Tarekat Syadziliyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(24 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
{{rapikan}}
{{wikifisasiSufisme}}
'''Tarekat Syadziliyah''' ({{lang-ar|الطريقة الشاذلية}}) adalah [[Tarekat (Islam)|tarekat]] [[Sufisme|sufi]]<ref name="google">{{cite book|title=The Mystical Teachings of al-Shadhili: Including His Life, Prayers, Letters, and Followers. A Translation from the Arabic of Ibn al-Sabbagh's Durrat al-Asrar wa Tuhfat al-Abrar|author1=al-Ṣabbāgh, M.A.Q.I.|author2=Douglas, E.H.|author3=Abu-Rabiʻ, I.M.|date=1993|publisher=State University of New York Press|isbn=9780791416136|url=https://books.google.com/books?id=5YbUq2DqfQgC|access-date=2015-02-26}}</ref> yang didirikan oleh Abul Hasan Ali asy-Syadzili<ref name="spiritualfoundation">{{cite web|url=http://www.spiritualfoundation.net/sufisshaykhs3.htm#111124615|archive-url=https://archive.today/20120911010013/http://www.spiritualfoundation.net/sufisshaykhs3.htm%23111124615|url-status=dead|title=Sufis & Shaykhs &#91;3&#93; – World of Tasawwuf|publisher=spiritualfoundation.net|access-date=2015-02-26|archive-date=2012-09-11}}</ref> pada [[Abad ke-11 hingga 20|abad ke-13]] dan diikuti oleh jutaan orang di seluruh dunia.
 
[[Image:humaithara on urus.jpg|right|thumb|250px|Makam Suci Imam Syadziliyah yang berada di Humaithara, [[Mesir]].]]
'''Tarekat Syadziliyah''' adalah [[tarekat]] [[Islam]] yang dipelopori oleh Syekh [[Abul Hasan Asy-Syadzili]] (571-656) H/ (1197 - 1258) M yang berkembang di [[Indonesia]].<ref>https://wiki-indonesia.club/wiki/Abul_Hasan_Asy-Syadzili</ref>
=== Pendiri Tarekat Syadziliyah ===
 
Ini secara historis penting dan berpengaruh di [[Arab Maghrib|Maghrib]] dan [[Mesir]] dengan banyak kontribusi untuk [[Sastra|literatur]] [[Islam]]. Di antara tokoh Syadziliyah yang paling dikenal karena kontribusi [[sastra]] dan intelektual adalah Ibnu 'Atallah, Ahmad Zarruq, dan Ahmad ibn Ajiba. Dalam [[puisi]] yang mengungkapkan cinta kepada [[Muhammad]], ada kontribusi penting dari Muhammad al-Jazuli, penulis puisi ''Dala'il al-Khayrat'', ''Busiri'', dan ''Qaṣīda al-Burda''. Banyak dosen kepala [[Universitas Al-Azhar|Universitas al-Azhar]] di [[Kairo]] juga menjadi pengikut [[Tarekat (Islam)|tarekat]] ini.
Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang dipelopori oleh Syekh [[Abul Hasan Asy-Syadzili]]. Nama Lengkapnya adalah Abul Hasan Asy Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya' bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad anak pemimpin pemuda ahli surga dan cucu sebaik-baik manusia: Abu Muhammad [[Hasan]] bin [[Ali bin Abi Thalib]] r.a dan [[Fatimah]] al-Zahra binti [[Rasulullah]] SAW.<ref name="Jejak-jejak Wali Allah">Ibn Abi-Qasim al-Humairi: "Jejak-jejak Wali Allah", halaman 2-4. Penerbit ERLANGGA, 2009 ISBN (13)978-979-033-319-2</ref>.
 
== Wilayah persebaran ==
Nama kecil Syekh [[Abul Hasan Asy-Syadzili]] adalah Ali, gelarnya adalah Taqiyuddin, Julukanya adalah Abu Hasan dan nama populernya adalah '''Asy Syadzili'''. al-Syadzili lahir di sebuah desa yang bernama [[Ghumarah]], dekat kota [[Sabtah]] pada tahun [[593]] H ([[1197]] M). menghapal al-Quran dan pergi ke [[Tunis]] ketika usianya masih sangat muda. Ia tinggal di desa Syadzilah. Oleh karena itu, namanya dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun ia tidak berasal dari desa tersebut.<ref name="Jejak-jejak Wali Allah"/>
Dari berbagai cabang tarekat Syadziliyah salah satunya ialah Fassiyatush,<ref>{{Cite web|url=http://www.shazuli.com/|title=Fassiyathush Shazuliya Tariqa &#124; Madurai-Tamil Nadu-India}}</ref> banyak ditemukan di [[India]], [[Sri Lanka]], dan [[Pakistan]]. Cabang Darqawi kebanyakan ditemukan di [[Maroko]], lalu cabang Darqawi Alawiyya dapat ditemukan di [[Aljazair]]; walaupun sekarang mudah ditemukan di seluruh dunia, khususnya di [[Suriah]], [[Yordania]], [[Prancis]], dan di antara banyak komunitas [[Bahasa Inggris|berbahasa Inggris]].
 
Cendekiawan Inggris, [[Martin Lindstrom|Martin Lings]] menulis biografi ekstensif pendiri cabang Darqawi Alawiyya, Ahmad al-Alawi yang berjudul ''A Sufi Saint of the 20th century''.<ref>{{Cite book|isbn = 0-946621-50-0|title = A Sufi Saint of the Twentieth Century: Shaikh Aḥmad Al-ʻAlawī : His Spiritual Heritage & Legacy|url = https://archive.org/details/sufisaintoftwent00ling|last1 = Lings|first1 = Martin|year = 1993}}</ref> Peringatan Quthb al-Aqtab, al-Ghawth al-Akbar, Mawlana al-Sayyid al-Shareef (رضي الله عنه) diadakan pada tanggal 12 [[Syawal]] (bulan kesepuluh [[Kalender candra|kalender lunar]]) di Humaithara, [[Mesir]].
=== Intisari tarekat ===
Secara pribadi Syekh [[Abul Hasan Asy-Syadzili]] tidak meninggalkan karya tasawuf, begitu juga muridnya, Syekh [[Abul Abbas al-Mursi]], kecuali hanya sebagai ajaran lisan [[tasawuf]], doa, dan [[hizib]]. Syekh [[Ibnu Atha'illah as-Sakandari]] atau nama lengkapnya Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari]] ([[658]] - [[709]] H )/ ([[1260]] - [[1309]] M) <ref>http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/05/24/lmxtj1-tokoh-sufi-syekh-ibnu-athaillah-penulis-kitab-alhikam</ref> adalah orang yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khasanah tareqat Syadziliyah tetap terpelihara. Ibnu Atha'illah juga orang yang pertama kali menyusun karya paripurna tentang aturan-aturan tareqat tersebut, pokok-pokoknya, prinsip-prinsipnya, bagi angkatan-angkatan setelahnya.
 
== Referensi ==
Melalui sirkulasi karya-karya Ibnu Atha'illah, tareqat Syadziliyah mulai tersebar sampai ke Maghrib, sebuah negara yang pernah menolak sang guru. Tetapi ia tetap merupakan tradisi individualistik, hampir-hampir mati, meskipun tema ini tidak dipakai, yang menitik beratkan pengembangan sisi dalam. Syadzili sendiri tidak mengenal atau menganjurkan murid-muridnya untuk melakukan aturan atau ritual yang khas dan tidak satupun yang berbentuk kesalehan populer yang digalakkan. Namun, bagi murid-muridnya tetap mempertahankan ajarannya. Para murid melaksanakan Tareqat Syadziliyah di zawiyah-zawiyah yang tersebar tanpa mempunyai hubungan satu dengan yang lain.
 
Sebagai ajaran Tareqat ini dipengaruhi oleh [[Al-Ghazali]] dan [[Abu Talib al-Makki]] atau al-Makki. Salah satu perkataan as-Syadzili kepada murid-muridnya: "''Seandainya kalian mengajukan suatu permohonanan kepada Allah, maka sampaikanlah lewat Abu Hamid [[Al-Ghazali]]''". Perkataan yang lainnya: "''Kitab Ihya' Ulum ad-Din, karya [[Al-Ghazali]], mewarisi anda ilmu. Sementara Qut al-Qulub, karya [[Abu Talib al-Makki]]/ al-Makki, mewarisi anda cahaya.''" Selain kedua kitab tersebut, as-Muhasibi, Khatam al-Auliya, karya Hakim at-Tarmidzi, Al-Mawaqif wa al-Mukhatabah karya An-Niffari, Asy-Syifa karya Qadhi 'Iyad, Ar-Risalah karya al-Qusyairi, Al-Muharrar al-Wajiz karya Ibn Atha'illah.
 
=== Silsilah Silsilah Sanad Tariqah Asy-Syadziliyah ===
 
* As-Syaikh As-Sayyid Abil Hasan Asy-Syadzili ra drp
* As-Syaikh Abdus Salam b Mashish ra drp
* As-Syaikh Muhammad bin Harazim ra drp
* As-Syaikh Muhammad Salih ra drp
* As-Syaikh Shuaib Abu Madyan ra drp
* As-Syaikh As-Sayyid Abdul Qadir Al-Jailani ra drp
* As-Syaikh Abu Said Al-Mubarak ra drp
* As-Syaikh Abul Hasan Al-Hukkari ra drp
* As-Syaikh At-Tartusi ra drp
* As-Syaikh Asy-Shibli ra drp
* As-Syaikh Sari As-Saqati ra drp
* As-Syaikh Ma'ruf Al-Kharkhi ra drp
* As-Syaikh Daud At-Tai ra drp
* As-Syaikh Habib Al-Ajami ra drp
* Imam Hasan Al-Basri ra drp
* Sayyidina Ali bin Abu Talib ra drp
* Sayyidina Muhammad saw
 
=== Silsilah Sanad Nasab Abil Hasan Asy-Syadzili ===
 
As-Sayyid Asy-Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzili
* Ali bin
* Abdullah bin
* Tamim bin
* Hurmuz bin
* Hatim bin
* Qusay bin
* Yusuf bin
* Yusya bin
* Ward bin
* Bathaal bin
* Ali bin
* Ahmad bin
* Muhammad bin
* Isa bin
* Muhammad bin
* Abi Muhammad bin
* Imam Hasan bin
* Sayyidna Ali ra dan Sayyidatina Fathimah binti
* Rasulullah Sayyidina Muhammad saw.<ref>http://suryanicenter.blogspot.co.id/2013/08/silsilah-tarekat-syadziliyah.html</ref>
 
=== Wejangan dasar ===
 
# Tauhid dengan sebenar-benarnya tauhid yang tidak musyrik kepada Allah.
# Ketaqwaan terhadap Allah swt lahir dan batin, yang diwujudkan dengan jalan bersikap [[wara']] dan [[Istiqamah]] dalam menjalankan perintah Allah swt.
# Konsisten mengikuti Sunnah Rasul, baik dalam ucapan maupun perbuatan, yang direalisasikan dengan selalau bersikap waspada dan bertingkah laku yang luhur.
# Berpaling (hatinya) dari makhluk, baik dalam penerimaan maupun penolakan, dengan berlaku sadar dan berserah diri kepada Allah swt (Tawakkal).
# Ridho kepada Allah, baik dalam kecukupan maupun kekurangan, yang diwujudkan dengan menerima apa adanya (qana'ah/ tidak rakus) dan menyerah.
# Kembali kepada Allah, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, yang diwujudkan dengan jalan bersyukur dalam keadaan senang dan berlindung kepada-Nya dalam keadaan susah.
 
Keenam atau lima sendi tersebut juga tegak diatas lima sendi berikut:
 
* Semangat yang tinggi, yang mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi.
* Berhati-hati dengan yang haram, yang membuatnya dapat meraih penjagaan Allah atas kehormatannya.
* Berlaku benar/baik dalam berkhidmat sebagai hamba, yang memastikannya kepada pencapaian tujuan kebesaran-Nya/kemuliaan-Nya.
* Melaksanakan tugas dan kewajiban, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan hidupnya.
* Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat, yang membuatnya selalu meraih tambahan nikmat yang lebih besar.
 
Selain itu tidak peduli sesuatu yang bakal terjadi (merenungkan segala kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang) merupakan salah satu pandangan tareqat ini, yang kemudian diperdalam dan diperkukuh oleh Ibn Atha'illah menjadi doktrin utamanya. Karena menurutnya, jelas hal ini merupakan hak prerogratif Allah. Apa yang harus dilakukan manusia adalah hendaknya ia menunaikan tugas dan kewajibannya yang bisa dilakukan pada masa sekarang dan hendaknya manusia tidak tersibukkan oleh masa depan yang akan menghalanginya untuk berbuat positif.
 
=== Perkembangan Tarekat ===
 
Sementara itu tokohnya yang terkenal pada abad ke delapan Hijriyah, Ibn Abbad ar-Rundi (w. 790 H), salah seorang pensyarah kitab al-Hikam memberikan kesimpulan dari ajaran Syadziliyah: Seluruh kegiatan dan tindakan kita haruslah berupa pikiran tentang kemurahan hati Allah kepada kita dan berpendirian bahwa kekuasaan dan kekuatan kita adalah nihil, dan mengikatkan diri kita kepada Allah dengan suatu kebutuhan yang mendalam akan-Nya, dan memohon kepada-Nya agar memberi syukur kepada kita."
 
Mengenai dzikir yang merupakan suatu hal yang mutlak dalam tareqat, secara umum pada pola dzikir tareqat ini biasanya bermula dengan Fatihat adz-dzikir. Para peserta duduk dalam lingkaran, atau kalau bukan, dalam dua baris yang saling berhadapan, dan syekh di pusat lingkaran atau diujung barisan. Khusus mengenai dzikir dengan al-asma al-husna dalam tareqat ini, kebijakjsanaan dari seorang pembimbing khusus mutlak diperlukan untuk mengajari dan menuntun murid.
 
Sebab penerapan asma Allah yang keliru dianggap akan memberi akibat yang berbahaya, secara rohani dan mental, baik bagi sipemakai maupun terhadap orang-orang di sekelilingnya. Beberapa contoh penggunaan Asma Allah diberikan oleh Ibnu Atha'ilah berikut: ''Asma al-Latif'', Yang Halus harus digunakan oleh seorang sufi dalam penyendirian bila seseorang berusaha mempertahankan keadaan spiritualnya; ''Al-Wadud'', Kekasih yang Dicintai membuat sang sufi dicintai oleh semua makhluk, dan bila dilafalkan terus menerus dalam kesendirian, maka keakraban dan cinta Ilahi akan semakin berkobar; dan Asma al-Faiq, "Yang Mengalahkan" sebaiknya jangan dipakai oleh para pemula, tetapi hanya oleh orang yang arif yang telah mencapai tingkatan yang tinggi.
 
=== Demografik para pengikut ===
 
Tareqat Syadziliyah terutama menarik dikalangan kelas menengah, pengusaha, pejabat, dan pengawai negeri. Mungkin karena kekhasan yang tidak begitu membebani pengikutnya dengan ritual-ritual yang memberatkan seperti yang terdapat dalam tareqat-tareqat yang lainnya. Setiap anggota tareqat ini wajib mewujudkan semangat tareqat di dalam kehidupan dan lingkungannya sendiri, dan mereka tidak diperbolehkan mengemis atau mendukung kemiskinan. Oleh karenanya, ciri khas yang kemudian menonjol dari anggota tareqat ini adalah kerapian mereka dalam berpakaian.
 
Kekhasan lainnya yang menonjol dari tareqat ini adalah "ketenagan" yang terpancar dari tulisan-tulisan para tokohnya, misalnya: asy-Syadzili, Ibn Atha'illah, Abbad. A Schimmel menyebutkan bahwa hal ini dapat dimengerti bila dilihat dari sumber yang diacu oleh para anggota tareqat ini. Kitab ar-Ri'ayah karya al-Muhasibi. Kitab ini berisi tentang telaah psikologis mendalam mengenai Islam pada masa awal. Acuan lainnya adalah ''Qut al-Qulub'' karya al-Makki dan ''Ihya Ulumuddin'' karya [[al-Ghazali]]. Ciri "ketenangan" ini tentu saja tidak menarik bagi kalangan muda dan kaum penyair yang membutuhkan cara-cara yang lebih menggugah untuk berjalan di atas Jalan Yang Benar.
 
Disamping Ar-Risalahnya Abul Qasim Al-Qusyairy serta Khatamul Auliya'nya, Hakim [[at-Tirmidzi]]. Ciri khas lain yang dimiliki oleh para pengikut tareqat ini adalah keyakinan mereka bahwa seorang Syadzilliyah pasti ditakdirkan menjadi anggota tareqat ini sudah sejak di alam Azali dan mereka percaya bahwa Wali Qutb akan senantiasa muncul menjadi pengikut tareqat ini.
 
Tidak berbeda dengan tradisi di [[Timur Tengah]], Martin menyebutkan bahwa pengamalan tareqat ini di Indonesia dalam banyak kasus lebih bersifat individual, dan pengikutnya relatif jarang, kalau memang pernah, bertemu dengan yang lain. Dalam praktiknya, kebanyakan para anggotanya hanya membaca secara individual rangaian-rangkaian doa yang panjang (hizb), dan diyakini mempunyai kegunaan-kegunaan megis. Para pengamal tareqat ini mempelajari berbagai hizib, paling tidak idealnya, melalui pengajaran (talkin) yang diberikan oleh seorang guru yang berwewenang dan dapat memelihara hubungan tertentu dengan guru tersebut, walaupun sama sekali hampir tidak merasakan dirinya sebagai seorang anggota dari sebuah tareqat.
 
== Contoh Hizib Al Barr (Daratan) ==
 
=== Amalan-Amalan ===
 
'''<nowiki>Hizb al-Bahr</nowiki>''', '''<nowiki>Hizb Nashor</nowiki>''', '''<nowiki>Hizb Barr</nowiki>''' disamping '''Hizib<nowiki> al-Hafidzah</nowiki>''', merupakan Hizib-Hizib yang terkenal dari as-Syadzilli. Menurut laporan, hizib ini dikomunikasikan kepadanya oleh <nowiki>[[Nabi Muhammad]]</nowiki> SAW. Sendiri. Hizib ini dinilai mempunyai kekuatan adikodrati, yang terutama dugunakan untuk melindungi selama dalam perjalanan dan bermanfaat dalam meningkatkan kadar ibadah kepada Allah.
 
Sebagai contoh, <nowiki>[[Ibnu Batutah]]</nowiki> menggunakan doa-doa tersebut selama perjalanan-perjalanan panjangnya, dan berhasil. Di Indonesia, di mana doa ini diamalkan secara luas, secara umum dipercaya doa ini baik dan tidak bertentangan dengan Sunatulloh dan Sunnatur Rosul. Untuk pengamalan hizb ini sebaiknya dalam bimbingan guru yang mengamalkannya.
 
Hizib-hizib dalam Tareqat Syadzilliyah, di [[Indonesia]], juga dipergunakan oleh anggota tareqat lain untuk memohon perlindungan tambahan (Istighotsah), dan berbagai kekuatan hikmah, seperti debus di Pandegelang, yang dikaitkan dengan tareqat Rifa'iyah, dan di Banten utara yang dihubungkan dengan tareqat Qadiriyah. Akan tetapi yang utama adalah Hizb tersebut dipergunakan untuk meningkatkan kadar [[ibadah]] yang sebenarnya kepada Allah.
 
Para ahli mengatakan bahwa hizib, bukanlah doa yang sederhana, ia bukan hanya merupakan mantra megis yang Nama-nama Allah Yang Agung (Ism Allah A'zhim) dan, apabila dilantunkan secara benar, akan mengalirkan berkah dan menjamin respon supra natural dan '''yang terpenting adalah mendapatkan ridha Allah'''. Menyangkut pemakaian hizib, wirid, dana doa, para syekh tareqat biasanya tidak keberatan bila doa-doa, hizib-hizib (Azhab), dan wirid-wirid dalam tareqat dipelajari oleh setiap muslim untuk tujuan personalnya. Akan tetapi mereka tidak menyetujui murid-murid mereka mengamalkannya tanpa berlandaskan [[Al-Qur'an]] dan tuntunan Rasululloh SAW, sebab murid tersebut sedang mengikuti suatu pelatihan dari sang guru untuk dapat beribadah kepada [[Allah]] dengan benar.
 
Yang menarik dari filosufi Tasawuf Asy-Syadzily, justru kandungan makna hakiki dari Hizib-hizib itu, memberikan tekanan simbolik akan ajaran utama dari Tasawuf atau Tharekat Syadziliyah. Jadi tidak sekadar doa belaka, melainkan juga '''mengandung doktrin tingkah laku islami, pemahaman, adab hati, penyaksian, pembuktian yang sangat dahsyat yang semuanya bersumber dari Nabi [[Muhammad]] SAW'''.
 
=== Pengaruh dan Cabang-Cabang Tarekat Syadziliyyah ===
Tareqat ini mempunyai pengaruh yang besar di dunia Islam. Sekarang tareqat ini terdapat di [[Afrika Utara]], [[Mesir]], [[Kenya]], dan [[Tanzania]] Tengah, [[Sri langka]], [[Indonesia]] dan beberapa tempat yang lainnya termasuk di Amerika Barat dan Amerika Utara. Di [[Mesir]] yang merupakan awal mula penyebaran tareqat ini, tareqat ini mempunyai beberapa cabang, yakitu: al-Qasimiyyah, al- madaniyyah, al-Idrisiyyah, as-Salamiyyah, al-handusiyyah, al-Qauqajiyyah, al-Faidiyyah, al-Jauhariyyah, al-Wafaiyyah, al-Azmiyyah, al-Hamidiyyah, al-Faisiyyah dan al- HasyimiyyaH dan 'Alawiyah
 
Salah satu cabang tarekat Syadzilliya di Indonesia adalah Syadzili Darqawi Habibi Hashimi, dengan mursyid yang mendpaatkan idhin kemursyidan saat ini adalah Sayyidi Shaykh Moulay Hashim al Belghiti, Meknes, Maroko. Syadzilli Darqawi ini adalah dari jalur Sayyidi Shaykh Muhammad ibn al Habib. Fuqara Syadzili Darqawi ini tersebar di beberapa kota di Indonesia yang salah satunya mendirikan ribat di Yogyakarta. Seperti tarekat pada umumnya tarekat Syadzili Darqawi mempunyai sanad guru-guru yang bersambung sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
 
=== Kata-Kata Hikmah ===
Di antara Ucapan Abul Hasan asy-Syadzili:
"''Pengelihatan akan yang Haqq telah mewujud atasku, dan takkan meninggalkan aku, dan lebih kuat dari apa yang dapat dipikul, sehingga aku memohon kepada Tuhan agar memasang sebuah tirai antara aku dan Dia. Kemudian sebuah suara memanggilku''", katanya "''Jika kau memohon kepada-Nya yang tahu bagaimana memohon kepada-Nya, maka Dia tidak akan memasang tirai antara kau dan Dia. Namun memohonlah kepada-Nya untuk membuatmu kuat memiliki-Nya''."''Maka akupun memohon kekuatan dari Dia pun membuatku kuat, segala puji itu milik Allah''.
 
Aku dipesan oleh guruku (Abdus Salam ibn Masyisy ra): "''Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan keridhoan [[Allah]] ta'ala, dan jangan duduk dimajelis kecuali majelis yang aman dari murka [[Allah]]. Jangan bersahabat kecuali dengan orang yang membantu berbuat taat kepada [[Allah]]. Jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap [[Allah]]''."
 
Seorang wali tidak akan sampai kepada [[Allah]] selama ia masih ada syahwat atau usaha ikhtiar sendiri. Janganlah yang menjadi tujuan doamu itu adalah keinginan tercapainya hajat kebutuhanmu. Dengan demikian engkau hanya terhijab dari Allah. Yang harus menjadi tujuan dari doamu adalah untuk dapat selalu taat kepada [[Allah]] yang memiliki pemelihara dirimu.
 
Seorang arif adalah orang yang megetahui rahasia-rahasia karunia Allah di dalam berbagai macam bala' dan ni'mat yang menimpanya sehari-hari, dan mengakui kesalahan-kesalahannya di dalam lingkungan belas kasih Allah kepadanya dan bersyukur atas syukur yang mendalam.
 
Sedikit amal dengan mengakui dan mensyukuri karunia Allah, lebih baik dari banyak amal dengan terus merasa kurang beramal. Andaikan Allah membuka nur (cahaya) seorang mu'min yang berbuat dosa, niscaya ini akan memenuhi antara langit dan bumi, maka bagaimanakah kiranya menjelaskan: Andaikan Allah membuka hakikat kewalian seorang wali, niscaya ia akan disembah, sebab ia telah mengenangkan sifat-sifat Allah SWT.
 
=== Perkembangan di Indonesia ===
Tarikat Syadziliyyah adalah satu di antara tarikat yang diakui di [[Indonesia]] yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahli al-Thariqah al-Mu’Tabarah al-Nahdliyah (JATMAN), lembaga otonom Nahdhatul Ulama [[NU]], yaitu Aliran-aliran tarekat yang dinilai mu'tabarah (diakui keabsahannya) adalah: 1) 'Abbasiyah, 2) Akbariyah, 3) Baerumiyah, 4) Bakriyah, 5) Buhuriyah, 6) Ghaibiyah, 7) Haddadiyah, 8) Idrisiyah, 9) Isawiyah, 10) Justiyah, 11) Khadliriyah, 12) Khalidiyah wa al-Naqsyabandiyah, 13) Madbuliyah, 14. Maulawiyah, 15) Rifa'iyah, 16) Sa’diyah, 17) Sumbuliyah, 18) Syadziliyah, 19) Syuhrawiyah, 20) Umariyah, 21) Utsmaniyah.
Kemudian, 22) Ahmadiyah, 23) Alawiyah, 24) Bakdasyiyah, 25) Bayumiyah, 26) Dasuqiyah, 27) Ghozaliyah, 28) Hamzawiyah, 29) Idrusiyah, 30) Jalwatiyah, 31) Kalsyaniyah, 32) Khalwatiyah, 33) Kubrawiyah, 34) Malamiyah, 35) Qadiriyah wa al-Naqsyabandiyah, 36) Rumiyah, 37) Samaniyah, 38) Sya'baniyah, 39) Syathariyah, 40) Tijaniyah, 41) Usyaqiyah, 42) Uwaisiyah, dan 43) Zainiyah.<ref>http://www.nu.or.id/post/read/55506/habib-luthfi-tarekat-samaniyah-tidak-sesat</ref>
 
Di antara Mursyid Tarikat Syadziliyah di [[Indonesia]] adalah K.H. [[Abdul Jalil Mustaqim]], Mursyid Tarekat Syadziliyah Dari [[Tulungagung]].<ref>http://mukelujauh.blogspot.co.id/2013/03/kh-abdul-jalil-mustaqim-mursyid-tarekat.html</ref> dan K.H Dalhar Watucongol Magelang
 
=== Catatan Kaki ===
<references/>
 
=== Pranala =luar ==
* [http://www.nu.or.id/post/read/55506/habib-luthfi-tarekat-samaniyah-tidak-sesat/ Tarikat Mu'tabarah NU]
 
[[Kategori:Tarekat Sufi|Syadziliyah]]
[[Kategori:Syadziliyah]]