Sri Samarawijaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syahjahaan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rakehino (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 15:
| successor = [[Sri Jitendrakara]]
| father = [[Airlangga]]
| mother = Galuh Sekar putri [[Dharmawangsa Teguh]]
| wife =
|religion = [[Hindu]]
Baris 22:
 
== Kedudukan Samarawijaya pada masa Airlangga ==
Pada masa pemerintahan [[Airlangga]] dan raja-raja sebelumnya, jabatan tertinggi sesudah raja[[maharaja]] adalah [[rakryan mahamantri]]. Jabatan ini identik dengan gelar [[putra mahkota]], sehingga pada umumnya dijabat oleh putra atau menantu raja.
 
Dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan [[Airlangga]] sejak 1021 sampai 1035, yang menjabat sebagai [[rakryan mahamantri]] adalah [[Sanggramawijaya Tunggadewi]]. Sedangkan pada [[Prasastiprasasti Pucangan]] (1041) muncul nama baru, yaitu Samarawijaya sebagai [[rakryan mahamantri begitu pula di dalam [[prasasti Pandan]] (1042) yang juga menyebutkan; ''rakryan mahamantri i hino śrī samarawijaya dhāmasuparṇawāhana teguh uttuṅgadewa''.
 
[[Sanggramawijaya Tunggadewi]] identik dengan putri sulung [[Airlangga]] dalam [[Serat Calon Arang]] yang mengundurkan diri dari tahta dan menjadi pertapa bernama [[Dewi Kili Suci]]. Dalam kisah tersebut, [[Dewi Kili Suci]] diberitakan memiliki dua orang adik laki-laki. Dengan demikian, Samarawijaya diduga merupakan adik kandung dari [[Sanggramawijaya Tunggadewi]], dengan ibu sama-sama permaisuri [[Airlangga]] putri dari raja [[Dharmawangsa Teguh]].
 
Dengan demikian, Samarawijaya dipastikan adalah adik dari [[Sanggramawijaya Tunggadewi]].
 
== Perang Saudara melawan Janggala ==
Sebelum turun takhta tahun 1042, [[Airlangga]] dihadapkan pada masalah persaingan antara kedua putranya. Maka iapun membagi wilayah kerajaannya menjadi dua, yaitu [[KadiriPanjalu]] (PanjaluKadiri) dan [[Janggala]]. Peristiwa ini diberitakan dalam ''[[Nagarakretagama]]'' dan ''[[Serat Calon Arang]]'', serta diperkuat oleh [[Prasastiprasasti Turun Hyang]] (1044) dan [[prasasti Wurare]].
 
Dalam prasasti Turun Hyang, diketahui nama raja [[Janggala]] setelah pembagian ialah [[Mapanji Garasakan]]. Nama raja [[Kadiri]] tidak disebutkan dengan jelas, namun dapat diperkirakan dijabat oleh Samarawijaya, karena sebelumnya ia sudah menjabat sebagai [[putra mahkota]].
 
Prasasti Turun Hyang tersebut merupakan piagam pengesahan anugerah [[Mapanji Garasakan]] tahun 1044 terhadap penduduk desa Turun Hyang yang setia membantu [[Janggala]] melawan [[KadiriPanjalu]]. Jadi, pembelahan kerajaan yang dilakukan oleh [[Airlangga]] terkesan sia-sia belaka, karena kedua putranya, yaitu Samarawijaya dan [[Mapanji Garasakan]] tetap saja berebut kekuasaan.
 
Adanya unsur ''Teguh'' dalam gelar Samarawijaya, menunjukkan kalau ia adalah putra [[Airlangga]] yang dilahirkan dari putri [[Dharmawangsa Teguh]]. Sedangkan [[Mapanji Garasakan]] adalah putra dari istri kedua. Dugaan bahwa [[Airlangga]] memiliki dua orang istri didasarkan pada penemuan dua patung wanita pada [[Candi Belahan]] di lereng [[Gunung Penanggungan]], yang diyakini sebagai situs pemakaman [[Airlangga]].
 
== Akhir Pemerintahan Samarawijaya ==
Pemerintahan Samarawijaya di [[Kadiri]] dikenal sebagai masa kegelapan karena ia tidak meninggalkan bukti prasasti. Ia naik takhta dipastikan tahun 1042, karena pada tahun itu [[Airlangga]] turun takhta menjadi pendeta (berdasarkan berita dari [[prasasti Pamwatan]] dan [[prasasti Gandhakuti]]).
 
Akhir pemerintahan Samarawijaya tidak diketahui dengan pasti. Prasasti yang menyebutkan nama raja [[Kadiri]] selanjutnya adalah [[Prasasti Mataji]] adalah sebuah prasasti batu yang ditemukan di Desa Bangle, Lengkong, [[Nganjuk]], Jawa Timur. Prasasti ini berangka tahun 973 Saka atau 1051 M, dikeluarkan oleh Rajaraja ''[[Sri Jitendrakara]]'' bergelar '''Sri Jitendrakara Paladewa Wuryyawiryya Parakrama Bhakta'''.
 
== Kepustakaan ==