NAMRU-2: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k +infobox, koreksi terjemahan.nya kalau ada salah
Fitur saranan suntingan: 1 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
(72 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox military unit
|unit_name= Naval Medical Research Unit Two
|image=
|caption=
|dates= 1944
|country= {{flag|Amerika Serikat}}
|allegiance=
|branch={{nowrap|[[ImageBerkas:Seal of the United States Department of the Navy Seal.svg|30px|United States Navy Seal]] [[Angkatan Laut Amerika Serikat]]}}
|type=
|role= NAMRU-2 merupakan sumberSumber utama akan penelitian penyakit menular di wilayah Asia/Pasifik yang dilakukan oleh Angkatan Lau AS.
|size=
|command_structure=[[Biro Pengobatan dan Pembedahan AS]] (''Bureau of Medicine and surgery]]Surgery'') (BUMED)
|current_commander= [[Captain (United States)|Captain]] Carlos I. LeBron
|garrison= [[Singapore]][[Singapura]]
|ceremonial_chief=
|colonel_of_the_regiment=
|nickname=
|patron=
|motto=
|colors=
|march=
|mascot=
|battles=
|anniversaries=
}}
 
'''''Naval Medical Research Unit Two''''' (bahasa Indonesia: '''Unit Riset Medis Angkatan Laut Unit Dua''') disingkat sebagai '''NAMRU-2''' adalah laboratorium riset [[biomedis]] milik [[Angkatan Laut Amerika Serikat]] yang didirikan dengan tujuan untuk mempelajari [[penyakit menular|penyakit-penyakit menular]] yang memiliki potensi penting dari sudut pandang pertahanan di [[Asia]]. <ref name=Pacific>{{en}} [http://www.med.navy.mil/sites/namru2pacific/Pages/default.aspx U.S. Naval Medical Research Unit No. 2, Phnom Penh Website] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130814082520/http://www.med.navy.mil/sites/namru2pacific/Pages/default.aspx |date=2013-08-14 }}. <small>Di akses 29 Juni 2013</small> </ref> NAMRU-2 secara resmi terdaftar dibawah komando [[Pusat Riset Medis Angkatan Laut A.S.]] (''Naval Medical Research Center'') yang berlokasi di [[Silver Spring]], [[Maryland]], A.S. dan diperhitungkan sebagai pusat jaringan laboratorium laboratorium yang terdapat di berbagai lokasi di dunia <ref name="NMRC"> {{en}} [http://www.med.navy.mil/sites/nmrc/Pages/namru_2.htm# Naval Medical Research Unit 2 (NAMRU-2) Pacific Website] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130224001540/http://www.med.navy.mil/sites/nmrc/Pages/namru_2.htm |date=2013-02-24 }}. <small>Diakses [http://www.flutrackers.com/forum/showthread.php?p=151498 29 Juni 2013]</small> </ref>
 
NAMRU-2 beroperasi di beberapa negara di [[Asia Tenggara]], termasuk [[Vietnam]], [[Laos]], [[Singapura]], [[Filipina]], [[Thailand]], Indonesia dan [[Kamboja]].<ref name="NMRC" /> Di [[Phnom Penh]], CambodiaKamboja, NAMRU-2 dibuka, dilengkapi, dan dioperasikan sebagai laboratorium satelit untuk melakukan riset kemungkinan wabah penyakit-penyakit menular dalam cakupan regional dengan dukungan dari kantor Kerjasama Pertahanan [[Kedutaan Besar Singapura]].<ref name="NMRCPacific" /> <ref name=Pacific"NMRC" /> Sementara lokasi laboratorium lainnya termasuk [[Peru]], [[Kenya]], dan [[Mesir]].<ref name=Age>{{en}} [http://www.theage.com.au/articles/2008/04/25/1208743252040.html The Age Australia: Indonesian fears over US Navy laboratory] <small>Published April 26, 2008</small></ref>
 
Sementara itu NAMRU-2 yang sebelumnya beroperasi di Indonesia direlokasikan ke [[Pearl Harbor]], [[Hawaii]] dan secara resmi dibuka sebagai NAMRU-2 Pacific pada 17 Juni 2010, dan ditutup pada tahun 2013. <ref name="NMRC"/>
 
== Sejarah ==
NAMRU-2 dimulai di [[Guam]] pada Perang Dunia II dan dioperasikan dibawah [[Yayasan Rockefeller]].<ref name=USEmbCam>[{{Cite web |url=http://cambodia.usembassy.gov/namru2.html |title=US Embassy Cambodia: The U.S. Naval Medical Research Unit-2 Detachment Phnom Penh] |access-date=2013-06-29 |archive-date=2012-09-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120926043026/http://cambodia.usembassy.gov/namru2.html |dead-url=yes }}</ref> Fungsi utamanya saat didirikan hingga saat ini adalah untuk mempelajari penyakit-penyakit menular yang memiliki potensi penting dalam pertimbangan militer di Asia.<ref name=USEmbCam/> Unit ini kemudian didirikan pada tahun 1955 di [[Taipei]], [[Taiwan]] dan beroperasi selama 24 tahun.<ref name=USEmbCamNMRC/> <ref name=NMRC> {{en}} [http:USEmbCam//www.nhrc.navy.mil/geis/sites/namru2.htm Naval Medical Research Center: NAMRU-2] <small> Diakses [http://www.flutrackers.com/forum/showthread.php?p=151498 29 Juni 2013] </small> </ref>
 
Pada tahun 1958 wabah [[kolera]] klasik meletus di Bangkok, Thailand, untuk pertama kalinya sejak sepuluh tahun. <ref name=Oxford>{{en}} [http://cid.oxfordjournals.org/content/35/6/713.full.pdf Taming of Cholera CID 2002:35 (15 September) A Legacy in 20th-Century Medicine: Robert Allan Phillips and the Taming of Cholera]</ref> NAMRU 2 merespon pada permintaan bantuan Pemerintah Taiwan untuk menolong. <ref name=Oxford/> Kemudian wabah muncul secara tahunan di Thailand hingga beberapa tahun selanjutnya, ditambah dengan [[kolera]] jenis El Tor yang muncul di [[Sulawesi]], [[Indonesia]] pada tahun 1961 yang menjadi pandemik ke-7 yang dengan cepat menjadi pusat perhatian agenda riset NAMRU-2 dan cara cara penanggulangannya.<ref name=Oxford/>
Pada tahun 1968 diskusi dimulai antara Kementrian Kesehatan Indonesia untuk mendirikan unit terpisah di di [[Jakarta]], [[Indonesia]].<ref name=NMRC/> Unit ini kemudian didirikan pada tahun 1970 atas undangan resmi dari perwakilan Kementrian Kesehatan Indonesia untuk menyelidiki penyakit penyakit menular yang signifikan baik untuk Angkatan Laut A.S. dan Departemen Pertahanan A.S. <ref name=USEmbJak> {{en}} [http://jakarta.usembassy.gov/pr_04232008.html U.S Embassy Jakarta: Fact Sheet The Truth About Namru-2]</ref><ref name=NMRC/> Pada tahun 1979, sebagai langkah diplomatik akibat diakuinya [[Republik Rakyat Cina]] oleh Amerika Serikat, NAMRU-2 diminta untuk meninggalkan Taiwan dan pindah ke Manila, Filipina. <ref name=NMRC/>
 
Pada tahun 1968 diskusi dimulai antara Kementrian Kesehatan Indonesia untuk mendirikan unit terpisah di di [[Jakarta]], [[Indonesia]].<ref name=NMRC/> Permintaan dari Kementrian Kesehatan Indonesia ini dilatar belakangi oleh penyakit [[pes]] yang melanda [[Boyolali]], kecamatan, Selo dan Cepogo di mana 101 orang jatuh sakit dan 42 orang di antaranya meninggal dengan tingkat fatalitas (''case fatality rate [CFR]'') 42
Pada tahun 1990 dikarenakan kekalutan politik di Filipina dan ancaman potensial terhadap personil A.S., pihak A.S. menganggap langkah bijaksana untuk memindahkan pusat komando ini karena ada keinginan untuk mengurangi keberadaan A.S. di Manila.<ref name=NMRC/> Angkatan Laut A.S. kemudian mulai menegosiasikan kepindahan unit induk ke Jakarta, Indonesia dan diskusi dimulai antara Kementrian Luar Negeri A.S. dan Pemerintah Indonesia.<ref name=NMRC/> Unit induk kemudian resmi pindah ke Jakarta di tahun 1991 dan Unit di Manila ditutup pada bulan Juni 1994.<ref name=USEmbCam/>
persen.<ref name="DepKes">[http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/lain-lain/Sejarah-Balitbangkes.pdf Katalog Dalam Terbitan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. ''The Dance of Minds: 35 Tahun Badan Litbangkes 1975-2010''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130911025222/http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/lain-lain/Sejarah-Balitbangkes.pdf|date=2013-09-11}}. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010. 163 hlm.; 17 x 24,5 cm. ISBN 978-602-8937-23-8</ref>
 
Pada tahun 1968 diskusi dimulai antara Kementrian Kesehatan Indonesia untuk mendirikan unit terpisah di di [[Jakarta]], [[Indonesia]].<ref name=NMRC/> Unit ini kemudian didirikan pada tahun 1970 atas undangan resmi dari perwakilan Kementrian Kesehatan Indonesia untuk menyelidiki penyakit penyakit menular yang signifikan baik untuk Angkatan Laut A.S. dan Departemen Pertahanan A.S.<ref name=NMRC/><ref name=USEmbJak> {{en}} [http://jakarta.usembassy.gov/pr_04232008.html U.S Embassy Jakarta: Fact Sheet The Truth About Namru-2]< {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/ref><ref20130221135144/http://jakarta.usembassy.gov/pr_04232008.html name|date=NMRC2013-02-21 }}</ref> Pada tahun 1979, sebagai langkah diplomatik akibat diakuinya [[Republik Rakyat CinaTiongkok]] oleh Amerika Serikat, NAMRU-2 diminta untuk meninggalkan Taiwan dan pindah ke Manila, Filipina. <ref name=NMRC/>
Setelah itu NAMRU-2 juga mulai merumuskan cara cara penanganan ancaman penyakit menular untuk personil militer A.S. yang diberangkatkan ke [[Laos]], [[Vietnam]], dan [[Kamboja]]. Proyek proyek riset bersama pun dimulai bersama otoritas lokal di negara-negara ini.<ref name=NMRC/> Kemudian Badan Organisasi Kesehatan Dunia ([[WHO]]) menunjuk NAMRU-2 sebagai pusat kolaborasi penyakit-penyakit baru untuk Asia Tenggara.<ref name=NMRC/>
 
Pada tahun 1990 dikarenakan kekalutan politik di Filipina dan ancaman potensial terhadap personilpersonel A.S., pihak A.S. menganggap langkah bijaksana untuk memindahkan pusat komando ini karena ada keinginan untuk mengurangi keberadaan A.S. di Manila.<ref name=NMRC/> Angkatan Laut A.S. kemudian mulai menegosiasikan kepindahan unit induk ke Jakarta, Indonesia dan diskusi dimulai antara Kementrian Luar Negeri A.S. dan Pemerintah Indonesia.<ref name=NMRC/> Unit induk kemudian resmi pindah ke Jakarta dipada tahun 1991 dan Unit di Manila ditutup pada bulan Juni 1994.<ref name=USEmbCam/>
Pada tahun 2002, aktivitas di Phnom Penh dimulai oleh NAMRU-2 dengan tujuan riset regional penyakit menular dan dukungan laboratorium untuk mendiagnosanya. Operasi ini dilakukan dari laboratorium yang berlokasi di Institut Nasional Kesehatan Publik di Pnom Penh, Kamboja.<ref name=USEmbCam/> Pada tahun 2007, dengan dimulainya prioritas dalam merespon ancaman penyakit menular global NAMRU-2 mulai melakukan langkah langkah persiapan unit terpisah di Pnom Penh dengan dukungan Kantor Kerjasama Pertahanan Kedutaan Singapura.<ref name=USEmbCam/>
 
Setelah itu NAMRU-2 juga mulai merumuskan cara cara penanganan ancaman penyakit menular untuk personilpersonel militer A.S. yang diberangkatkan ke [[Laos]], [[Vietnam]], dan [[Kamboja]]. Proyek proyek riset bersama pun dimulai bersama otoritas lokal di negara-negara ini.<ref name=NMRC/> Kemudian Badan Organisasi Kesehatan Dunia ([[WHO]]) menunjuk NAMRU-2 sebagai pusat kolaborasi penyakit-penyakit baru untuk Asia Tenggara.<ref name=NMRC/>
Laboratorium utama dan pusat NAMRU-2 berada di Jakarta hingga tahun 2010, saat permintaan ditutup dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.<ref name=USEmbCam/> <ref name=Age/> <ref name=Navy> {{en}} [http://www.navytimes.com/article/20080410/NEWS/804100308/Indonesia-bans-Navy-medical-research-unit Navy Times: Indonesia bans Navy medical research unit]</ref> Kemudian elemen pusat Unit ini dipindahkan ke Pearl Harbor, Hawaii dan secara resmi dibuka sebagai NAMRU-2 Pacific pada 17 Juni 2010 dan ditutup pada 2013.<ref name=USEmbCam/><ref name=Pacific/>
 
Pada tahun 2002, aktivitas di Phnom Penh dimulai oleh NAMRU-2 dengan tujuan riset regional penyakit menular dan dukungan laboratorium untuk mendiagnosanyamendiagnosisnya. Operasi ini dilakukan dari laboratorium yang berlokasi di Institut Nasional Kesehatan Publik di Pnom Penh, Kamboja.<ref name=USEmbCam/> Pada tahun 2007, dengan dimulainya prioritas dalam merespon ancaman penyakit menular global NAMRU-2 mulai melakukan langkah langkah persiapan unit terpisah di Pnom Penh dengan dukungan Kantor Kerjasama Pertahanan Kedutaan Singapura.<ref name=USEmbCam/>
===NAMRU-2 di Indonesia===
 
Unit NAMRU-2 di Jakarta Indonesia mulai dibicarakan pada tahun 1968 antara Kementrian Kesehatan Indonesia dengan pihak Amerika Serikat sebagai unit terpisah dari fasilitas yang berada di Taipei, Taiwan. <ref name=NMRC/> Unit ini kemudian secara resmi didirikan pada tahun 1970 atas undangan resmi dari perwakilan Kementrian Kesehatan Indonesia. <ref name=USEmbJak/> <ref name=NMRC/> Menyusul kekalutan politik di Manila, unit induk resmi pindah ke Jakarta di tahun 1991 dan Unit di Manila ditutup pada bulan Juni 1994.<ref name=USEmbCam/>
Laboratorium utama dan pusat NAMRU-2 berada di Jakarta hingga tahun 2010, saat permintaan ditutup dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.<ref name=USEmbCamAge/> <ref name=AgeUSEmbCam/> <ref name=Navy> {{en}} [http://www.navytimes.com/article/20080410/NEWS/804100308/Indonesia-bans-Navy-medical-research-unit Navy Times: Indonesia bans Navy medical research unit]{{Pranala mati|date=Maret 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Kemudian elemen pusat Unit ini dipindahkan ke Pearl Harbor, Hawaii dan secara resmi dibuka sebagai NAMRU-2 Pacific pada 17 Juni 2010 dan ditutup pada 2013.<ref name=USEmbCamPacific/><ref name=PacificUSEmbCam/>
 
=== NAMRU-2 di Indonesia= ==
Unit NAMRU-2 di Jakarta Indonesia mulai dibicarakan pada tahun 1968 antara Kementrian Kesehatan Indonesia dengan pihak Amerika Serikat sebagai unit terpisah dari fasilitas yang berada di Taipei, Taiwan. <ref name=NMRC/> Unit ini kemudian secara resmi didirikan pada tahun 1970 atas undangan resmi dari perwakilan Kementrian Kesehatan Indonesia. <ref name=USEmbJakNMRC/> <ref name=NMRCUSEmbJak/> Menyusul kekalutan politik di Manila, unit induk resmi pindah ke Jakarta dipada tahun 1991 dan Unit di Manila ditutup pada bulan Juni 1994.<ref name=USEmbCam/>
 
NAMRU-2 Jakarta menempati lokasi sebesar 5.670 meter persegi yang terdiri dari laboratorium, kantor, dan tempat penyimpanan yang berada di tiga gedung yang berbeda yang terdapat di kompleks Kementrian Kesehatan Indonesia (Badan LITBANGKES).<ref name=NMRC/> Fasilitas ini juga dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan binatang yang telah diakreditasi oleh Asosiasi Akreditasi AS Untuk Perawatan Hewan Laboratorium - ''American Association for the Accreditation of Laboratory Animal Care'' (AAALAC).<ref name=NMRC/> Didalamnya juga termasuk 220 meter persegi laboratorium BL3 yang dipindahkan dari lokasi sebelumnya di Korea.<ref name=NMRC/> Selain fasilitas yang berada di Jakarta, fasilitas lain yang cukup modern dan lengkap adalah fasilitas riset seluas 418 meter persegi yang terdapat di Jayapura, Irian Jaya. Staf NAMRU-2 terdiri dari 175 pegawai Indonesia dan 19 pegawai A.S.<ref name=USEmbJak/>
 
Pada tahun 2001 sebuah buku berjudul Evaluasi Program: Perspektif Departemen Pertahanan Amerika Serikat akan Munculnya Sistem Penanggulangan dan Pengawasan Penyakit Menular Global (''Perspectives on the Department of Defense Global Emerging Infections Surveillance and Response System: a program review'') diterbitkan di Washington DC, AS.<ref name=DoD>{{en}} [http://www.worldcat.org/title/perspectives-on-the-department-of-defense-global-emerging-infections-surveillance-and-response-system-a-program-review/oclc/475268425 Perspectives on the Department of Defense Global Emerging Infections Surveillance and Response System: a program review. Philip S Brachman; Heather O'Maonaigh; Richard N Miller; ebrary, Inc. Publisher: Washington, D.C.: National Academy Press, 2001. ISBN 0309076358 9780309076357]</ref> Buku ini mengulas banyak program yang dilakukan NAMRU-2 di Indonesia termasuk kerjasamanya dengan WHO.<ref name=DoD/> Diantaranya upaya pengawasan penyakit influenza di Indonesia yang dinilai lemah karena banyak penolakan dalam teknik pengambilan sampel spesimen nasopharyngeal, sehingga hasil akan lebih baik apabila sampel ini dilakukan di tingkat internasional.<ref name=DoD/> Hasil evaluasi juga menyatakan sampel yang dikirim ke beberapa tempat, termasuk Australia, memiliki tingkat koordinasi rendah untuk pelaporan kembali.<ref name=DoD/> Pengawasan penyakit Tuberkolosis (TB) di Indonesia juga dinilai lemah, banyak kasus TB tidak terdiagnosis diseluruh pelosok negeri. Laboratorium di Indonesia tidak dilengkapi dengan kemampuan diagnosis dan monitor resistensi kuman terhadap obat yang diberikan, sehingga mengancam populasi warga negara AS yang tinggal di Indonesia <ref name=DoD/> Kasus HIV mulai muncul dan dikhawatirkan apabila virus HIV mulai berjalin dengan kuman TB maka kasus TB akan meningkat secara drastis.<ref name=DoD/> NAMRU-2 juga mendapatkan tantangan sumber daya dengan adanya permintaan pelatihan pelatihan dari Kementrian Kesehatan untuk berbagai hal.<ref name=DoD/> Di antaralain penelitian yang diminta untuk dilakukan di Perguruan Tinggi di Indonesia, namun masalahnya hasil penelitian Perguruan Tinggi di Indonesia tidak memiliki saluran langsung yang bisa berdampak pada penanggulangan kesehatan di Indonesia.<ref name=DoD/>
====Kontroversi menyusul penutupan NAMRU-2====
 
Pada tahun 2007 Dr. [[Siti Fadilah Supari]] sebagai Menteri Kesehatan RI mengumumkan bahwa Indonesia tidak akan lagi menyerahkan virus-virus [[flu burung]]nya kepada Organisasi Kesehatan Dunia ([[WHO]]) Divisi Jaringan Pegawas Influenza yang dikenal sebagai GISN. <ref name=CH> {{en}} [http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=801 Current Concern: Fairness, Transparency and Equity in International Public Health No. 11/ 2009 Interview with Dr. Siti Fadilah Supari at the 62nd World Health Assembly, 20 May 2009]</ref> Menurut Siti sistem yang ada tidak memperhatikan kebutuhan dan kepentingan negara berkembang.<ref name=CH/> Siti juga berpendapat bahwa WHO telah melanggar peraturan-peraturannya sendiri dimana virus dipindah tangankan menggunakan standar ganda, diterima dari negara yang terkena virus via GISN dan diserahkan pada perusahaan komersil untuk pengembangan vaksinnya.<ref name=CH/> Kemudian vaksin vaksin ini menjadi sangat mahal dan tidak tersedia di negara yang terkena dampak virus, sementara di negara industri sibuk menimbun vaksin untuk berjaga jaga saat wabah melanda.<ref name=CH/> Pernyataannya ini kemudian dibukukan dengan judul "It's Time For The World To Change" <ref name=CH2>{{en}} [http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=774 Current Concern: Indonesian Minister of Health Demands Dignity, Equality and Transparency for all Countries in the World No. 11/ 2009]</ref><ref name=CH/>
==== Kontroversi menyusul penutupan NAMRU-2= ===
==== Virus dan Vaksin Flu Burung ====
Pada tahun 2005 [[flu burung]] menjadi masalah kesehatan serius untuk dunia, dan Indonesia terkena dampak terparah dengan 141 kasus dan 115 yang terkena meninggal dunia.<ref name=CH2>{{en}} [http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=774 Current Concern: Indonesian Minister of Health Demands Dignity, Equality and Transparency for all Countries in the World No. 7/8 2009] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304203838/http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=774 |date=2016-03-04 }}</ref> Dr. [[Siti Fadilah Supari]] pada awalnya patuh pada peraturan WHO dan mengikuti seluruh aturannya.<ref name=CH2/>
 
Salah satu purwarupa vaksinnya kemudian dikembangkan oleh perusahaan [[Australia]] [[CSL]] dan didukung dana oleh pemerintahan [[John Howard|Howard]] <ref name=ABC>{{en}} [http://www.abc.net.au/pm/content/2008/s2176988.htm ABC: Rudd under pressure over vaccine deal with Indonesia]</ref> Upaya pembuatan vaksin ini ditujukan untuk melindungi pekerja medis apabila terjadi wabah, namun kemudian mantan Menteri Kesehatan Australia, [[Tony Abbott]], memberi pernyataan media bahwa vaksinnya hanya akan tersedia untuk warga negara Australia.<ref name=ABC/> Walaupun hal ini kemudian dibantah oleh [[Robert McClelland]] dari partai buruh yang menyatakan bahwa adalah kebijakan partai buruh untuk berbagi vaksin CSL dengan Indonesia dan negara negara di Asia Tenggara lainnya untuk menghentikan penyebaran penyakit ini.<ref name=ABC/> Namun hal ini kemudian memicu berhentinya kiriman contoh-contoh virus [[flu burung]] dari Indonesia ke seluruh dunia.<ref name=ABC/>
 
Pada tahun yang sama (2007) Dr. [[Siti Fadilah Supari]], sebagai Menteri Kesehatan RI mengumumkan bahwa Indonesia tidak akan lagi menyerahkan virus-virus [[flu burung]]nya kepada Organisasi Kesehatan Dunia ([[WHO]]) Divisi Jaringan Pegawas Influenza yang dikenal sebagai GISN. <ref name=CH> {{en}} [http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=801 Current Concern: Fairness, Transparency and Equity in International Public Health No. 11/ 2009 Interview with Dr. Siti Fadilah Supari at the 62nd World Health Assembly, 20 May 2009] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304210356/http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=801 |date=2016-03-04 }}</ref> Menurut Siti sistem yang ada tidak memperhatikan kebutuhan dan kepentingan [[negara berkembang]].<ref name=CH/> Siti juga berpendapat bahwa WHO telah melanggar peraturan-peraturannya sendiri dimanadi mana virus dipindah tangankan menggunakan standar ganda, diterima dari negara yang terkena virus via GISN dan diserahkan pada perusahaan komersilkomersial untuk pengembangan vaksinnya.<ref name=CH/> Kemudian vaksin vaksin ini menjadi sangat mahal dan tidak tersedia di negara yang terkena dampak virus, sementara di negara industri yang kaya sibuk menimbun vaksin untuk berjaga jaga saat wabah melanda.<ref name=CH/> Pernyataannya ini kemudian dibukukan dengan judul "''It's Time For The World To Change''" .<ref name=CH2>{{en}} [http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=774 Current Concern: Indonesian Minister of Health Demands Dignity, Equality and Transparency for all Countries in the World No. 11/ 2009]</ref><ref name=CH/>
 
Didalam bukunya Siti mengungkapkan bahwa sejak tahun 1952 sebanyak 110 negara yang memiliki kasus kasus flu wajib berbagi contoh spesimen virus tanpa syarat.<ref name=CH2/> Virus virus ini dikumpulkan oleh GISN, menjadi milik mereka, dan oleh ahlinya kemudian melakukan pertimbangan risiko dan penelitian, dan sampingan lainnya yaitu membuat benih virus yang kemudian dibuat vaksin.<ref name=CH2/> Virus yang digolongkan sebagai ganas kemudian diteruskan pada Pusat Kolaborasi WHO ('''WHO-CCs''') yang merupakan laboratorium-laboratorium yang bekerja sama dengan WHO dan menjadi laboratorium rujukan. Laboratorium-laboratorium rujukan ini disetujui oleh Australia, Jepang, Inggris, dan A.S.<ref name=CH2/> Siti kemudian membandingkan vaksin dengan minyak, di mana ia mengungkapkan kekesalannya bahwa karena Indonesia tidak bisa mengolah minyak mentah maka harus mengimpor minyak siap pakai.<ref name=CH2/> Bukunya juga mengulas kemungkinan virus-virus ini dikembangkan menjadi senjata biologis saat dikirimkan ke Laboratorium Nasional Los Alamos, New Mexico, AS di mana hanya segenggam ilmuwan yang diperbolehkan untuk meriset turunan DNA virus tersebut.<ref name=CH2/> Menurut bukunya Los Alamos adalah laboratorium untuk senjata biologis, kimia, dan nuklir, sehingga pembuatan vaksin atau senjata kimia tergantung kemauan dan ketertarikan pemerintah A.S. dan menurutnya hal ini berbahaya sekali.<ref name=Age/><ref name=CH2/> Pencarian via internet oleh Siti kemudian mengungkapkan bahwa laboratorium ini sudah ditutup, dan virusnya dikirimkan ke ''Bio Health Security'' (BHS).<ref name=CH2/> Hasil penyelidikannya mengungkapkan bahwa karena banyak ilmuwan dipindahkan dari Los Alamos ke BHS teorinya mengenai permainan senjata biologi dan kimia masih benar dan hanya berganti nama dan lokasi.<ref name=Age/><ref name=CH2/>
 
Negosiasi kemudian dimulai oleh Indonesia pada Pertemuan Kesehatan Tingkat Dunia (''WHA - World Health Assembly'') menuntut perpindahan virus-virus yang adil dan transparan, upaya ini banyak didukung oleh negara-negara lain yang tergabung di WHO.<ref name=CH/> Ada dua hal utama yang dipermasalahkan oleh Siti; (1) jalur distribusi pengiriman virus yang tidak transparan di mana ia mengusulkan standardisasi penamanaan dan perizinan dari negara yang memiliki virus kepada negara lain virus ini dikirimkan (2) indikator eskalasi peringatan pandemik oleh WHO yang ia nilai lemah, dan harus ditinjau ulang bersama<ref name=CH/> Eskalasi peringatan pandemik yang tinggi mempengaruhi kunjungan ke negara tersebut, suplai obat, vaksin, masker, pakaian pengaman - yang kesemuanya merupakan bisnis besar.<ref name=CH/> Siti mencontohkan kasus Meksiko yang kini berada pada posisi sulit, namun pada saat yang sama menguntungkan perusahaan besar.<ref name=CH/>
 
Namun pertemuan ini menjadi singkat karena Menteri Fadila diminta kembali ke Indonesia karena adanya wabah dan banyak diskusi penting yang dijadwalkan tidak terjadi.<ref name=CH/> Indonesia kemudian mulai mengirim lagi contoh virusnya berdasarkan konsensus negara-negara di dunia internasional bahwa virus flu burung Indonesia H5N1 nyata sangat berbahaya untuk manusia sehingga sangat penting bahwa laboratorium laboratorium WHO memiliki kesempatan menganalisis secara rinci, membandingkannya dengan virus yang mirip dari berbagai dunia lain, dan melindungi Indonesia dan negara lainnya dari penyebarannya.<ref name=ABC/> Dalam Pertemuan Kesehatan Tingkat Dunia juga dipertanyakan walaupun Indonesia memiliki keprihatinan dalam ranah geografisnya, penyebaran penyakit tidak melihat batas negara.<ref name=CH/>
 
Pengamat asal Amerika Serikat Scott McPherson yang merupakan konsultan pemerintah, bisnis, dan ahli persiapan dan pemulihan bencana menyatakan dalam blognya bahwa isu ini masuk pada tahap "tidak masuk akal" oleh Kementrian Kesehatan Indonesia.<ref name=ScottBlog>[http://www.scottmcpherson.net/journal/2008/4/10/epidemic-of-indonesian-health-ministry-insanity-grows-as-nam.html Epidemic of Indonesian Health Ministry insanity grows as NAMRU-2 banned]</ref> Scott juga mengingatkan bahwa Indonesia tidak menunjukkan rasa terima kasih sama sekali atas apa yang telah dilakukan AS di Tangerang dalam memberantas Flu Burung pada tahun 2008.<ref name=ScottBlog/><ref name=Antara3>[http://www.antaranews.com/view/?i=1207038671&c=NAS&s= Tangerang Dapat Bantuan Rp15 Miliar dari AS Tangani AI]</ref> Sebagai tambahan menurutnya virus flu burung tidak perlu dipersenjatai oleh manusia untuk menyebar, burungnya sendiri telah melakukan hal tersebut.<ref name=ScottBlog/> Sementara pengamat lain Debora MacKenzie kontributor untuk New Scientist menyatakan pada blognya bahwa pendirian Siti Fadilah yang mempermasalahkan transparansi perpindah tanganan virus masuk akal, dan WHO telah merespon dengan mendirikan sistem pelacakan virus yang didonasikan pergi kemana dalam sistem farmasi dan dunia keilmuan.<ref name=NewScientist>{{en}} [http://www.newscientist.com/blog/shortsharpscience/2008/02/using-flu-for-world-domination.html New Scientist:Using flu for world domination?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131011190302/http://www.newscientist.com/blog/shortsharpscience/2008/02/using-flu-for-world-domination.html |date=2013-10-11 }}</ref> Diskusi diskusi juga mulai dibuka untuk merembukkan tata cara yang lebih baik dalam berbagi hasilnya.<ref name=NewScientist/> Sementara untuk senjata biologi adalah kesimpulan keliru.<ref name=NewScientist/> Debra menambahkan bahwa antara dua pilihan senjata biologis atau vaksin demi keuntungan, yang kedua malah menunjukkan skenario yang lebih mungkin.<ref name=NewScientist/>
 
==== Dana bantuan AS dan Kekebalan Diplomatik Staf NAMRU-2 ====
Pada bulan Oktober 2005 dalam kunjungannya ke negara-negara Asia, Menteri Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat [[Mike Leavitt]] menyatakan telah mengalokasikan dana sebesar 3,15 juta dolar AS untuk membantu penanganan kasus flu burung di Indonesia.<ref name=Merdeka>[http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0510/26/nas4.htm Suara Merdeka.com: Jepang Kirim Tim Ahli Flu Burung dan Alat Medis ke Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305074719/http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0510/26/nas4.htm |date=2016-03-05 }}. Dipublikasi pada 26 Oktober 2005, diakses 30 Juni 2013</ref> Total bantuan yang didapatkan Indonesia adalah sejumlah 25 Juta Dolar <ref name=Merdeka/> sebagai awal bantuan Pemerintah Jepang mengirimkan tim tenaga ahli berupa tiga orang ahli diagnosis laboratorium yang akan mulai bekerja dan berkoordinasi dengan Departemen Kesehatan (Depkes); Pemerintah Australia menyerahkan 50 ribu Tamiflu, obat anti virus influenza produksi PT Roche dan direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Internasional (WHO),<ref name=Merdeka/> Australia juga menyatakan akan menambah bantuannya 10 juta dolar Australia guna memerangi ancaman flu burung di Indonesia pernyataan yang disampaikan Menlu [[Alexander Downer]] kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sehingga paket bantuan kepada Indonesia untuk menangani flu burung menjadi 15,5juta dolar Australia, karena sebelumnya mereka telah menjanjikan bantuan sebesar lima juta dolar Australia.<ref name=Merdeka/>
 
Namun menurut Siti dalam bukunya "It's Time For The World To Change", Indonesia tidak pernah melihat uang yang dijanjikan oleh bantuan AS.<ref name=CH2/> Pada saat kunjungan Menteri Luar Negeri [[Condoleezza Rice]] ke Indonesia pada tahun 2006 Siti menanyakan kemana dana bantuan yang dijanjikan oleh AS, yang menurut Siti dapat digunakan untuk Rumah Sakit rujukan.<ref name=Tempo>{{Cite web |url=http://www.tempo.co/read/news/2006/03/14/05575127/Pemerintah-Pertanyakan-Dana-Flu-Burung-AS |title=Tempo: Pemerintah Pertanyakan Dana Flu Burung AS |access-date=2013-06-30 |archive-date=2013-06-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130617222410/http://www.tempo.co/read/news/2006/03/14/05575127/Pemerintah-Pertanyakan-Dana-Flu-Burung-AS |dead-url=yes }}</ref> Siti kemudian menyadari bahwa dana bantuan AS diberikan pada NAMRU-2 dengan argumentasi bahwa laboratorium ini melakukan riset H5N1 dan telah berkoordinasi dengan Kementrian Kesehatan, dan memperkerjakan 175 pegawai di mana 19 di antaranya adalah warga AS.<ref name=CH2/>
 
Pada bulan April 2008 sebuah telegram yang dikirimkan oleh [[Kedutaan Besar AS]] Jakarta untuk Washington yang dibocorkan oleh situs Wikileaks melaporkan perkembangan di mana ada pemberitaan yang mengumumkan bahwa Pemerintah Indonesia telah menutup NAMRU-2 <ref name=Wikileaks2>{{en}} [https://www.wikileaks.org/plusd/cables/08JAKARTA740_a.html Wikileaks: U.S. NAVAL MEDICAL RESEARCH UNIT GETS MEDIA ATTENTION]</ref> Kedutaan Besar AS di Jakarta tidak tahu menahu mengenai penutupan ini dan meminta agar Washington menanggapi MoU yang dikirimkan agar pembicaraan dapat dilanjutkan.<ref name=Wikileaks2/>
 
Keputusan apakah NAMRU-2 ditutup atau tidak, tertunda, pada bulan Juni 2008 karena pihak Indonesia memiliki pendapat yang berbeda.<ref name=JP3>[http://www.thejakartapost.com/news/2008/06/28/indonesia-suspends-namru-negotiations.html Indonesia suspends Namru negotiations]</ref> Pemerintah Indonesia termasuk perwakilan partai politik di pemerintah terbagi dua antara ingin meneruskan dan menutup.<ref name=JP3/> Sementara Menteri Kesehatan Indonesia Siti Fadilah pada orasinya dalam dialog 'Namru-2 Laboratorium Tentara AS di Jantung Jakarta, Ke Mana TNI?' pada bulan yang sama meminta dukungan rakyat untuk menutup NAMRU-2.<ref name=Detik5>[http://news.detik.com/read/2008/06/23/193551/961084/10/namru-2-ditutup-atau-tidak-tergantung-dpr Namru-2 Ditutup atau Tidak, Tergantung DPR]</ref> Kalimat kalimat seperti "usir", "tidak ada gunanya", dan "dijajah" digunakan dalam argumentasinya.<ref name=Detik5/> Negosiasi terhenti karena dari pihak AS tetap menuntut kekebalan diplomatik untuk stafnya sementara dari pihak Indonesia menolak mengirimkan contoh virus.<ref name=JP3/><ref name=JP1/>
 
Pada bulan Oktober 2008 Siti kemudian menolak (lagi) mengirimkan contoh virus ke NAMRU-2 dengan mengedepankan isu intelejen asing dan permintaan bahwa A.S. tunduk akan tuntutan Indonesia mengenai Perjanjian Transfer Material (virus).<ref name=JP1>{{en}}[http://www.thejakartapost.com/news/2008/04/25/us-insists-immunity-all-namru2-laboratory-staff.html U.S. insists on immunity for all Namru-2 laboratory staff]</ref> Tuduhan aktivitas intelejen dibantah oleh Duta Besar [[Cameron Hume]] dengan menyatakan bahwa seluruh hal yang terjadi di NAMRU-2 transparan. Semua proyek riset telah disetujui oleh Kementrian Kesehatan dan Pemerintah Indonesia memiliki akses pada riset yang sedang dikerjakan. Sehingga tuduhan tidak transparan ini aneh.<ref name=JP1/> Hume juga meminta agar Indonesia memisahkan isu NAMRU-2 dan Perjanjian Transfer Material (virus) atau dikenal juga dengan ''Material Transfer Agreement'' karena hal ini merupakan dua hal yang berbeda.<ref name=JP1/>
<!--
This year’s World Health Assembly (WHA) took place from 14 to 22 May in Geneva. It was planned to continue the negotiations on a fair, transparent and just exchange of viruses and the benefit sharing at this meeting, negotiations that had been initiated by Indonesia and supported by many WHO member states.
But the swine flu interfered and the WHA was abbreviated by 5 days with the justification that the health ministers of the member states were urgently required in their native countries to prepare for a possible pandemic. The consequence was that important issues could not be discussed.
-->
 
== Rujukan ==
{{reflist}}