Konstantinus Agung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Reformat 1 URL (Wayback Medic 2.5)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 48:
|}}
 
'''Konstantinus Agung''' ({{lang-la|Flavius Valerius Aurelius Constantinus Augustus}};<ref>Dalam [[bahasa Latin Klasik]], gelar resmi kekaisaran Konstantinus adalah IMPERATOR CAESAR FLAVIVS CONSTANTINVS PIVS FELIX INVICTVS AVGVSTVS, ''Imperator Caesar Flavius Constantine Augustus, yang saleh, yang sejahtera, yang tidak terkalahkan''. Setelah tahun 312, ia menambahkan MAXIMVS ("yang terbesar"), dan setelah tahun 325 mengganti ''invictus'' ("yang tidak terkalahkan") dengan VICTOR, karena ''invictus'' mengingatkan banyak orang pada [[Sol Invictus]], Dewa Matahari.</ref> {{lang-elgrc-x-koine|Κωνσταντῖνος ὁ Μέγας, Konstantinos ho Megas}}; 27 Februari {{circa}} 272&nbsp;M<ref name=birthdate>Ada beberapa kemungkinan penanggalan kelahirannya tetapi kebanyakan sejarawan modern menggunakan {{c.}} 272". Lenski, "Reign of Constantine" (CC), 59.</ref> – 22 Mei 337&nbsp;M), juga dikenal sebagai '''Konstantinus I''' atau '''Santo Konstantinus''' (dalam [[Gereja Ortodoks]] sebagai '''Santo Konstantinus Agung, [[Setara Rasul]]'''),<ref>Di kalangan Kristen [[Ortodoks Timur]], [[Ortodoks Oriental]], dan [[Katolik Timur|Katolik Bizantin]]. Kalender liturgi [[Ritus Bisantin|Bizantin]], yang digunakan oleh Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur dari ritus Bizantin, mencantumkan baik Konstantinus maupun [[Helena]] ibunya sebagai orang-orang kudus.
Kendati ia tidak tercantum dalam daftar orang kudus [[Ritus liturgi Latin|Gereja Latin]], yang mengakui beberapa orang lainnya dengan nama Konstantinus sebagai orang kudus, ia tetap dihormati dengan gelar "Agung" atas kontribusinya pada [[Kekristenan]].</ref> merupakan seorang [[Kaisar Romawi]] dari tahun 306 sampai 337&nbsp;M. Konstantinus adalah putra dari [[Konstantius Klorus|Flavius Valerius Konstantius]], seorang perwira tentara Romawi, dan [[Helena dari Konstantinopel|Helena]] istrinya. Ayahnya menjadi ''[[Caesar (gelar)|Caesar]]'', wakil kaisar, di barat pada tahun 293&nbsp;M. Konstantinus diutus ke timur, di mana ia menapaki pangkat-pangkatnya hingga menjadi seorang tribun militer di bawah Kaisar [[Diokletianus]] dan [[Galerius]]. Pada tahun 305 Konstantius meraih pangkat ''[[Augustus (gelar)|Augustus]]'', kaisar barat senior, dan Konstantinus dipanggil ke barat untuk membantu ayahnya melangsungkan kampanye di [[Britania Romawi|Britania]]. Dengan pengakuan sebagai kaisar oleh pasukannya di [[Eboracum]] ([[York, Inggris|York]] masa kini) setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 306&nbsp;M, Konstantinus meraih kemenangan dalam serangkaian perang saudara melawan Kaisar [[Maxentius]] dan [[Licinius|Lisinius]] hingga ia menjadi penguasa tunggal di barat maupun timur pada tahun 324&nbsp;M.
 
Baris 153:
[[Berkas:Fargo Sundogs 2 18 09.jpg|jmpl|250px|Deskripsi dari 28 Oktober 312, "Suatu salib yang terpusat pada Matahari", sesuai dengan foto-foto modern [[Parhelion]].]]
 
==== Konstantinus dan pasukannya mengadopsi huruf-huruf Yunani berupa inisial Kristus: ChiKhi Rho ====
{{Further|Pertempuran Jembatan Milvius}}
[[Berkas:Raphael-Constantine at Milvian Bridge.jpg|jmpl|''[[Pertempuran Jembatan Milvius (Giulio Romano)|Pertempuran Jembatan Milvius]]'' karya [[Giulio Romano]].]]
 
Maxentius mengorganisir pasukannya—dua kali lebih banyak dari pasukan Konstantinus—dalam barisan memanjang berhadapan dengan dataran medan pertempuran, dalam posisi membelakangi sungai.<ref name="bvubfs">Odahl, 108.</ref> Pasukan Konstantinus tiba di medan pertempuran sambil membawa perisai-perisai dengan simbol-simbol yang tidak lazim bagi mereka ataupun kebiasaan saat itu.<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 43; Digeser, 122; Jones, 72; Odahl, 106.</ref> Menurut Laktansius, Konstantinus mendapat suatu mimpi pada malam sebelum pertempuran yang mengandung pesan agar dia "memberi tanda surgawi Allah pada perisai-perisai para prajuritnya ... dengan sebuah huruf miring X yang bagian atas kepalanya dilengkungkan ke bawah, ia menandai Kristus pada perisai mereka."<ref>Lactantius, ''De Mortibus Persecutorum'' 44.4–6, tr. J.L. Creed, ''Lactantius: De Mortibus Persecutorum'' (Oxford: Oxford University Press, 1984), qtd. in Lenski, "Reign of Constantine" (CC), 71.</ref> Eusebius mendeskripsikan versi yang lain: ketika sedang melakukan mars saat tengah hari, "ia melihat dengan matanya sendiri di langit terdapat sebuah piala salib yang timbul dari cahaya matahari, mengusung pesan, ''In Hoc Signo Vinces'' (dengan tanda ini engkau akan menang)";<ref>Eusebius, ''Vita Constantini'' 1.28, tr. Odahl, 105. Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 43; Drake, "Impact of Constantine on Christianity" (CC), 113; Odahl, 105.</ref> dalam laporan Eusebius, Konstantinus mendapat suatu mimpi pada malam berikutnya yang mengisahkan bahwa Kristus menampakkan diri dengan tanda surgawi yang sama, dan mengatakan kepadanya agar membuat suatu standar, ''[[labarum]]'', bagi pasukannya dalam bentuk itu.<ref>Eusebius, ''Vita Constantini'' 1.27–29; Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 43, 306; Odahl, 105–6, 319–20.</ref> Eusebius tidak yakin mengenai kapan dan di mana peristiwa-peristiwa tersebut terjadi,<ref>Drake, "Impact of Constantine on Christianity" (CC), 113.</ref> tetapi ia memasukkan ceritanya sebelum perang melawan Maxentius dimulai.<ref>Cameron and Hall, 208.</ref> Eusebius mendeskripsikan tanda itu sebagai [[ChiKhi (huruf Yunani)|ChiKhi]] (X) yang dilintasi oleh [[Rho]] (Ρ): ☧, sebuah simbol yang merepresentasikan dua huruf pertama pengejaan Yunani dari kata ''Christos'' (Kristus).<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 306; MacMullen, ''Constantine'', 73; Odahl, 319.</ref><ref>Cameron and Hall, 206–7; Drake, "Impact of Constantine on Christianity" (CC), 114; Nicholson, 311.</ref> Pada tahun 315 M, di Ticinum dikeluarkan sebuah medali yang memperlihatkan Konstantinus sedang mengenakan helm yang bertuliskan ''[[ChiKhi Rho]]'',<ref>Lenski, "Reign of Constantine" (CC), 71, citing ''Roman Imperial Coinage'' 7 Ticinum 36.</ref> dan koin-koin yang dikeluarkan di Siscia pada tahun 317/318 M kembali memuat citra tersebut.<ref>R. Ross Holloway, ''Constantine and Rome'' (New Haven: Yale University Press, 2004), 3, citing Kraft, "Das Silbermedaillon Constantins des Grosses mit dem Christusmonogram auf dem Helm," ''Jahrbuch für Numismatik und Geldgeschichte'' 5–6 (1954/55): 151–78.</ref> Bagaimanapun, figur tersebut jarang ditemukan dan tidak lazim dalam propaganda maupun ikonografi imperial sebelum tahun 320-an.<ref>Lenski, "Reign of Constantine" (CC), 71.</ref>
 
Konstantinus mengerahkan kekuatannya sendiri di sepanjang barisan Maxentius. Ia memerintahkan kavalerinya untuk melakukan serangan, dan mereka mengalahkan kavaleri Maxentius. Ia kemudian mengirim kavalerinya untuk menghadapi infanteri Maxentius dan mendesak mereka ke Sungai Tiber, tempat banyak dari antara mereka dibunuh atau tenggelam.<ref name="bvubfs" /> Pertempuran tersebut berlangsung singkat,<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 43; Curran, 68.</ref> pasukan Maxentius dikalahkan sebelum serangan pertamanya.<ref>MacMullen, ''Constantine'', 78.</ref> Garda berkuda dan praetoria Maxentius awalnya dapat mempertahankan posisi mereka, namun pertahanan mereka terpecah oleh kekuatan serangan kavaleri Konstantinus; barisan mereka juga terpecah dan mereka melarikan diri ke sungai. Maxentius melarikan diri dengan kudanya bersama mereka, dan berusaha untuk menyeberangi jembatan, tetapi ia didorong ke dalam Sungai Tiber oleh massa tentaranya yang melarikan diri, dan ia tenggelam.<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 43; Curran, 68; Lenski, "Reign of Constantine" (CC), 70; MacMullen, ''Constantine'', 78; Odahl, 108.</ref>
Baris 196:
Tampaknya Konstantinus tidak hanya mendukung Kekristenan saja. Setelah meraih kemenangan dalam Pertempuran Jembatan Milvius (312), suatu pelengkung kemenangan—[[Pelengkung Konstantinus]]—dibangun (315) untuk merayakan kemenangannya. Pelengkung tersebut dihiasi dengan citra dewi [[Viktoria]]. Pada saat dedikasinya, dilakukan pengurbanan-pengurbanan kepada dewa-dewi seperti [[Apollo (mitologi)|Apollo]], [[Diana (mitologi)|Diana]], dan [[Herkules]]. Tidak ada penggambaran simbolisme Kristiani pada Pelengkung tersebut. Bagaimanapun, karena pembangunannya ditugaskan oleh Senat, ketiadaan simbol-simbol Kristiani kemungkinan mencerminkan peranan Senat pada saat itu sebagai salah satu kubu pagan.<ref>Robin Lane Fox, ''apud'' Jonathan Bardill, '' Constantine, Divine Emperor of the Christian Golden Age''. Cambridge University Press, 2011, ISBN 978-0-521-76423-0, page 307, note 27</ref>
 
Pada tahun 321, ia mengesahkan bahwa ''[[minggu|hari matahari]] yang terhormat'' harus menjadi suatu hari istirahat bagi seluruh warga kekaisaran.<ref>''[[Codex Justinianus]]'' 3.12.2</ref> Pada tahun 323, ia mengeluarkan suatu dekret yang membebaskan keharusan bagi umat Kristiani untuk berpartisipasi dalam acara pengurbanan imperial.<ref>''[[Codex Theodosianus]]'' 16.2.5</ref> Selanjutnya, koin Konstantinus tetap memuat simbol-simbol matahari. Setelah dewa pagan dihilangkan dari koinnya, simbol-simbol Kristiani tampil sebagai atribut Konstantinus: [[ChiKhi Rho|chikhi rho]] di antara kedua tangannya atau di [[labarum]]nya,<ref>Cf. Paul Veyne, ''Quand notre monde est devenu chrétien'', 163.</ref> serta di koin itu sendiri.<ref name="ramsey">R. MacMullen, "Christianizing The Roman Empire A.D.100-400, Yale University Press, 1984, p.44, ISBN 0-300-03642-6</ref>
 
[[Berkas:Constantine burning Arian books.jpg|jmpl|kiri|Konstantinus membakar buku-buku Arian, penggambaran dari manuskrip abad ke-9.]]
Baris 273:
Interpretasi modern tentang pemerintahan Konstantinus diawali dengan ''Zaman Konstantinus Agung'' (1853, rev. 1880) karya [[Jacob Burckhardt]]. Konstantinus versi Burchhardt adalah seorang sekularis licik, seorang politisi yang memanipulasi semua pihak dalam usaha untuk mengamankan kekuasaannya sendiri.<ref>Jacob Burckhardt, ''Die Zeit Constantins des Grossen'' (Basel, 1853; revised edition, Leipzig, 1880), cited in Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 274; Lenski, "Introduction" (CC), 7.</ref> [[Henri Grégoire (sejarawan)|Henri Grégoire]], menulis pada tahun 1930-an, mengikuti penilaian Burckhardt mengenai Konstantinus. Menurut Grégoire, Konstantinus menjadi berminat pada Kekristenan setelah melihat manfaatnya secara politis. Grégoire merasa skeptis dengan autentisitas ''Vita'' karya Eusebius, dan mendalilkan sebuah pseudo-Eusebius untuk memikul tanggung jawab atas narasi-narasi penglihatan dan konversi dalam karya tersebut.<ref>Lenski, "Introduction" (CC), 7.</ref> [[Otto Seeck]], dalam ''Geschichte des Untergangs der antiken Welt'' (1920–23), dan André Piganiol, dalam ''L'empereur Constantin'' (1932), menuliskan hal berlawanan dengan tradisi kesejarahan itu. Seeck menyajikan Konstantinus sebagai seorang pahlawan perang yang tulus, dan ambiguitasnya merupakan akibat dari inkonsistensinya yang naif.<ref>Lenski, "Introduction" (CC), 7–8.</ref> Konstantinus versi Piganiol adalah seorang monoteis yang filosofis, seorang anak dari sinkretisme religius pada zamannya.<ref>Barnes, ''Constantine and Eusebius'', 274.</ref> Riwayat-riwayat sejarah yang berkaitan karya [[A. H. M. Jones]] (''Konstantinus dan Konversi Eropa'', 1949) dan [[Ramsay MacMullen]] (''Konstantinus'', 1969) memberikan gambaran-gambaran dari seorang Konstantinus yang kurang visioner dan lebih impulsif.<ref>Lenski, "Introduction" (CC), 8.</ref>
 
Laporan-laporan belakangan lebih cenderung menyajikan Konstantinus sebagai seseorang yang benar-benar melakukan konversi diri ke dalam Kekristenan. Dimulai dari ''Konstantinus Agung dan Gereja Kristiani'' (1929) karya [[Norman H. Baynes]], dan dipertegas dengan ''Konversi Konstantinus dan Roma Pagan'' (1948) karya [[Andreas Alföldi]], berkembang suatu tradisi kesejarahan yang menyajikan Konstantinus sebagai seorang Kristiani yang berkomitmen. Karya penting [[Timothy Barnes]] yang berjudul ''Konstantinus dan Eusebius'' (1981) merepresentasikan puncak dari tren tersebut. Konstantinus versi Barnes mengalami suatu konversi radikal, yang mendorongnya melakukan suatu perjuangan pribadi untuk mengonversi kekaisarannya.<ref>Lenski, "Introduction" (CC), 8–9; Odahl, 283.</ref> ''Konstantinus dan Kekaisaran Kristiani'' (2004) karya Charles Matson Odahl memuat tema yang kurang lebih sama.<ref>Odahl, 283; Mark Humphries, "Constantine," review of ''Constantine and the Christian Empire'', by Charles Odahl, ''Classical Quarterly'' 56:2 (2006), 449.</ref> Terlepas dari karya tulis Barnes, argumen-argumen mengenai kekuatan dan kedalaman konversi religius Konstantinus terus berlanjut.<ref>Averil Cameron, "Introduction," in ''Constantine: History, Historiography, and Legend'', ed. Samuel N.C. Lieu and [[Dominic Montserrat]] (New York: Routledge, 1998), 3.</ref> Tema-tema tertentu dalam mazhab ini mencapai ekstrem baru dalam ''Kekristenan Konstantinus Agung'' (1996) karya T.G. Elliott, yang menyajikan Konstantinus sebagai seorang Kristiani yang berkomitmen sejak ia masih anak-anak berusia dini.<ref>Lenski, "Introduction" (CC), 10.</ref> Pandangan serupa tentang Konstantinus termuat dalam ''Quand notre monde est devenu chrétien'', karya [[Paul Veyne]] tahun 2007, yang tidak berspekulasi seputar asal mula motivasi Kristiani Konstantinus, tetapi menyajikan dirinya, dalam perannya sebagai Kaisar, sebagai seorang revolusioner keagamaan yang sangat meyakini bahwa dirinya dimaksudkan "untuk memainkan suatu peran seturut waktunya dalam karya milenium keselamatan umat manusia".<ref>[http://findarticles.com/p/articles/mi_hb6404/is_2_69/ai_n29437350/?tag=content;col1 Quand notre monde est devenu chretien] {{Webarchive|url=https://archive.istoday/20120708061334/findarticles.com/p/articles/mi_hb6404/is_2_69/ai_n29437350/?tag=content;col1 |date=2012-07-08 }}, Fabian E. Udoh, review, ''Theological Studies'', June 2008</ref>
 
=== Donasi Konstantinus ===