Yap Thiam Hien: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kategori:Tokoh Hakka menggunakan HotCat |
chinese name Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(42 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{More footnotes|date=Juni 2020}}
{{Chinese name|[[Ye (marga)|Yap]]}}
'''Yap Thiam Hien''' ({{lahirmati|[[Banda Aceh|Koeta Radja]], [[Aceh]]|25|5|1913|[[Brusel]], [[Belgia]]|25|4|1989}}) adalah seorang pengacara [[Indonesia]] keturunan [[Tionghoa]]. Ia mengabdikan seluruh hidupnya berjuang demi menegakkan keadilan dan [[hak asasi manusia]] (HAM). Namanya diabadikan sebagai nama sebuah [[Penghargaan Yap Thiam Hien|penghargaan]] yang diberikan kepada orang-orang yang berjasa besar bagi penegakan [[hak asasi manusia]] di [[Indonesia]].▼
{{Infobox tokoh}}
{{Infobox Chinese|child=yes|hide=no
| t = 葉添興<ref>{{cite news|url=http://indonesia.sinchew.com.my/node/39975|title=葉添興為公正和人權鞠躬盡瘁——紀念葉添興誕生100週年|work=[[Sin Chew Daily]]|date=5 June 2013|accessdate=12 September 2016}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
| s = 叶添兴
| p = Yè Tiān Xìng
| h = Ya̍p Thiâm-hîn
}}
▲'''[[Meester in de Rechten|Mr.]] Yap Thiam Hien''' ({{lahirmati|[[Banda Aceh|Koeta Radja]], [[Aceh]]|25|5|1913|[[Brusel]], [[Belgia]]|25|4|1989}}) adalah seorang pengacara [[Indonesia]] keturunan [[Tionghoa Aceh]]. Ia mengabdikan seluruh hidupnya berjuang demi menegakkan keadilan dan [[hak asasi manusia]] (HAM). Namanya diabadikan sebagai nama sebuah [[Penghargaan Yap Thiam Hien|penghargaan]] yang diberikan kepada orang-orang yang berjasa besar bagi penegakan [[hak asasi manusia]] di [[Indonesia]].
== Biografi ==
Yap Thiam Hien, yang biasa dipanggil "John" oleh teman-teman akrabnya, adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari Yap Sin Eng dan Hwan Tjing Nio. Keluarganya masih keturunan [[Cabang Atas]], yaitu golongan baba bangsawan di Hindia Belanda. Kakek buyutnya,
Thiam Hien dibesarkan dalam lingkungan perkebunan yang sangat [[feodal]]istik. Kondisi lingkungan feodalistik ini telah menempa pribadi cucu Kapitan Yap Hun Han (Jap Joen Khoy) ini sejak kecil bersifat memberontak dan membenci segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan.
Pada usia 9 tahun, ibu Thiam Hien meninggal dunia. Ia dan kedua orang adiknya kemudian dibesarkan oleh Sato Nakashima, seorang perempuan [[Jepang]] yang merupakan [[gundik]] kakeknya. Sato ternyata memainkan peranan besar dalam kehidupan Thiam Hien, memberikan kemesraan keluarga yang biasanya tidak ditemukan dalam keluarga Tionghoa serta rasa etis yang kuat yang kelak menjiwai kehidupan Thiam Hien pada masa dewasa.
Yap Sin Eng, ayah Thiam Hien, ternyata adalah figur yang lemah. Namun Sin Eng ikut membentuk kehidupan anak-anaknya, karena ia memutuskan untuk memohon status hukum ''disamakan'' (''gelijkstelling'') dengan bangsa Eropa. Hal ini memungkinkan anak-anaknya memperoleh pendidikan Eropa, meskipun mereka telah kehilangan status sebagai tokoh masyarakat.
=== Pindah ke Jawa ===
Thiam Hien belajar di ''Europesche Lagere School'', Banda Aceh. Kemudian melanjut ke [[MULO]] di Banda Aceh. Pada tahun 1920-an, Yap Sin Eng membawa Thiam Hien dan adiknya Thiam Bong pindah ke Batavia. Thiam Hien pun pindah sekolah ke MULO di Batavia, lalu meneruskan ke [[AMS]] A-II dengan program bahasa-bahasa Barat di [[Bandung]] dan [[Yogyakarta]] (kini [[SMA Negeri 1 Yogyakarta]]) dan lulus pada [[1933]]. Ia sangat tertarik akan sejarah dan fasih dalam bahasa-bahasa Barat, yaitu [[bahasa Belanda]], [[bahasa Jerman]], [[bahasa Inggris]], [[bahasa Prancis]], dan [[bahasa Latin]].
=== Menjadi guru ===
Selesai dari [[AMS]], dunia pada saat itu dilanda depresi ekonomi, dan Yap tidak dapat memperoleh pekerjaan. Karena itu ia pindah ke [[Batavia]], dan masuk ke ''Hollands-Chineesche Kweekschool'' (HCK), di [[Meester Cornelis]]. HCK adalah sekolah pendidikan guru yang berlangsung satu tahun, yang memberikan kesempatan kepada para pemuda [[peranakan]] yang ingin menempuh pendidikan profesional,
=== Berangkat ke Belanda ===
[[Berkas:Viering 100-ste Dies Natalis VU in de Nieuwe Kerk , 21 22 mr. Yap Thiam Hien in , Bestanddeelnr 931-0954.jpg|256px|ka|jmpl|Yap Thiam Hien menerima penghargaan pada acara dies natalis [[Vrije Universiteit Amsterdam]], 1980]]
Pada awal [[1946]], Yap mendapatkan kesempatan untuk bekerja pada sebuah kapal pemulangan orang-orang Belanda yang mengantarkannya ke Belanda untuk menyelesaikan studi hukumnya di [[Universitas Leiden]]. Dari sana ia meraih gelar ''Meester in de Rechten''. Sementara belajar di Leiden, Yap tinggal di ''Zendingshuis'', pusat [[Gereja Reformasi Belanda]] di [[
.
=== Menjadi pengacara ===
Sekembalinya ke tanah air pada [[1948]], Yap menikah. Ayahnya, Yap Sin Eng dan Sato Nakashima meninggal pada [[1949]]. Yap mulai bekerja di gereja. Ia pun kemudian mulai berkiprah sebagai seorang pengacara warga untuk warga keturunan [[Tionghoa]] di Jakarta. Belakangan ia bergabung dengan sebuah biro hukum kecil namun cukup terkemuka dengan rekan-rekannya yang semuanya terlibat dalam masalah yang jauh lebih luas daripada sekadar masalah [[Tionghoa]]. Rekan seniornya pada waktu itu antara lain adalah [[Lie Hwee Yoe]], pendiri biro hukum itu pada tahun 1930-an, [[Tan Po Goan]], seorang pendukung aktif revolusi dan kemudian menjadi anggota [[Partai Sosialis Indonesia]], dan [[Oei Tjoe Tat]] yang jauh lebih muda, seorang aktivis [[Sin Ming Hui]] dan belakangan aktif di [[Baperki]] dan [[Partindo]].
Setelah lebih berpengalaman, Yap bersama John Karwin, [[Mochtar Kusumaatmadja]] dan Komar membuka kantor pengacara pada [[1950]]. Sampai kemudian, Yap membuka kantor pengacara sendiri sejak tahun [[1970]] dan kemudian memelopori berdirinya Peradin (Persatuan Advokat Indonesia) dan kemudian menjadi pimpinan asosiasi advokat itu.
Baris 31 ⟶ 41:
Nama Yap muncul ke permukaan setelah ia terlibat dalam perdebatan di Konstituante pada 1959. Ketika itu, sebagai seorang anggota DPR dan Konstituante keturunan Tionghoa, ia menolak kebijakan fraksinya yang mendapat tekanan dari pemerintah. Ia satu-satunya anggota Konstituante yang menentang [[UUD 1945]] karena keberadaan Pasal 6 yang diskriminatif dan konsep kepresidenan yang terlalu kuat.
Perjalanan karier dan perjuangannya juga ditopang dengan kuat oleh istrinya, Tan Gien Khing Nio, yang berprofesi guru. Mereka dikaruniai dua anak, Yap Hong Gie dan Yap Hong
Dalam perjalanan tugas menghadiri konferensi internasional Lembaga Donor untuk Indonesia di [[Brussel]], [[Belgia]], Yap menderita pendarahan usus. Setelah dua hari dirawat di Rumah Sakit Santo Agustinus, Brussel, Yap menghembuskan napas yang terakhir pada [[25 April]] [[1989]]. Jenazahnya diterbangkan ke Jakarta. Lima hari kemudian, diiringi ribuan pelayat, jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum [[Tanah Kusir]] Jakarta.
Selama hidupnya, Yap dikenal sebagai seorang Kristen yang saleh, dan aktif dalam kegiatan gereja. Ia ikut mendirikan [[Universitas Kristen Indonesia]] dan pernah duduk dalam salah satu komisi dari [[Dewan Gereja-gereja se-Dunia]] dan [[International Commission of Jurists]]. [[Arief Budiman]] pernah menjuluki Yap sebagai seorang "triple minority" di Indonesia, yaitu Tionghoa, Kristen, dan
== Kegiatan ==
Selama menjadi pengacara, Yap pernah membela pedagang di [[Pasar Senen]] yang tempat usahanya tergusur oleh pemilik gedung. Yap juga menjadi salah seorang pendiri [[Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia]] (YLBHI).
Pada era [[Bung Karno]], Yap menulis artikel yang mengimbau presiden agar membebaskan sejumlah tahanan politik, seperti [[Mohammad Natsir]], [[Mohammad Roem]], [[Mochtar Lubis]], [[Subadio]], [[Syahrir]], dan [[Princen]].
Begitu pula ketika terjadinya [[Peristiwa G30S]], Yap, yang dikenal sebagai pribadi yang antikomunis, juga berani membela para tersangka G30S seperti [[Abdul Latief]], [[Asep Suryawan]], [[Oei Tjoe Tat]], dan [[Sudisman]]. Yap bersama [[H.J.C Princen]], [[Aisyah Aminy]], Dr Halim, [[Wiratmo Sukito]], dan Dr Tambunan yang tergabung dalam [[Lembaga Pembela Hak-hak Asasi Manusia (LPHAM)]] yang mereka dirikan 29 April 1966 dan sekaligus mewakili [[Amnesty International]] di Indonesia, meminta supaya para [[tapol]] PKI dibebaskan.
Ia juga membuktikan nasionalisme tidak dapat dikaitkan dengan nama yang disandang seseorang. Ini dibuktikannya dengan tidak mengganti [[nama Tionghoa]] yang ia sandang sampai akhir hayatnya walaupun ada himbauan dari pemerintah Orde Baru kepada orang Tionghoa di Indonesia untuk mengganti nama Tionghoa mereka.
Baris 55 ⟶ 65:
* [[Penghargaan Yap Thiam Hien]]
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
{{wikisource|In Memoriam: Yap Thiam Hien (1913-1989)}}
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1787-obor-pejuang-keadilan-dan-ham Biografi Yap Thiam Hien di tokohindonesia.com]{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{en}} [http://cip.cornell.edu/DPubS?service=UI&version=1.0&verb=Display&handle=seap.indo/1107011777 In Memoriam: Yap Thiam Hien, oleh Daniel S. Lev]
* {{en}} [http://www.jstor.org/pss/3351257 Becoming an Orang Indonesia Sejati: The Political Journey of Yap Thiam Hien, oleh Daniel S. Lev]
{{Lifetime|1913|1989|Thiam Hien, Yap}}
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]▼
[[Kategori:Pejuang HAM]]▼
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Leiden]]
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 1 Yogyakarta]]
▲[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Hakka]]
[[Kategori:Tokoh dari Banda Aceh]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
|