Daftar Sultan Sulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 4 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8.7
Raja pra-kesultanan: Penambahan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 43:
| align="center" |Raja Barat Maharaja Kamalud Din (Mahalachii) <br /><br /> ?–
|}
Keturunan [[Paduka Pahala]], melalui kedua putranya, tinggal di [[Dezhou#Wangsa Kerajaan Sulu|Dezhou, Tiongkok]] memiliki nama marga YangAn dan Wen.
 
Hashemite [[Syariful Hasyim|Sharif ul-Hasyim Sulu]] tiba di Sulu dan menikahi Putri Dayang-dayang Paramisuli dari keluarga kerajaan sebelumnya, yang mendirikan Kesultanan Sulu.
Baris 57:
| align="center" |1
| align="center" |[[Syariful Hasyim|Sultan Syariful Hasyim]]<br />1405–??
|Pendiri kesultanan Sulu, yang nama aslinya adalah Sayyid walShareefWal Syarif Abu BakrBakar Ibnu Ali ibnZainal AbirinAbidin AlHashmiAl-Hasyimi. Ia mendirikan Kesultanan Kerajaan Sulu pada tahun 1457 dan berganti nama menjadi ''Paduka Mahasari Maulana al-Sultan Sharif ul-Hashim'', yang secara kasar diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai "Tuan Yang Mulia, Pelindung dan Sultan, Bangsawan Klan [[Banu Hasyim|Banu Hashim]]". Sultan dilaporkan telah hidup sekitar tiga puluh tahun di Buansa, tempat pertama kesultanan, dan makamnya terletak di salah satu lereng di dekat Gunung Tumantangis.
|-
| align="center" |2
Baris 161:
| align="center" |27
| align="center" |Sultan Jamalul-Kiram I<br />1823–1844
|Menurut beberapa sumber, nama aslinya adalah Muwalil Wasit (sepupu Sultan Brunei Nasiruddin yang keponakannya — suami Mohandun — adalah Maharaja Anddin dari Brunei). Muwalil Wasit adalah putra Alimud-Din III.
|-
| align="center" |28
| align="center" |Sultan Moh. Pulalun Kiram<br />1844–1862
|Putra Jamalul-Kiram I, yang sepupunya Maharaja Adinda (putra Mohandun) pada tahun 1859 dijadikan Putra Mahkota Sultan Pulalun, karena yang terakhir tidak memiliki anak.
|-
| align="center" |29
| align="center" |Sultan Jamal ul-Azam<br />1862–1881
|Proksi Mohammad Pulalun Kiram. Pada tanggal 22 Januari 1878, ia menandatangani perjanjian di mana wilayah bagian timur Kalimantan utara diserahkan kepada konsul Austro-Hungaria, [[Baron von Overbeck]].<ref>{{cite book|author=International Court of Justice|title=Summaries of Judgments, Advisory Opinions, and Orders of the International Court of Justice, 1997-2002|url=https://books.google.com/books?id=QhIhqVaIpawC&pg=PA268|year=2003|publisher=United Nations Publications|isbn=978-92-1-133541-5|pages=268–}}</ref> Sultan Jamalul Azam I berputra Datu Muharram gelar Datu Panglima Besar berputra Datin Rimba atau Aji Meretam bergelar Aji Ratu Rubia gelar Aji Ratu Agung I (Permaisuri Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Isteri Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan Ibu dari Sultan Aji Muhammad Alimuddin dan Aji Pangeran Ainuddin).
|-
| align="center" |30