Bubungan Tinggi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
TitinWhyn (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 1 pranala ditambahkan.
 
(41 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{multiple image
[[Berkas:Tampak Samping Bubungan Tinggi Teluk Selong_Martapura.JPG|thumb|200px|Atap Bubungan Tinggi pada [[Rumah Bubungan Tinggi]].]]
| footer = Rumah Bubungan Tinggi yang sederhana milik keluarga petani nelayan beratap rumbia dan berdinding pelupuh/gedhek.(left), dan model Atap Bubungan Tinggi pada [[Rumah Bubungan Tinggi]] (right)
[[Berkas:Rumah_Melayu.JPG|thumb|200px|[[Rumah Melayu]] yang memengaruhi model atap Bubungan Tinggi]]
| align = right
| image1 = COLLECTIE TROPENMUSEUM Paalwoningen langs de rivier Bandjermasin TMnr 10016913.jpg
| width1 = 150
| alt1 = Rumah Bubungan Tinggi yang sederhana milik keluarga petani nelayan beratap rumbia dan berdinding pelupuh/gedhek.
[[Berkas:| image2 = Tampak Samping Bubungan Tinggi Teluk Selong_Martapura.JPG|thumb|200px|Atap Bubungan Tinggi pada [[Rumah Bubungan Tinggi]].]]
| width2 = 150
| alt2 = Atap Bubungan Tinggi pada [[Rumah Bubungan Tinggi]] beratap sirap.
}}
 
{{multiple image
'''Bubungan Tinggi''' adalah bumbungan atap [[rumah Banjar]] yang merupakan [[atap pelana]] dengan sudut 45° pada posisi melintang yang menutupi ruang induk yang disebut [[Palidangan]].
| footer = Atap Bubungan Tinggi tanpa [[anjung]] /cacak burung di Madagaskar. Early Besakana with thatched roof (left), and reconstructed Mahitsy with shingled roof (right)
| align = right
| image1 = Besakana traditional Merina andriana house Rova Antananarivo Madagascar.jpg
| width1 = 150
| alt1 = Large wooden rectangular house with steeply peaked roof in thatch
| image2 = Reconstructed Mahitsielafanjaka palace at Rova of Antananarivo Madagascar.JPG
| width2 = 150
| alt2 = Reconstructed Mahitsielafanjaka palace
}}
 
[[Berkas:Layang layang.JPG|jmpl|300px|[[Gagalungan]] pada rumah Bubungan Tinggi yang jumlahnya bisa mencapai tujuh pasang]].
Rumah Banjar yang menggunakan atap Bubungan Tinggi dinamakan [[Rumah Bubungan Tinggi]] yaitu jenis rumah bernilai paling tinggi di antara jenis-jenis [[rumah Banjar]] karena merupakan jenis rumah yang dipergunakan sebagai kediaman [[Sultan]] dalam suatau kompleks [[keraton]].
 
{{multiple image
| footer = Bangunan baru Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif [[Rumah Banjar]] [[Rumah Bubungan Tinggi|Bubungan Tinggi]] yang berada di kawasan [[Cempaka, Banjarbaru|Cempaka]], [[Kota Banjarbaru]]. (left), dan Bangunan lama Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif [[Rumah Bubungan Tinggi]] (right)
| align = right
| image1 = Kantor Gubernur Kalsel Banjarbaru.jpg
| width1 = 150
| alt1 = Bangunan baru Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif [[Rumah Banjar]] [[Rumah Bubungan Tinggi|Bubungan Tinggi]] yang berada di kawasan [[Cempaka, Banjarbaru|Cempaka]], [[Kota Banjarbaru]].
| image2 = Gedung_Abdi_Persada.jpg
| width2 = 150
| alt2 = Bangunan lama Kantor Gubernur Kalimantan Selatan dengan motif [[Rumah Bubungan Tinggi]]
}}
 
'''Atap Bubungan Tinggi''' adalah bumbungan atap [[rumah Banjar]] yang merupakan [[atap pelana]] dengan sudut 45° padayang relatif curam dengan posisi melintang. yangAtap menutupipelana ruangdengan indukposisi yangmelintang ini juga sering disebut atap model [[PalidanganRumah Kampung]]. atau [[Rumah Lipat Kajang]] (Rumah Kajang Pedati).
 
Atap Bubungan Tinggi menutupi ruang induk yang disebut [[Palidangan]] atau [[Panampik Panangah]].
 
Kontruksi Atap Bubungan Tinggi tersebut ditopang oleh 8 buah tiang utama yang disebut [[Tihang Pitugur]]. Tiang utama ini menyangga konstruksi kuda-kuda atap utama disebut [[Sangga Ribut]]. Ruang Palidangan ini secara [[kosmologis]] merupakan ''pusat rumah'' atau titik tengah rumah, yang secara filosofi merupakan ruang yang paling penting (privat). Susunan ke 8 buah Tihang Pitugur atau Saka Guru yang membentuk konstruksi utama bangunan inilah yang menyangga kuda-kuda atap utama. Ke-8 buah tiang inilah yang didirikan terlebih dahulu, setelah itu barulah tiang-tiang lainnya.
 
Rumah adat Banjar yang menggunakan atap Bubungan Tinggi dinamakan [[Rumah Bubungan Tinggi]] yaitu jenis rumah bernilai paling tinggi di antara jenis-jenis [[rumah Banjar]] karena merupakan jenis rumah yang dipergunakan sebagai kediaman [[Sultan]] dalam suatausuatu kompleks [[keraton]].
 
Atap Bubungan Tinggi terletak di antara atap [[Pisang Sasikat]] yang menutupi kedua buah [[Anjung]]. Di sebelah depan atap Bubungan Tinggi disebut atap [[Sindang Langit]], sedangkan di belakang atap Bubungan Tinggi disebut atap [[Hambin Awan]]. Tetapi untuk rumah [[Gajah Baliku]] atap di sebelah depan atap Bubungan Tinggi disebut [[atap Gajah]] ([[atap perisai]]).
 
Meskipun masyarakat Banjar sekarang adalah masyarakat yang secara khusus hidup didalam unsur keagamaan [[Islam]], namun masih banyak sekali adat dan budaya Banjar yang masih mempertahankan adat budaya nenek moyang [[Dayak Kaharingan]]. Jika kita lihat maka di dalam kehidupan sehari hari masyarakat [[Banjar]] pun masih kental akan [[Kaharingan]] meski terkadang hal itu tidak disadari. Wajar saja, karna [[Kaharingan]] adalah kepercayaan awal suku [[Dayak]] di [[Kalimantan]]. Bahkan ketika mereka sudah memeluk agama [[Islam]] pun, masyarakat [[Banjar]] masih tidak bisa lepas total dari adat [[Kaharingan]] meskipun sebagian besar telah disunting agar sesuai dengan [[Islam]].
Rumah yang menggunakan atap Bubungan Tinggi :
 
[[Rumah Banjar]] terdiri dari berbagai jenis dan bentuk, pemisahan jenis dan bentuk rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan nenek moyang yaitu [[Kaharingan]] yang mana dalam kepercayaan [[suku Dayak]] alam semesta yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu alam atas dan alam bawah.
 
[[Rumah Bubungan Tinggi]] merupakan lambang [[mikrokosmos]] dalam [[makrokosmos]] yang besar. Penghuni seakan-akan tinggal di bagian dunia tengah yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah. Di mana mereka hidup dalam keluarga besar, sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah melambangkan [[Mahatala]] dan [[Jata]].
 
Rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas dan Dunia Bawah di dalam [[Dwitunggal Semesta]].
 
Pada peradaban agraris, rumah dianggap keramat karena dianggap sebagai tempat bersemayam secara [[ghaib]] oleh para [[dewata]] seperti pada [[rumah Balai]] suku [[Dayak Meratus]] yang berfungsi sebagai rumah ritual.
 
Pada masa Kerajaan [[Negara Dipa]] sosok nenek moyang diwujudkan dalam bentuk patung pria dan wanita yang disembah dan ditempatkan dalam istana. Pemujaan arwah nenek moyang yang berwujud pemujaan [[Maharaja Suryanata]] dan [[Puteri Junjung Buih]] merupakan simbol persatuan alam atas dan alam bawah Kosmogoni Kaharingan-Hindu.
 
[[Suryanata]] sebagai [[manifestasi]] [[dewa Matahari]] (Surya) dari unsur kepercayaan Kaharingan-Hindu, matahari yang menjadi orientasi karena terbit dari ufuk timur (orient) selalu dinantikan kehadirannya sebagai sumber kehidupan, sedangkan [[Puteri Junjung Buih]] berupa lambang air, sekaligus lambang kesuburan tanah.
 
[[Pangeran Suryanata]] sebagai perlambang "Dunia Atas" sedang [[Puteri Junjung Buih]] sebagai perlambang "Dunia Bawah".
 
Pada arsitektur [[Rumah Bubungan Tinggi]] pengaruh unsur-unsur tersebut masih dapat ditemukan. Bentuk ukiran [[naga]] yang tersamar/didestilir (bananagaan) melambangkan "alam bawah" sedangkan ukiran burung [[enggang gading]] melambangkan "alam atas".
 
Pohon Hayat; Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar dari sebuah "pohon hayat" yang merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan pencerminan dimensi-dimensi dari satu kesatuan semesta. Ukiran tumbuh tumbuhan yang subur pada Tawing Halat (Seketeng) merupakan perwujudan filosofi "pohon kehidupan / Batang Garing" di dalam kepercayaan [[Dayak Kaharingan]].
 
Payung; Wujud bentuk rumah [[Banjar Bubungan Tinggi]] dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan sebuah citra dasar sebuah payung yang menunjukkan suatu orientasi kekuasaan ke atas. Payung juga menjadi perlambang kebangsawanan yang biasa menggunakan "payung kuning" sebagai perangkat kerajaan. Payung kuning sebagai tanda-tanda kemartabatan / kemewahan kerajaan Banjar diberikan kepada para pejabat kerajaan di suatu daerah.
 
Simetris; Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris, terlihat pada bentuk sayap bangunan atau anjung yang terdiri atas Anjung Kanan dan Anjung Kiwa yang sekilas sangat mirip dengan rumah adat [[Dayak Maanyan]]. Hal ini berkaitan dengan filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan [[Kerajaan Banjar]], yang membagi kementerian, menjadi Mantri Panganan (Kelompok Menteri Kanan) dan Mantri Pangiwa (Kelompok Menteri Kiri), masing-masing terdiri atas 4 menteri, Mantri Panganan bergelar 'Patih' dan Mantri Pangiwa bergelar 'Sang', tiap-tiang menteri memiliki pasukan masing-masing. Konsep simetris ini tercermin pada rumah bubungan tinggi.
 
Rumah yang menggunakan atap Bubungan Tinggi :
# [[Rumah Bubungan Tinggi]]
# Rumah [[Gajah Baliku]]
 
== Bubungan Cacak Burung ==
 
Sementara itu dalam perkembangannya juga dikenal adanya jenis [[rumah Cacak Burung]], dimana pada dasarnya atap sebuah rumah dalam posisi memanjang ke belakang (membujur) kemudian diberi suatu atap berbentuk trapesium atau menyerupai [[atap limas]] dalam posisi melintang sehingga berbentuk tanda [[Cacak Burung]] ( + ). Dalam hal ini posisi atap [[limas]] yang melintang (''bahalang'') lebih tinggi dari padadaripada posisi atap yang membujur ke belakang.
 
[[Rumah Cacak Burung]] menggunakan suatu bentuk atap limas yang memanjang dalam posisi melintang (''bahalang'') yang sekaligus menutupi ruang [[Palidangan]] dan kedua buah [[Anjung]]. Bubungan Cacak Burung ini merupakan suatu perkembangan bentuk dari Bubungan Tinggi yang disederhanakan, jadi posisinya sama dengan Bubungan Tinggi. Posisi Nok Atap (''pamuung/wuwungan'') Bubungan Cacak Burung yang menutup ruang Palidangan dan kedua anjung ini lebih tinggi dari dari Nok Atap [[atap pelana]] yang menutupi ruang [[Paluaran]]/[[Ambin Sayup]].
 
== Rujukan ==
{{refbegin}}
# Imam Santoso, [[gambar]] [[konstruksi]] Type [[Rumah Banjar]] Bubungan Tinggi [[Baruh Kembang, Daha Utara, Hulu Sungai Selatan|Baruh Kambang]], [[Museum Lambung Mangkurat]] [[Banjarbaru]] [[Kalsel]], [[11 Februari]] [[1984]].
# Budiarti, gambar konstruksi [[Rumah Adat]] Banjar Bubungan Tinggi Habirau [[Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan|Negara]], Proyek Pembinaan Peninggalan [[Sejarah]] dan Kepurbakalaan [[Kalimantan Selatan]], [[Kanwil]] [[Depdikbud]] Kalsel, 03-09-1994.
# Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978.
 
# Tim Museum Lambung Mangkurat, Rumah Tradisonal Banjar Rumah Bubungan Tinggi, P3 Kalsel, Depdikbud, 1980/1981.
==Pranala luar==
# Seman, Symasiar, Drs.H. Rumah Adat Banjar Arsitektur Tradisional Kalimantan Selatan, Direktorat Perumahan, Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Pusat Informasi Teknik Pembangunan, Proyek Pembinaan Umum Pembangunan Perumahan Kalsel, 1983.
# Tim Depdikbud, Album Seni Budaya Kalimantan Selatan, Proyek Media Kebudayaan, Depdikbud, 1983/1984.
# Tim Depdikbud, Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Selatan, Proyek Inventarisasi dan Dolumentasi Kebudayaan Daerah, Depdikbud, Jakarta, 1986.
# Sjarifuddin, Drs, Pengantar Pameran Khusus Rumah Tradisional Bubungan Tinggi dan Kelengkapannya, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Permuseuman, Museum Negeri Provinsi Kalsel Lambung Mangkurat, 1992/1993.
# Tim KKL Angkatan '90 Arsitektur Undip, Laporan "Kuliah Kerja Lapangan Banjar Kalimantan Selatan" 23-28 September 1993, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, 1993.
# Azan, Seminar Tata Ruang dan Karaktaristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Juni 1994.
# Hakim, Tedy Avianto, Seminar Pengaruh Arsitektur Tradisional Bubungan Tinggi pada Bangunan Kantor Pemerintah di Banjarmasin, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Februari 1997.
{{refend}}
== Pranala luar ==
* http://cakidur.wordpress.com/2013/10/22/keraton-kedua-kerajaan-kotawaringin-istana-lawang-agung-bukit-indra-kencana/
 
Baris 27 ⟶ 98:
 
[[Kategori:Rumah Banjar]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]