Tarekat Idrisiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zalina Yulianthy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(6 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sufisme}}
membutuhkan rujukan tambahan
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Tarekat Al-Idrisiyyah''' dinisbahkan kepada nama [[Syekh Ahmad bin Idris]] al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 - 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari [[Nabi Khidir As]] yang diberikan kepada [[Syekh Abdul Aziz bin Mas'ud ad-Dabbagh Ra.]] Setelah [[Syekh Ahmad bin Idris]] Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik.
 
'''Tarekat Idrisiyah''' ({{lang-ar|الإدريسية}}) adalah [[Tarekat (Islam)|tarekat]] [[sufi]] yang didirikan oleh Ahmad Ibn Idris al-Fasi ([[1760]]–[[1837]]). Awalnya disebut Tarekat Muhammadiyah. Ini bukan tarekat dalam pengertian tarekat sufi yang terorganisir, melainkan [[Rohaniwan|metode spiritual]], terdiri dari seperangkat ajaran dan [[litani]], yang bertujuan untuk memelihara hubungan spiritual antara murid dan [[Muhammad]] secara langsung.<ref>Sedgwick, Saints and Sons, pp. 12, 17.</ref><ref>Dajani, Reassurance for the Seeker, pp. 13-15.</ref>
== Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah ==
[[Syekh Ahmad bin Idris]] berguru kepada [[Syekh Abdul Wahab at-Tazi]], yang merupakan murid [[Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh]], pengarang kitab [[Al-Ibriz]]. Awrad terkenal yang diajarkan oleh [[Syekh Ahmad bin Idris]] kepada murid-muridnya adalah berupa [[Hizib|hizib-hizib]], di antaranya adalah [[Hizib]] Sayfi yang diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang '''Raja Jin''', dari Sayidina [[Ali Karramallahu Wajhah]]. Selain itu Dia diajarkan seluruh awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara [[Nabi Khidir]] As. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat 'Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
 
[[File:381A Mulatn Pak.jpg|thumb|351x351px|Jalan Koloni Shah Rukne Alam, [[Multan]], [[Pakistan]].]]
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan jalur [[Nabi Khidhir]] As hingga [[Nabi Muhammad]] Saw. Sedangkan jalur pengajaran syari'at Tarekat ini menggunakan jalur [[Syekh Abdul Qadir al-Jailani]] Qs. hingga kepada Sayidina [[Hasan Ra]].
 
Awalnya berbasis di [[Makkah]], tarekat ini tersebar luas di [[Libya]], [[Mesir]], [[Sudan]], [[Afrika Timur]] ([[Somalia]], [[Eritrea]], [[Kenya]]), [[Yaman]], [[Levant]] ([[Suriah]] dan [[Lebanon]]) dan [[Asia Tenggara]] ([[Malaysia]], [[Singapura]], [[Brunei Darussalam|Brunei]]). Ia juga memiliki pengikut di tempat lain, melalui cabang yang berbeda, seperti [[Italia]] dan [[Inggris]]. [[Litani]] dan doa Ibnu Idris khususnya mendapatkan kekaguman [[universal]] di antara tarekat sufi lainnya dan telah dimasukkan ke dalam kumpulan banyak jalan yang tak berhubungan dengan Ibnu Idris.<ref>Sedgwick, Saints and Sons, pp. 18-19.</ref>
== Tarekat Al-Idrisiyyah di Indonesia ==
 
Cabang tarekat ini diperkenalkan di [[Singapura]] oleh para pengikut Syaikh Muhammad Said al-Linggi.<ref>http://www.ahmadiah-idrisiah.com</ref> Tarekat Idrisiyah diperkenalkan di Pakistan oleh Syaikh Hafiz Muhammad Amin bin Abdul Rehman.<ref>http://www.idreesia.com</ref> Ahmad bin Idris memiliki guru spiritual dalam tarekat sufi [[Tarekat Syadziliyah|Syadziliyah]] dan lainnya. Meskipun tarekat Idrisiyah didasarkan pada hubungan spiritual langsung dengan Muhammad, secara historis terkait dengan tarekat Shadhili, serta jalur Khadiriyya dari Syekh Abd al-Aziz al-Dabbagh.
Tarekat
Idrisiyyah masuk ke sulawesi selatan melalui Syeikh Muhammad Nur dan diteruskan oleh para pelanjutnya dan di jawa barat
Tarekat ini yang dibawa oleh [[Syekh al-Akbar Abdul Fattah]] pada tahun 1932, yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syekh [[Ahmad Syarif as-Sanusi]] al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh [[Syekh Muhammad Fathurahman, MAg]].
 
== Referensi ==
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan [[cadar]] hitam. Jama'ahnya menjauhi perkara [[haram]] dan [[makruh]] seperti merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama'ah termasuk salat sunnahnya. [[Sujud syukur]] setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
{{ref-list}}
 
== Pranala luar ==
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena banyak berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah Idrisiyyah atau [[Ahmadiyyah al-Idrisiyyah]]. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama depan Syekh [[Ahmad bin Idris]]. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis nama Tarekat [[Sanusiyyah]] berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan [[Sanusiyyah]] saat itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.
 
== Awrad dan Dzikir ==
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama'ah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba'da Maghrib hingga [[Isya]] dan ba'da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama 'Hadiqatur Riyahin' yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan ([[awrad]]) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya.
Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah di bawah bimbingan Mursyid saat ini adalah:
# Membaca Al-Quran satu Juz,
# Membaca ''Istighfar Shagir'' 100 kali,
# Membaca Dzikir ''Makhshush'' 300 kali: ''Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rosulullah fii kulli lamhatin wanafasin 'adada maa wasi'ahuu 'ilmullah''.
# Membaca Sholawat ''Ummiyyah'' 100 kali,
# Membaca ''Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum'' 1000 kali,
# Memelihara Ketaqwaan.
 
[[Kategori:Tarekat Sufi|Idrisiyah]]
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah adalah menunaikan salat [[tahajjud]] dan membaca [[Sholawat 'Azhimiiyyah]] sebanyak 70 kali sesudah ba'da Shubuh hingga terbit Fajar. Selain itu setiap murid dianjurkan membaca ''Hafizah Nabawiyyah'' yang tertera dalam kitab Hadiqah Riyahin.
 
== Pengajian/Pertemuan Rutin ==
Diperkirakan ada sekitar 70.000 orang lebih jama'ah Idrisiyyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini pengajian umum dilakukan sebulan yang dinamakan Arbain. Tarekat Idrisiyyah yang dipimpin oleh Syekh Muhammad Fathurahman secara rutin mengadakan kegiatan pertemuan seluruh Santri sebanyak 3 kali dalam setahun di Ponpes Al-Idrisiyyah di Tasikmalaya, Yakni even Maulid, Rajab dan Dzulhijjah. Even tersebut bernama Qini Nasional.
 
Pengajian rutin majelis Taklim dan Dzikir Al-Idrisiyyah dapat diikuti setiap hari Ahad pagi setiap bulan di minggu ketiga (Tasikmalaya) dan hari Ahad minggu pertama (Jakarta). Pengajian diawali dengan Shalat tahajjud berjamaah, Dzikir bada Subuh, Kajian Tasawuf. Materi pengajian biasanya membahas topik kekinian (kontekstual) dengan pendekatan Tasawuf Islam. Setiap majelis senantiasa ditutup dengan muhasabah dan do'a serta mushafahah (bersalaman).
 
== Gelar Pemimpin Tarekat Al-Idrisiyyah ==
Pemimpin Tarekat Al-Idrisiyyah ini mendapat gelar dari Rasulullah Saw (secara ruhani) yaitu: '<nowiki/>''Syekh al-Akbar''<nowiki/>'. Kemudian pada masa kepemimpinan Syekh al-Akbar Muhammad Daud Dahlan Ra. mendapatkan tambahan 'Muhyiddin'. Begitu pula pelimpahan mandat kekhalifahan Tarekat Idrisiyyah selalu diinformasikan secara ruhaniyyah, dengan wasilah petunjuk Rasulullah Saw melalui Guru [[Mursyid]] sebelumnya. Awal penamaan Syekh Akbar terjadi pada masa Syekhuna Abdul Fattah di Masjid Cidahu (Tasikmalaya). Saat itu ada seorang murid yang menanyakan istilah Syekh Akbar di sebuah kitab, di mana tertulis: Penutup akhir zaman itu tiga: Syekh Akbar, Imam Mahdi dan Nabi Isa As. Lalu Syekuna memerintahkan para muridnya untuk meminta jawabannya langsung dari ruhani Rasulullah Saw lewat perantaraan riyadhah dzikir bersama-sama. Maka Ruhani Rasulullah Saw menyampaikan, 'Guru kalian itu (''Syekhuna'' Abdul Fattah) adalah Syekh al Akbar!' Maka sejak saat itu '''Syekh Akbar''<nowiki/>' disematkan pada Beliau dan Mursyid Tarekat Idrisiyyah yang menjadi penerusnya.
 
== Pengertian Muhyiddin ==
Istilah Muhyiddin dalam kepemimpinan Thariqah al-Idrisiyyah ini diberikan oleh Rasulullah Saw melalui Nabi Khidhir As. Bahkan semua Ulama yang dimasyhurkan namanya karena memperjuangkan nilai-nilai Sunnah diberikan gelar itu dari Beliau Saw. Penyematan gelar itu ditandai dengan kondisi umat yang semakin jauh dari Sunnah Nabi Saw, yang dibawa oleh para Pewarisnya. Ketika Sunnah sudah dianggap asing dan aneh, maka muncullah sosok Muhyiddin yang menghidupkan kembali Sunnah-sunnah tersebut.
 
== Petikan Ungkapan Asy-Syekh Al-Akbar ==
Di antara petikan ungkapan Syekh al-Akbar adalah bahwa Rasulullah hanya diperintahkan menyampaikan ajaran Islam, tetapi tidak bersifat memaksa orang untuk mengikuti ajarannya, karena petunjuk (hidayah) itu hanya milik Allah.
Orang kafir belum tentu konsisten dengan kekafirannya, dan orang yang beriman belum tentu konsisten dengan keimanannya. Umat Islam tidak boleh egois dengan keislamannya, karena Dienul Islam bukan diperuntukkan buat umat Islam saja, tapi untuk seluruh umat.
 
Syekh al-Akbar memandang perlunya reinterpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur'an maupun Hadits. Tafsir-tafsir ulama yang dahulu tidak cukup untuk mengatasi problem dunia saat ini. Ia mengakui bahwa orang seperti Imam Syafi adalah manusia brilian di zamannya, tetapi zaman yang kita hadapi sekarang berbeda dengan zamannya.
 
Seorang muslim mesti membawa karakter dan perilaku agama yang dibawanya, yakni Islam. Arti Islam adalah keselamatan. Maka, orang Islam mesti membawa nilai-nilai keselamatan dalam berbagai aspek kehidupannya. Islam membijaki keselamatan diri dan orang lain. Inilah yang dinamakan konsep Rahmatan lil 'Alamin [Islam membawa rahmat (kasih sayang) kepada seluruh makhluk alam]. Jika seorang muslim membawa kecelakaan atau kebinasaan orang lain tanpa hak, maka tidak pantas istilah muslim itu disandarkan atas dirinya.
 
== Dienul Islam adalah Birokrasi Ilahiyyah ==
Dia orang yang pertama mengungkapkan bahwa Dienul Islam adalah Birokrasi Ilahiyyah. Dalam pengertian bahwa kepemimpinan, ajaran, nilai-nilai, tatanan kehidupan yang memiliki hubungan yang tiada putus sejak manusia pertama yang dipilih-Nya, yakni Adam As hingga saat ini. Kelanjutan sistem ini ditandai dengan legitimasi ungkapan Nabi terakhir, yaitu Al-'Ulama Waratsatul Anbiya. Al'Ulama tidak identik (sama) dengan orang pintar (cendekiawan). Tidak semua Ulama yang diwarisi cahaya kenabian. Hanya 'Ulama tertentu saja yang memiliki hubungan erat secara lahiriyyah maupun batiniyyah di setiap masa.
 
== Informasi Tarekat Al-idrisiyyah ==
 
Website resmi Tarekat Al-Idrisiyyah di Indonesia adalah: [http://www.idrisiyyah.or.id/ http://www.idrisiyyah.or.id]
 
[[Kategori:Islam]]
[[Kategori:Tarekat]]