Diselamatkan oleh anugerah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
-> fixed image |
||
(11 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 9:
== Perjanjian Baru ==
Istilah 'pendamaian' adalah suatu proses untuk meluruskan situasi yang tidak adil atau kacau.<ref name="Muller-Fahrenholz">Muller-Fahrenholz, Geiko. 2005. ''Rekonsiliasi: Cara Memecahkan Spiral Kekerasan Dalam Masyarakat''. Maumere: Ledalero.6.</ref> Sering kali 'pendamaian' dengan 'pengampunan' dipahami dalam pengertian yang sama, sebab keduanya sama-sama mengarah kepada kedamaian.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Kata 'pengampunan' adalah tindakan memberi ampun secara khusus, di mana ada seseorang menyesal dan yang lain memaafkan.<ref name="Muller-Fahrenholz" /> Baik 'pertobatan'
== Pandangan Paulus ==
=== Di
Anugerah merupakan ciri utama dalam teologi Paulus.<ref name="Guthrie" /> Paulus dalam [[Surat Paulus kepada Jemaat di Roma|Surat Roma]] mengatakan bahwa manusia yang berdosa "telah diselamatkan dengan cuma-cuma melalui anugerah" (Roma 4:16).<ref name="Guthrie" /> Akan tetapi, manusia harus merespons anugerah [[Allah]] tersebut bagi dirinya sendiri melalui iman.<ref name="Guthrie" /> Melalui penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa "karena anugerah oleh iman" (Efesus 2:8), maka manusia diselamatkan.<ref name="Guthrie" /> Paulus menghubungkan konsep anugerah [[Allah]] itu dengan Taurat.<ref name="Guthrie" /> Menurut Paulus, Taurat juga mengungkapkan anugerah [[Allah]] (Roma 7:12).<ref name="Guthrie" /> Anugerah [[Allah]] menggenapi apa
=== Di
Anugerah [[Allah]] tidak hanya terdapat di dalam Surat Roma saja, melainkan juga di dalam Surat I dan II Korintus.<ref name="Guthrie" /> Dalam 1 Korintus 1:4 tertulis bahwa augerah [[Allah]] mendukung dan membimbing setiap manusia dalam perkataan dan perbuatannya.<ref name="Guthrie" /> Anugerah [[Allah]] juga yang memberi kekuatan bagi orang-orang Kristen untuk menjalani kehidupan yang saling melayani kepada sesama manusia. Dengan demikian, konsep keselamatan oleh anugerah berkaitan juga dengan dimensi keselamatan di kehidupan sehari-hari.<ref name="Guthrie" />
Paulus mengatakan bahwa [[Allah]] melalui Yesus Kristus telah mendamaikan dunia dengan diri-Nya.<ref name="Ridderbos">Ridderbos, Herman N. 1975. ''Paul
== Perdebatan Tentang Konsep Diselamatkan Oleh Anugerah ==
Baris 23:
{{Other uses}}
{{More footnotes|date=October 2008}}
[[Berkas:Pelagius.jpg|
[[Pelagius]] meyakini bahwa karya pencarian manusia dalam memilih dan mencari [[Allah]] memiliki peran yang sangat penting.<ref name="Curtis">Curtis, A. Kenneth. 2001. ''100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 25-27.</ref> Meskipun karya [[Allah]] memegang peranan,tetapi itu bukanlah semuanya.<ref name="Curtis" /> [[Pelagius]] menyangkal bahwa dosa diturunkan dari Adam, sebaliknya manusia terlahir tanpa dosa.<ref name="Sudarmo">Sudarmo R. 2010. ''Kamus Istilah Teologi''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 64.</ref> Akibat dari dosa manusia pertama bukan karunia keselamatan, melainkan pemberian teladan yang baik yaitu Kristus, hukum, dan pernyataan umum.<ref name="Sudarmo" /> Manusia dapat berusaha sendiri untuk menjadi sempurna.<ref name="Sudarmo" /> Ada tujuh pokok ajaran [[Pelagius]]:
* Pertama, Adam diciptakan untuk mati dan akan mati sekalipun ia tidak berdosa.<ref name="Willem" /> Kematian bukanlah akibat dosa.<ref name="Willem" />
* Kedua, kejatuhan Adam ke dalam dosa hanya dia sendiri dan tidak mempunyai akibat bagi keturunannya.<ref name="Willem" />
* Ketiga, anak-anak yang dilahirkannya tidak berdosa.<ref name="Willem" />
* Keempat, anak-anak yang tidak dibaptiskan dan meninggal pada masa bayi tetap memperoleh keselamatan.<ref name="Willem" />
* Kelima, manusia mati bukan karena kejatuhan Adam ke dalam dosa dan manusia bangkit di antara orang mati bukan didasarkan pada [[kebangkitan Yesus]] [[Kristus]].<ref name="Willem" />
* Keenam, hukum [[Taurat]] dapat memimpin orang ke dalam Kerajaan Surga sama seperti Injil.<ref name="Willem" />
* Ketujuh, sebelum Kristus ada orang yang berdosa.<ref name="Willem" />
[[Berkas:Augustine of Hippo.jpg|
Pernyataan [[Pelagius]] tidak serupa dengan pernyataan [[Agustinus]] yang mengatakan bahwa manusia diciptakan oleh [[Allah]] dengan karunia-karunia adikodrati.<ref name="Willem">Willem F.D. 1986. ''Riwayat Hidup Singkat: Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja''. 32, 211-212.</ref> Karunia-karunia itu hilang ketika Adam jatuh ke dalam dosa.<ref name="Willem" /> Pemikiran [[Augustinus]] didasari oleh perkataan [[Paulus dari Tarsus|Paulus]] dalam surat {{Alkitab|Roma 13:13-14}} yang tertulis, "kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya".<ref name="Lane" /> Berdasarkan surat Paulus tersebut, muncul pemikiran [[Agustinus]] bahwa manusia memiliki kebebasan kehendak.<ref name="Lane" /> Kejahatan merupakan prinsip negatif dan sebuah keadaan yang terpisah dari [[Allah]].<ref name="Lane" /> Kejahatan adalah suatu keadaan yang tadinya baik berubah menjadi keadaan yang rusak atau tidak baik.<ref name="Lane" /> Kehendak bebas hilang dan Adam serta keturunannya dikuasai oleh dosa.<ref name="Willem" /> Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.<ref name="Willem" /> Manusia hanya dapat diselamatkan oleh rahmat [[Allah]] saja.<ref name="Willem" /> Peristiwa kejatuhan Adam ke dalam dosa, seluruh manusia berada dalam keadaan berdosa.<ref name="Willem" /> [[Allah]] akan memilih orang-orang yang akan menerima karunia-Nya.<ref name="Willem" />
Baris 40:
Dosa bukanlah ciptaan [[Allah]] dan tidak bersifat kekal.<ref name="Lane">Tony Lane. ''Runtut Pijar''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Dosa muncul karena manusia telah menyalahgunakan kehendak bebas.<ref name="Lane" /> Oleh karena itu, setiap manusia bertanggungjawab atas perbuatannya dan manusia membutuhkan kasih karunia [[Allah]] yakni pertolongan batin dari Roh Kudus, agar manusia bisa hidup dengan baik.<ref name="Lane" /> [[Allah]] memberi kasih karunia-Nya (atau Roh Kudus) kepada manusia yang merespon Injil dengan imannya.<ref name="Lane" /> Iman merupakan karunia [[Allah]] dan hasil pekerjaan rahmat-Nya. Keselamatan merupakan sebuah karunia [[Allah]].<ref name="Lane" /> Namun, [[Allah]] tidak memberikan karunia itu kepada semua orang.<ref name="Lane" /> [[Allah]] memberikan karunia itu hanya kepada orang-orang yang menjadi umat pilihan-Nya saja.<ref name="Lane" /> Karunia itu tidak ada terkait dengan kehendak atau usaha seseorang (Rom.9:16).<ref name="Lane" /> Kasih karunia [[Allah]] berupa pertolongan batin dari Roh Kudus, agar manusia bisa hidup sebagai orang Kristen.<ref name="Lane" /> [[Allah]] memberi kasih karunia-Nya kepada manusia yang merespon Injil dengan imannya.<ref name="Lane" /> Iman merupakan karunia [[Allah]] dan hasil pekerjaan rahmat-Nya.<ref name="Lane" /> Keselamatan merupakan sebuah karunia [[Allah]].<ref name="Lane" /> Namun, [[Allah]] tidak memberikan karunia itu kepada semua orang.<ref name="Lane" /> [[Allah]] memberikan karunia itu hanya kepada orang-orang yang menjadi umat pilihan-Nya saja.<ref name="Lane" /> Karunia itu tidak ada terkait dengan kehendak atau usaha seseorang (Rom.9:16).<ref name="Lane" />
Ajaran [[Pelagius]] ditentang keras oleh [[Augustinus]], Uskup Hippo-Regius,
== Pandangan Semi Pelagianisme ==
Meskipun [[Pelagius]] mendapat penolakan dari [[Agustinus]], tetapi ada juga orang-orang yang meyakini pemikiran [[Pelagius]] meskipun tidak semua sekitarnya diterima.<ref name="Lohse">Lohse, Benhard. 1990. ''Pengantar Sejarah Dogma Kristen''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 157-163</ref> Pada zaman modern, orang tersebut dianggap sebagai kelompok yang menganut [[semi pelagianisme]].<ref name="Lohse" /> Tokoh yang penting dalam [[semi pelagianisme]] adalah [[Yohanes Cassian]] dan [[Vincent]] dari Lerins.<ref name="Lohse" /> Paham ini mengajarkan bahwa walaupun manusia sakit, manusia masih bisa berbuat baik tetapi ia membutuhkan bantuan [[Allah]].<ref name="Sudarmo" /> Komunitas [[semi Pelagius]] menganut setengah ajaran [[Agustinus]] dan setengah ajaran [[Pelagius]].<ref name="Lohse" /> Komunitas [[semi pelagianisme]] sependapat dengan [[Agustinus]] mengenai dosa warisan.<ref name="Lohse" /> Meskipun demikian, komunitas ini menolak pandangan [[Agustinus]] mengenai dosa dan anugerah.<ref name="Lohse" /> Komunitas ini menolak pandangan mengenai keterikatan kehendak secara penuh mengenai pekerjaan dari kuasa anugerah yang tidak tertahankan dan mengenai predestinasi.<ref name="Lohse" /> [[Cassian]] mengatakan bahwa kehendak bebas yang terdapat pada manusia tidak dihapuskan semuanya.<ref name="Lohse" /> Dosa Adam memang diwariskan kepada generasi berikutnya dalam pengertian seperti seseorang mewariskan kesakitan sebagai akibatnya kehendak bebas menjadi lemah.<ref name="Lohse" /> [[Allah]] memberikan kepada manusia sebagai permulaan dari kehendak yang bijak.<ref name="Lohse" /> [[Cassian]] menilai pandangan [[Agustinus]] bahwa konsep anugerah tidaklah mesti mendahului kehendak bebas.<ref name="Lohse" /> Oleh karena manusia tetap mempunyai kehendak bebas, meskipun kehendak itu dilemahkan akibat dosa.<ref name="Lohse" /> [[Cassian]] mengatakan bahwa kehendak bebas memiliki inisiatif pertama untuk datang kepada [[Allah]].<ref name="Lohse" /> Kehendak manusia bebas memilih untuk menghargai
Komunitas [[semi pelagianisme]] mengajarkan dan menjanjikan bahwa di dalam lingkungan persekutuan mereka terdapat anugerah [[Allah]] yang bersifat pribadi, yang besar, khusus, tanpa bekerja, tanpa upaya, bahkan walaupun mereka tidak memintanya maka orang akan mendapat dispensasi dari [[Allah]] berupa pemeliharaan melalui perlindungan para malaikat.<ref name="Lohse" /> Komunitas ini mengakui keputusan [[Caesarius]] dari Arles bahwa melalui dosa Adam, maka ia dan cucu-cucunya mengalami kerusakan jiwa dan tubuh.<ref name="Lohse" /> Dosa dan kematian berasal dari ketidaktaatan Adam atas perintah [[Allah]].<ref name="Lohse" /> Sebagai akibatnya, kehendak bebas manusia dilemahkan begitu rupa, sehingga tidak mungkin lagi atas inisiatif sendiri seseorang dapat mengasihi dan percaya kepada [[Allah]] sebagaimana seharusnya.<ref name="Lohse" /> Melalui dirinya sendiri, manusia tidak dapat memperoleh anugerah [[Allah]].<ref name="Lohse" /> Anugerah melaksanakan iman dan kehendak ke arah kemurnian.<ref name="Lohse" /> Dalam konteks ini "anugerah" mengacu pada infusi Roh Kudus dan Karya-Nya.<ref name="Lohse" /> Kehendak disediakan oleh Tuhan.<ref name="Lohse" /> Iman menjadikan manusia mengiakan pemberitaan Injili.<ref name="Lohse" /> Iman menggerakkan hati manusia untuk datang pada baptisan yang memulihkan kehendak bebas.<ref name="Lohse" /> Orang yang dibaptis juga berada dalam situasi membutuhkan bantuan yang terus menerus dari anugerah Ilahi.<ref name="Lohse" /> Tanpa bantuan ini orang yang dibaptis tidak dapat bertekun dalam jalan-jalan yang baik atau mencapai akhir yang dikehendaki.<ref name="Lohse" />
Baris 52:
== Pandangan Pada Masa Reformasi ==
=== Pandangan Martin Luther ===
[[Berkas:Martin_Luther,_1529.jpg|jmpl|ka|
▲|caption = Martin Luther merupakan salah satu tokoh reformasi yang menyuarakan pemikiran mengenai "diselamatkan melalui anugerah"}}
[[Martin Luther]] mengatakan bahwa inti dari kepercayaan Kristen adalah manusia yang terbatas dapat memiliki hubungan dengan [[Allah]].<ref name="McGrath" /> Hal tersebut berhubungan dengan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan oleh manusia supaya dirinya dapat selamat, yakni memiliki hubungan dengan [[Allah]].<ref name="McGrath" /> Bagaimana manusia sebagai individu dapat masuk ke dalam suatu hubungan dengan [[Allah]]?<ref name="McGrath" /> Bagi [[Martin Luther|Luther]], anugerah [[Allah]] adalah yang memungkinkan manusia diselamatkan.<ref name="McGrath" /> Anugerah [[Allah]] itu bagi [[Martin Luther|Luther]] terhubung dengan kebenaran [[Allah]] (''Iustitia Dei'').<ref name="McGrath" />
Pemikiran [[Martin Luther|Luther]] tersebut dipengaruhi pengalaman pribadinya,
Iman dalam pemikiran [[Martin Luther|Luther]] mempunyai peran yang sangat penting terkait dengan ajaran mengenai pembenaran.<ref name="McGrath" /> Ada tiga pokok mengenai iman:<ref name="McGrath" />
* Pertama, iman mempunyai rujukan yang pribadi.<ref name="McGrath" />
* Kedua, iman menyangkut kepercayaan pada janji-janji [[Allah]].<ref name="McGrath" />
* Ketiga, iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus.<ref name="McGrath" />
Ajaran mengenai pembenaran oleh iman menegaskan bahwa [[Allah]] menganugerahkan pengampunan kepada manusia, di mana pengampunan itu tidak dibeli dan dapat diperoleh oleh semua manusia terlepas dari kekayaan
Ide pemikiran [[Martin Luther|Luther]] mengenai pembenaran sebagai anugerah didasarkan dari pemikiran Paulus bahwa apabila manusia mengandalkan kekuatannya sendiri di hadapan [[Allah]], maka manusia itu akan binasa untuk selama-lamanya.<ref name="Verkuyl">Verkuyl J. 1989. ''Aku Percaya''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 189.</ref> Paulus menyuarakan supaya manusia menghentikan usaha menyelamatkan diri sendiri dan manusia mulai berserah kepada kasih karunia-Nya.<ref name="Verkuyl" /> Pembenaran sebagai anugerah diberikan oleh [[Allah]] kepada semua manusia.<ref name="McGrath" /> Namun, manusia hanya dapat memperolehnya melalui iman.<ref name="McGrath" /> Iman mempunyai rujukan yang pribadi.<ref name="McGrath" /> Iman terkait dengan kepercayaan pada janji-janji [[Allah]].<ref name="McGrath" /> Iman mempersatukan orang percaya dengan Kristus.<ref name="McGrath" /> Melalui anugerah [[Allah]], orang percaya dapat melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keselamatannya sendiri tanpa harus menyandarkan diri kepada imam dan gereja.<ref name="McGrath" /> Peran iman dalam pembenaran semakin diperjelas oleh [[Martin Luther|Luther]] melalui pernyataannya bahwa kalau kamu mempunyai iman yang benar, di mana Kristus adalah Juruselamatmu, maka saat itu juga kamu telah menggapai [[Allah]] yang rahmani karena iman menuntun kamu masuk serta membuka hati dan kehendak [[Allah]] sehingga kamu akan melihat anugerah yang murni dan kasih yang melimpah.<ref name="Urban">Urban, Linwood. 2003. ''Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 157.</ref>
==
{{reflist}}
|