kematian Abu Thalib, dan perselisihan dengan orang-orang Quraisy semakin meningkat. Nabi Muhammad pun berkeputusan untuk memerintahkan kepada kaum muslimin di [[Makkah]] untuk berhijrah menuju [[Madinah]]. Di sana beliau telah terlebih dahulu mendapatkan pengikut dari suku [[Bani Aus|Aws]] dan [[Bani Khazraj|Khazraj]]. Mereka merupakan dua suku yang berasal dari [[Yaman]] yang [[Migrasi|bermigrasi]] ke Madinah setelah bocornya bendungan Ma'rib di Yaman. Saat kedua suku tersebut tiba di Madinah di sana sudah terdapat suku-suku [[Agama Yahudi|Yahudi]] yang menempati kota tersebut.
Pemuka suku Quraisy tengah mengadakan diskusi untuk pembunuhan Nabi Muhammad di [[Darun Nadwah]]. Mereka menyepakati untuk mengutus masing-masing satu pemuda dari tiap kabilah untuk membunuh menggunakan tebasan [[pedang]]. Tujuannya agar masing-masing kabilah bekerja sama sehingga [[Bani Hasyim]] tidak dapat memberikan serangan balasan dan harus membayar [[tebusan]].{{Sfn|Khaththab|2019|p=114-115}}
Nabi Muhammad telah mengetahui rencana pembunuhan atas dirinya. Pada malam pertemuan para pemuka suku Quraisy, ia bersama dengan [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]] telah memulai hijrah ke Madinah. Akhirnya, Nabi Muhammad tiba di Madinah dengan selamat meskipun selama perjalanan dikejar oleh utusan-utusan pilihan dari suku Quraisy.{{Sfn|Khaththab|2019|p=115}}
▲
{| align="center" class="wikitable" style="text-align: top;"
Baris 40 ⟶ 74:
|Pindah dari [[Masjid Quba]] ke Madinah.
|}
▲== Hijrah pertama ==
▲{{main article|Hijrah ke Habasyah}}
== Lihat pula ==
Baris 49 ⟶ 79:
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
{{Islam-stub}}▼
* {{Cite book|last=Khaththab|first=Mahmud Syait|date=2019|title=Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi dalam Berperang|location=Sukoharjo|publisher=Pustaka Arafah|isbn=978-602-6337-06-1|ref={{sfnref|Khaththab|2019}}|url-status=live}}
{{Authority control}}
Baris 57 ⟶ 92:
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[Kategori:Istilah Islam]]
▲{{Islam-stub}}
|