Nama-nama Tiongkok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Boike liwang (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh EmausBot
k Menghapus Kategori:Nama; Menambah Kategori:Etimologi nama negara menggunakan HotCat
 
(45 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Names of China}}
Penamaan '''[[Cina]]''', '''[[China]]''', atau '''[[Tiongkok]]''' (dari kata '''[[#Zhongguo dan Zhonghua|Zhong Guo]]''' / '''中国''') adalah kontroversi pilihan penggunaan istilah ini secara resmi dan benar politis ({{asalkata|Inggris|Politically Correct}}) dan ditinjau dari sejarah, dan etimologi asal muasalnya di dunia.
Penamaan '''Tiongkok''' ({{zh-all|t='''中國'''|s='''中国'''|c=|poj=Tiong-kok|p=|first=t}}) atau alternatifnya '''Cina''', adalah kontroversi pilihan penggunaan istilah ini secara resmi dan benar politis ({{asalkata|Inggris|Politically Correct}}) dan ditinjau dari sejarah, dan etimologi asal muasalnya di dunia.
 
== Nama Sinitik ==
Pada zaman modern ini, istilah [[Zhongguo]]/Zhōngguó (baca: Cong1 Kuo2) dalam bahasa Mandarin digunakan untuk merujuk kepada seluruh daratan Tiongkok/中國本部 <!--[[:en:China proper]]-->(termasuk [[Taiwan]]), [[Manchuria]], [[Mongolia Dalam]], [[Xinjiang]], [[Tibet]]. Sebagai lawannya, [[Han]] merujuk pada kelompok [[suku Han|etnis Han]], yang sebagian besar terkonsentrasi di pusat daratan Tiongkok (中國本部), [[Manchuria]], dan sedikit saja di ketiga bagian lainnya. Tidak ada istilah khusus yang merujuk pada tempat yang didiami oleh orang Han ini dalam [[bahasa Tionghoa]]
 
[[Zhonghua]]/Zhōnghuá (baca: Cong1 Hua2) adalah istilah literatur yang digunakan secara sinonim dengan [[Zhongguo]]; istilah ini hanya muncul pada nama-nama resmi Zhōnghuá Rénmín Gònghéguó dan Zhōnghuá Mínguó. Istilah [[Tang]] digunakan secara sinonim dengan [[Han]] di bagian selatan.
 
=== Zhongguo dan Zhonghua ===
[[Berkas:Tenka Han (zh).png|rightka|thumbjmpl|Konsep "zhōngguó" - Lingkaran di tengah adalah "Tianzi"/Putra Langit; dua lingkaran di luarnya adalah para pejabat. Lingkaran terluar adalah negara-negara ''vasal''. Di luar tersebut adalah "di luar peradaban", tempat tinggal bangsa [[Yi]], [[Man]], [[Rong]], dan [[Di]].]]
 
"Zhongguo" adalah nama [[endonim]] yang digunakan oleh bangsa Tiongkok untuk menyebut negara mereka sendiri. Nama modern "Zhongguo" pertama kali digunakan dalam [[Wu Jing#Shu Jing (Kitab Hikayat)|Kitab Hikayat]] (Abad 6 SM), dan digunakan untuk menamakan salah satu negara pada [[Dinasti Zhou]] yang telah silam, yaitu negara "Zhong" (中國 atau 中国, ''Zhongguo''). Karakter ''zhōng'' (中) berarti "tengah" atau "pusat", sementara ''guó'' (国 atau 國) berarti "kerajaan" atau "negara". Dalam penggunaan umum bahasa Inggris, para ekspatriat menerjemahkannya sebagai "Kerajaan Tengah", tapi kadang-kadang juga diterjemahkan sebagai "Kerajaan Pusat".<ref>* Sumber-sumber dalam mengartikan "Kerajaan Tengah" termasuk:
 
:* Rossabi, Morris, ed. ''China among Equals: The Middle Kingdom and Its Neighbors, 10th-14th Centuries''. Berkeley: University of California Press, 1983.
:* Williams, S. Wells. ''The Middle Kingdom: A Survey of the Geography, Government, Literature, Social Life, Arts, and History of the Chinese Empire and Its Inhabitants''. Rev. ed. New York: Scribner, 1883.
:* Wilson, James Harrison. ''China: travels and investigations in the "Middle Kingdom." A study of its civilization and possibilities; with a glance at Japan.'' New York, Appleton, 1887.
:* Zhang, Yongjin. ''China in the international system, 1918-20: the middle kingdom at the periphery''. New York: St. Martin’s, 1991.
 
* Sumber-sumber yang menggunakan istilah "Kerajaan Pusat" termasuk:
 
:* William Edgar Geil, ''A Yankee on the Yangtze: Being a Narrative of a Journey from Shanghai Through the Central Kingdom''. Hodder and Stoughton, 1904.
:* Aihe Wang, ''Cosmology and Political Culture in Early China''. Cambridge University Press, 2000.
:* Regarding the accuracy of the translation, Professor Chen Jian writes: "I believe that 'Central Kingdom' is a more accurate translation for 'Zhong Guo' (China) than 'Middle Kingdom'. The term 'Middle Kingdom' does not imply that China is superior to other peoples and nations around it — China just happens to be located in the middle geographically; the term 'Central Kingom', however, implies that China is superior to any other people and nation 'under the heaven' and that it thus occupies a 'central' position in the known universe." (''Mao's China and the Cold War''. UNC Press. ISBN 0-8078-4932-4)
</ref>. Penamaan ini terkait dengan artinya dimana mereka percaya bahwa mereka adalah "pusat dari peradaban",<ref>《尚書•梓材》:「皇天既付中國民越厥疆土于先王」secara umum dapat diterjemahkan menjadi "Surga telah memberikan tanah dan rakyat Zhongguo pada pendahulu kami".</ref> sementara orang-orang lainnya dalam empat daerah yang berbeda dinamakan [[Dongyi|Yi Timur]], [[Nanman|Man Selatan]], [[Xirong|Rong Barat]] dan [[Beidi|Di Timur]] sesuai daerahnya. Namun ada beberapa catatan lain yang menyatakan bahwa "Zhongguo" aslinya ditujukan untuk ibu kota dari kerajaan, sebagai pembeda dari kota-kota lainnya yang "dilindungi" oleh kerajaan <ref>《毛亨·傳》:「中國,京師也」 Secara umum diterjemahkan sebagai "Zhongguo, Ibu kota."</ref> Penggunaan ''"Zhongguo"'' juga merupakan pengesahan secara politik dimana ''"Zhongguo"'' sering digunakan oleh negara-negara bagian yang melihat dirinya sebagai penerus sah satu-satunya dari dinasti sebelumnya; sebagai contoh dalam era [[Dinasi Song Barat]], baik [[Dinasti Jin]] dan Dinasi Song Barat mengaku sebagai ''"Zhongguo"''.<ref>Lihat Quansongwen (8345 bab), 2005. Teks sejarah ini ditulis dalam periode Song Barat dan menilai bahwa Dinasti Jin sebagai "barbar", sementara teks Jin menggambarkan rakyat Song sebagai "Manzi". Teks resmi sejarah yang dikeluarkan oleh Songshi, yang ditulis setelah periode ini menggambarkan keduanya secara lebih netral.</ref>
 
"Zhōngguó" dalam berbagai bahasa:
Baris 27 ⟶ 42:
 
=== Tang ===
Nama '''Tang'''/Táng (唐, baca: Dang2) berasal dari [[dinasti Tang]], yaitu zaman keemasan kedua sepanjang sejarah Tiongkok. Pada zaman itulah seluruh daratan Tiongkok dipersatukan, dan bagian selatannya melebur menjadi bagian yang tak terpisahkan; maka dari itu, biasanya orang-orang dari selatan-lah yang menamakan dirinya [[orang Tang]]/Tangren (唐人, baca: Dang2 Ren2).
 
"Tángrén" dalam berbagai bahasa:
Baris 34 ⟶ 49:
=== Huaxia ===
Nama '''Huaxia'''/huáxià (华夏, baca: Hua2 Sia4) merupakan kombinasi dari dua kata:
* ''Hua'' yang berarti sejahtera.
* ''Xia'' yang dapat berarti [[dinasti Xia]]
Istilah ini dulu sering digunakan untuk menunjukkan pada lembah [[sungai Kuning]]/Huang He, dengan analogi Zhonghua, yang berarti "pusat yang sejahtera", sebelum istilah ''Han'' menjadi populer.
Baris 45 ⟶ 60:
 
=== Jiuzhou ===
{{utama|Sembilan Provinsi}}
Nama '''Jiuzhou'''/Jiǔzhōu (九州, baca: Ciu3 Cou1) berarti "sembilan wilayah". Istilah ini bermula pada pertengahan [[zaman negara-negara berperang]]. Pada masa itu, wilayah [[Sungai Kuning]] dibagi menjadi sembilan wilayah geografis; demikianlah nama tersebut tercipta.
Nama '''Jiuzhou'''/Jiǔzhōu (九州, baca: Ciu3 Cou1) berarti "sembilan wilayah". Istilah ini bermula pada pertengahan [[zaman negara-negara berperang]]. Pada masa itu, wilayah [[Sungai Kuning]] dibagi menjadi sembilan wilayah geografis; demikianlah nama tersebut tercipta.
 
=== Shenzhou ===
Baris 51 ⟶ 67:
 
=== Sihai ===
{{main|Empat Lautan}}
Nama '''Sihai'''/Sìhǎi (四海, baca: Sê1 Hai3) berarti "empat lautan". Istilah ini berasal dari pengertian kuno bahwa dunia adalah datar dan daratan peradaban Lembah Sungai Kuning ada di tengah-tengah dunia dengan dikelilingi oleh empat lautan. Arti yang lain adalah seluruh dunia itu sendiri, yang dibatasi oleh lautan tidak bertepi di empat penjuru.
 
Baris 57 ⟶ 74:
 
== Nama-nama yang tercantum di catatan sejarah non-Zhongguo ==
Nama-nama berikut dipakai di negara-negara di [[Asia]], terutama di [[Asia Timur]] dan [[Asia Tenggara]], dan biasanya diturunkan dari [[bahasa-bahasa Tionghoa]] (中国语文) <!--[[:en:Languages of China]]-->yang dipelajari lewat jalur darat. Nama-nama ini biasanya memiliki kemiripan dengan bahasa Tionghoa, dikarenakan pengaruh Zhong GuoTiongkok dan bahasanya pada negara-negara di sekitarnya dan kebudayaan bangsa Asia yang tidak berbeda jauh membuat cara pengucapan namanya tidak jauh berbeda.
 
Nama-nama yang muncul dan digunakan di [[bahasa-bahasa Eropa]], pada kebalikannya, jauh berbeda dengan aslinya, karena melalui jalur laut dan tidak memiliki kemiripan dengan yang dipakai di negara asalnya.
 
Lalu bangsa Eropa menjajah negara-negara Asia, dan membawa bahasa mereka, serta cara pengucapan dalam bahasa mereka ke dalam negara-negara jajahannya, sehingga terjadi berbagai versi dalam bahasa-bahasa di Asia untuk nama Zhong GuoTiongkok. Sebagai contohnya adalah bangsa Portugis, Belanda, dan Inggris yang menjajah Indonesia, serta pengaruh budaya Amerika Serikat yang membuat bahasa Indonesia memiliki dua istilah (yang ramai dipertentangkan) untuk nama Zhong Guo, yaitu [[Tiongkok (istilah)|Tiongkok]] dan [["Cina]]".
 
=== Chin ===
Baris 67 ⟶ 84:
* Dari [[Sanskrit]] ''Cin'' (चीन IPA: {{IPA|/c͡çiːnə/}})
* Dari [[Dinasti Qin]] (abad ketiga SM) atau [[Dinasti Jin]] (265-420)
** Dari nama [[Ahala Qin]] dari Dinasti Qin
 
[[Marco Polo]] secara spesifik menggunakan istilah ''Chin'', yang dipercaya berasal dari bahasa Persia, yaitu ''[[lingua franca]]'' atau bahasa persatuan pada [[Jalur Sutera]]. [[Barbosa]] (1516) dan [[Garcia de Orta]] (1563) menggunakan istilah ''China''.{{fact|date=Maret 2010}} <!--dari en.wiki tanpa referensi-->
<!-- The mention of the [[China in the Mahabharata|Chinas]] in ancient [[Sanskrit literature]], both in the ''[[Manu Smriti|Laws of Manu]]'' and in the ''[[Mahabharata|Mahabhārata]]'', has often been supposed to prove the application of the name before the predominance of the Qin Dynasty. Most likely, the name came from the Kingdom of [[Qin (state)|Qin]], which had existed on the western part of China for several centuries before it conquered the rest of China to established the [[Qin Dynasty]].
 
However, it is also said that the coupling of that name with the [[Daradas]], still surviving as the people of [[Dardistan]], on the [[Indus River]], may suggest the possibility that those names 'Cin' and 'China' were a kindred race of mountaineers, whose name as [[Shina language|Shinas]] remains applied to a branch of the [[Dard people]]. -->
Baris 88 ⟶ 104:
* Jerman: China (IPA {{IPA|/'çi:na/}}, dalam beberapa dialek selatan {{IPA|/'ki:na/}}) (lihat [[#Kina|Kina]])
* Hindi: Chīn चीन (IPA {{IPA|/'ʧi:n/}})
* '''Indonesia''': Cina (IPA {{IPA|/ʧina/}}) (lihat lebih lanjut [[#Cina|di bawah]])
 
* '''Indonesia''': Cina (IPA {{IPA|/ʧina/}}) ─ digunakan sejak kedatangan perantau pada abad ke-17 <ref name="ceritanet">{{id}} [http://www.ceritanet.com/15cina.htm menurut Leo Suryadinata dalam tulisan "Tionghoa Atau Cina, Di Era Reformasi" oleh A. Dahana]</ref><ref>*Islam and Chineseness, Denys Lombard
* Claudine Salmon dan Le carrefour javanais, Denys Lombard
Dipakai di Batavia pada abad 17. Dimulai dengan banyaknya komunitas warga Tionghoa yang ada di Batavia, dan mendirikan semacam perkumpulan (atau gank perjudian atau bahkan rumah candu).
 
Dalam setiap perkumpulan itu, ada ‘jagoannya’ masing-masing. Pemerintah kolonial mengangkat para jagoan-jagoan itu dengan pangkat khusus yang dikenal sebagai Kapitan Cina.
 
Kapitan-kapitan itu mengatur jalannya komunitas warga Tionghoa agar tetap berada dalam cengkraman pemerintah kolonial. Sebagai balas jasa, pemerintah kolonial memberikan hak terbatas kepada mereka dan keluarga mereka. Hak tersebut tingkatannya hampir mirip seperti bangsawan-bangsawan rendah Jawa.
 
Masyarakat umum, memanggil mereka, para Kapitan itu, dengan sebutan Kapitan Cina. Kemudian Pemerintah Kolonial malah ikut-ikutan memanggil mereka dengan sebutan Kapitan Cina.</ref> dan secara resmi pada tahun 1967. Alternatifnya adalah China (1990an) dan [[Tiongkok]] (1900-1967) dan setelah reformasi sekitar tahun 2001.
 
* Interlingua: China
* Irlandia: An tSín (IPA {{IPA|/ən ˈtʲi:nʲ/}})
Baris 106 ⟶ 112:
* Malayalam: Cheenan/Cheenathi
* Palawi: Čīnī
* PerancisPrancis: Chine (IPA {{IPA|/ʃin/}})
* Persia: Chin چين (IPA {{IPA|/ʧin/}})
* Polandia: Chiny (IPA {{IPA|/'xin<s>ı</s>/}})
* Portugis: China (IPA {{IPA|/'ʃinɐ/}})
* Slowakia: Čína (IPA {{IPA|/ʧi:na/}})
Baris 120 ⟶ 126:
Dalam [[bahasa Tionghoa]] 支那 Zhīnà merupakan istilah pinjaman balik dari bahasa Jepang yang bermakna menghina dan tidak pernah digunakan.
 
==== China ====
Nama '''China''' dalam bahasa Inggris, yang diadopsi pula oleh banyak bahasa lainnya, dapat merujuk pada:
* [[''People's Republic of China]]'' (PRC)
* [[''Republic of China]]'' (ROC)
* "Mainland China" (中国大陆 atau 中國大陸, ''Zhōngguó Dàlù'') yang tidak mencakup [[Hong Kong]] dan [[Macau]]
* "[[China proper]]", yang tidak mencakup [[Manchuria]], [[Mongolia Dalam]], [[Tibet]], and [[Xinjiang]]
* "[[Greater China]]" (大中华地区 atau 大中華地區, ''dà Zhōnghhuá dìqū'') dalam konteks ekonomi, merupakan cara netral untuk menyebut negara tersebut secara keseluruhan (termasuk Hong Kong, Macau, dan kadang-kadang [[Taiwan]]).
* "china" ─ sebagai kata benda umum untuk barang-barang [[porselen]] (yang dulunya mayoritas diimpor dari Zhong GuoTiongkok)
 
==== Cina ====
Dokumen tertua yang mencatat istilah "cina" di [[Nusantara]] adalah inskripsi (tulisan) pada lempeng [[tembaga]] Bungur A berangka tahun 860 M. Prasasti ini menyebut tentang ''juru cina''<ref>Miksic J.N. 1995. ''The legacy of Majapahit''. National Museum of Singapore. Hal. 92.</ref> sebagai orang yang bertugas mengurus pedagang/pemukim dari Tiongkok. Dapat diduga, istilah ini dipinjam dari kata [[bahasa Sanskerta]], ''Cīna'' (चीन), yang sudah dipakai untuk daerah Tiongkok paling tidak sejak 150 M.<ref name="Fairbank">Tertulis pada kitab ''[[Arthashastra]]'' Buku ke-2 karya [[Kautilya]] (Denis Crispin Twitchett, Michael Loewe, John King Fairbank, ''The Ch'in and Han Empires 221 B.C.-A.D. 220'', p. 20.)</ref> Teori [[Martin Martini]] menyebutkan bahwa nama Sanskerta ini mengambil dari [[dinasti Qin]] (秦, dibaca seperti ''tchin'', [[Alfabet Fonetis Internasional|IPA]]: ''tɕʰǐn'') yang berkuasa (221 – 206 SM) atau dari nama salah satu kerajaan Tiongkok pada era dinasti [[Zhou]] bernama sama.<ref name="Martini">Martino, Martin, ''Novus Atlas Sinensis'', Vienna 1655, Preface, p. 2.</ref>
Istilah Cina berasal dari nama Ahala Qin (baca Ch'in), dinasti 'Chin' (abad 3SM) dinasti pertama yang mempersatukan seluruh daratan [[Tiongkok]] di bawah sebuah pemerintahan pusat yang sangat kuat dan besar pengaruhnya. Walaupun masa pemerintahan dinasti itu tidak lama (sekitar 225 SM sampai 210 SM), dinasti ini mendirikan kerajaan pertama dan merintis bentuk kerajaan yang berjalan terus selama lebih dari 2000 tahun sampai revolusi republik pada tahun 1913.
 
Menurut hasil riset Leo Suryadinata, istilah "cina" telah digunakan di [[Hindia Belanda]] sejak sejak kedatangan perantau awal abad ke-17.<!--out of place| Teks-teks semi klasik di CinaTiongkok sendiri sempat menggunakan istilah Zhina .--><ref name="ceritanet">{{id}} [http://www.ceritanet.com/15cina.htm menurut Leo Suryadinata dalam tulisan "Tionghoa Atau Cina, Di Era Reformasi" oleh A. Dahana] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071010050455/http://www.ceritanet.com/15cina.htm |date=2007-10-10 }}</ref><ref>*Islam and Chineseness, Denys Lombard
* Claudine Salmon dan Le carrefour javanais, Denys Lombard</ref> Para perantau yang datang dari Tiongkok ke Nusantara kemudian membentuk perkampungan mereka sendiri. Dalam perbauran dengan budaya lokal dikenal wayang 'Po Te Hi' [[dimana]] salah satu tokohnya disebut sebagai 'Puteri Cina'.<ref>{{id}} [http://www.yabina.org/RENUNGAN/01/R0201.HTM Yabina: Cina atau Tionghoa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070313213812/http://www.yabina.org/RENUNGAN/01/R0201.HTM |date=2007-03-13 }}</ref>
 
Makna kata "Cina" berubah pada akhir tahun 1960-an menyusul diterbitkannya sebuah [[:s:Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967|Surat Edaran Nomor 06/Preskab/6/67]] yang mengklaim bahwa "istilah 'Tionghoa/Tiongkok' "mengandung nilai-nilai yang memberi assosiasi-psykopolitis yang negatif bagi rakyat Indonesia", sedang istilah 'Cina' tidak lain hanya "mengandung arti nama dari suatu dynasti dari mana ras Cina tersebut datang", sedangkan sesungguhnya kata "cina" tersebut berkonotasi dengan kebencian yang ditujukan untuk menghina dan merendahkan orang Tionghoa.<ref>[http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/17/legislator-wants-official-abolition-word-%E2%80%98cina%E2%80%99.html Legislator wants official abolition of word ‘Cina’ ]{{Pranala mati|date=Desember 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Kekaisaran Chin terkenal karena di bawah kaisar pertamanya '''Shih Huang Ti''' (penulisan Kaisar Qin) dibangun pemerintahan terpusat dalam bentuk kekaisaran, dan selama pemerintahannya dilakukan pembakuan ukuran dan berat, ketepatan, dan sistem penulisan. Kaisar itu memerintahkan pembangunan tembok besar sepanjang 2400 KM untuk mempertahankan diri dari serangan bangsa Barbar. Bangga akan dinasti 'Chin' yang menjadi tonggak sejarah pendirian Imperium pertama, [[Tembok Raksasa Cina]], rintisan tulisan Chin, serta keteraturan dan ketertiban pemerintahan, orang-orang yang tinggal di negeri itu menyebut diri mereka sebagai 'orang-orang (dari negeri) Chin,' sehingga ketika terjadi perjumpaan dengan negara-negara Barat, negara itu disebut sebagai '''China''' dan orangnya disebut '''Chinese.'''
 
Pada tanggal 12 Maret 2014, Surat Edaran tersebut akhirnya resmi dicabut dengan diterbitkannya [[s:Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014|Keppres No. 12/2014]] yang menyatakan bahwa 'istilah "Tjina" ... telah menimbulkan dampak psikososial-diskriminatif dalam relasi sosial yang dialami warga bangsa Indonesia yang berasal dari keturunan Tionghoa;' dan 'sebutan yang tepat bagi Negara ''People's Republic of China'' [adalah] Negara Republik Rakyat Tiongkok;', karena sejak awal kemerdekaan Indonesia, 'para perumus Undang-Undang Dasar tidak menggunakan sebutan Cina, melainkan menggunakan frasa peranakan Tionghoa'<ref>[[s:Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/Naskah asli/Penjelasan#Tionghoa|Bagian penjelasan naskah asli UUD 1945 Bab X: Warga Negara, Pasal 26 Ayat 1]]: Orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda, <u>peranakan Tionghoa</u>, dan peranakan Arab yang bertempat kedudukan di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga negara.</ref>
Sekitar abad ke-7 bangsa perantau ini masuk ke Indonesia sedini abad ke-7, orang Inggris menyebutnya sebagai ''chinese overseas'' dan di Indonesia disebut sebagai '[[cina perantauan]]', kemudian masuk ke segenap pelosok tanah air, dan sejak abad ke-11, ratusan ribu bangsa 'chin' ini memasuki kawasan Indonesia terutama dipesisir utara Pulau Jawa, pesisir selatan dan timur Sumatera, serta Barat [[Kalimantan]].
 
;Keberatan akan istilah "Cina" di Tiongkok
Para perantau yang disebut "Cina baru" atau "singkeh" ini berasal dari keluarga-keluarga miskin yang terpaksa hidup jauh dari tanah kelahiran. Pola hidup mereka sangat sederhana, hidup sangat hemat, cenderung kikir.Hal itu yang sampai saat ini masih sering dijadikan mitos atau stereotipe orang Cina pelit dan egois. Perantau ini kemudian membawa keluarga mereka itu kemudian membentuk koloni '[[kampung cina]]' atau '[[pecinan]]'. Sejak itu istilah 'cina' menjadi populer misalnya untuk menyebut makanan seperti dodol cina, petai cina, juga untuk menyebut tempat seperti bidara cina, dan di banyak kota [[dimana]] banyak orang cina tinggal kemudian disebut sebagai 'pecinan'. Dalam perbauran dengan budaya lokal dikenal wayang 'Po Te Hi' [[dimana]] salah satu tokohnya disebut sebagai 'Puteri Cina' <ref>{{id}} [http://www.yabina.org/RENUNGAN/01/R0201.HTM Yabina: Cina atau Tionghoa]</ref>.
 
Makna kata "Cina" berubah pada akhir tahun 1960-an menyusul diterbitkannya sebuah [[:s:Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967|Surat Edaran Nomor 06/Preskab/6/67]] yang mengklaim bahwa "istilah 'Tionghoa/Tiongkok' mengandung nilai-nilai yang memberi assosiasi-psykopolitis yang negatif bagi rakyat Indonesia, sedang istilah 'Cina' tidak lain hanya mengandung arti nama dari suatu dynasti dari mana ras Cina tersebut datang", sedangkan sesungguhnya kata "cina" tersebut berkonotasi dengan kebencian yang ditujukan untuk menghina dan merendahkan orang Tionghoa.<ref>[http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/17/legislator-wants-official-abolition-word-%E2%80%98cina%E2%80%99.html Legislator wants official abolition of word ‘Cina’ ]</ref>
 
==== Istilah yang digunakan untuk Cina dalam berbagai bahasa dunia ====
Kekuasaan Kaisar Qin dan kerajaannya telah memunculkan istilah-istilah yang berasal dari nama dinasti itu.
* Orang Arab mengatakan "Shin", yang hingga kini masih sering dikutip sabda [[Nabi Muhammad|Nabi Muhammad SAW]] {{cquote|Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.}}.
* Dalam [[bahasa Jawa]] digunakan "Cino" atau "Cinten" dan "Wong Cino" (merujuk pada orangnya) dalam pemakaian umum tanpa ada maksud menghina <ref>{{id}} [http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/08/30/0011.html Siar News Service, diambil dari arsip surat-e. Seperti yang dikatakan Umar Khayam pada Arief Budiman pada penulisan Cina atau Tionghoa?]</ref><ref>{{id}} [http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg16368.html Arsip surat-e dengan topik: Istilah Tiongkok dan Cina di Wikipedia Indonesia]</ref>
* Di Indonesia istilah Cina telah digunakan secara umum semenjak kedatangan pertama orang Cina hingga sekarang.{{fact|date=Maret 2010}}<!--kapan tepatnya "kedatangan pertama" itu?-->
 
==== Keberatan akan istilah Cina ====
[[Dinasti Qin]] yang dipimpin oleh [[Kaisar Qin]] dikenal sebagai kaisar yang tidak segan-segan membunuh orang banyak, ia pemeluk aliran Legalis (Fajia){{fact|date=Maret 2010}} yang ajarannya sangat berlawanan dengan ajaran [[Kong Hu Cu]] (Konfusius). Atas perintahnya dilakukan pembakaran atas buku-buku ajaran Kong Hu Cu dan memerintahkan hukuman dikubur hidup-hidup terhadap 500 sarjana Konfusianis. Akibat dari tindakan brutal Kaisar Qin itu, banyak rakyatnya di kemudian hari yang lebih suka menyebut diri mereka dengan kata [[#Tang|Tangren]], merujuk pada dinasti yang lebih disukai oleh rakyatnya. Di dalam bahasa Indonesia, terutama orang-orang Tionghoa yang berasal dari [[provinsi Fujian]] (Hokkian), sebutan itu menjadi Tenglang.
 
;Keberatan di Zhong Guo
Pada tahun [[1850]] terjadi [[pemberontakan Taiping]] (1850) dan [[pemberontakan Boxer|Bokser]] (1900) yang merintis revolusi pada tahun 1913. Ini mengakibatkan sikap antipati yang besar kepada bangsa Barat, sehingga dengan meningkatnya harga diri seluruh bangsa, mereka kemudian menolak sebutan ''China'' dan kembali pada premordialisme kebangsaan dan menyebut negeri mereka sebagai 'Chung-Kuo' atau 'Negara/Kerajaan Tengah/Pusat'
 
Setelah [[Restorasi Meiji 1868]], Jepang muncul sebagai salah satu adikuasa. Para pemimpin Jepang menjelang abad ke-20 sadar akan akar kebudayaan mereka yang berasal dari daratan Tiongkok, namun di sisi lain mereka melihat akan kebobrokan masyarakat dan pemerintahan kekaisaran Qing itu yang tengah berada di bawah penjajahan bangsa asing. Salah satu tujuan awal mereka menginvasi Manchuria adalah untuk mengusir bangsa Barat tersebut, namun akhirnya berubah menjadi misi kolonialisme dan imperialisme. Istilah '''Shina''' yang dipakai orang Jepang digunakan untuk menghina.
 
;Keberatan akan istilah "Cina" di Indonesia
Di Indonesia, pedagang dari selatan daratan Tiongkok yang sudah lebih dahulu menguasai perdagangan di Indonesia selama beberapa ratus tahun pun bentrok dengan pendatang baru bangsa Barat khususnya Belanda sehingga pada tahun 1740 di Batavia, kemudian disusul kota-kota lain, mereka berontak terhadap dominasi VOC, akibatnya VOC dan kemudian pemerintah Belanda memberikan beberapa konsesi kepada bangsa perantau ini berupa pemberian hak-hak istimewa, bahkan kemudian mereka dianggap sebagai penduduk Timur Asing yang dianggap setingkat lebih tinggi dari warga penduduk asli.
 
Status istimewa ini mengakibatkan pandangan buruk penduduk pribumi terhadap para perantau tersebut. Pertama karena kolaborasi mereka dengan penjajah dan praktekpraktik dagang yang bercorak ''Quanxi'' (koneksi/[[kolusi]]) dan merugikan masyarakat pribumi, serta banyak perilaku negatif mereka<!-- yang menunjukkan kesenangan akan judi dan sebagai pemadat {{fact|date={{subst:CURRENTMONTHNAME}} {{subst:CURRENTYEAR}}}} -->.
 
==== Penggunaan istilah Tiongkok dan Tionghoa ====
Sekitar akhir abad ke-19{{fact|date=Maret 2010}} diambilah jalan tengah penggunaan istilah '''Tiongkok''' yang diambil dari terjemahan ''Chung Kuo'' ([[pinyin]]: [[#Zhongguo dan Zhonghua|Zhong Guo]]). Pada tahun 1901 didirikan organisasi '''[[Tiong Hoa Hwee KwanKoan]]''' ([[pinyin]]: ''Zhong Hua Hui Guan'') terpengaruh gerakan pembaruan di daratan Tiongkok. Organisasi ini dipimpin oleh [[Kang Yu Wei]], [[Liang Chi Chao]], dan [[Phoa Keng Hek]] di [[Jakarta]] dengan tujuan antara lain mengembangkan adat-istiadat dan tradisi Tionghoa sesuai ajaran-ajaran [[Khonghucu]] dan mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama di bidang tulis-menulis dan bahasa. Penggunaan kata Tionghoa juga terpengaruh gerakan [[Sun Yat Sen|Dr. Sun Yat Sen]] untuk meruntuhkan [[Dinasti Qing]] dan menggantinya dengan ''Chung Hwa Ming Kuo'' ([[pinyin]]: Zhong Hua Min Guo) atau "[[Republik Tiongkok]]". Sejak saat itu mereka menyebut dirinya orang Tionghoa, yaitu dialek Hokkian dari kata bahasa Mandarin ''Chung Hwa'' ([[pinyin]]: ''[[#Zhongguo dan Zhonghua|Zhong Hua]]'') , dan menolak disebut Cina.
 
Pada 1928, tokoh pergerakan Indonesia yang merasa "berutang budi" kepada masyarakat Tionghoa karena koran-korannya banyak memuat tulisan pemimpin pergerakan tersebut ─ koran Sin Po adalah koran pertama yang mengganti sebutan Hindia Belanda dengan Indonesia pada setiap penerbitannya, dan juga koran pertama yang memuat teks lagu Indonesia Raya ciptaan WR Soepratman ─, sepakat mengganti sebutan Cina dengan Tionghoa. Dalam teks penjelasan UUD 1945 kata yang digunakan adalah Tionghoa pula. Semua itu terus berlangsung sampai jatuhnya Pemerintahan Presiden Soekarno, digantikan rezim Orde Baru .<ref>{{id}} [http://lkassurabaya.blogspot.com/2007/07/cina-tionghoa-dan-tiongkok.html Blog Lembaga Kajian Agama dan Sosial: Cina, China, dan Tionghoa oleh Benny G. Setiono, Pengamat Sosial dan Politik]</ref>.
 
Sejak itu istilah "Tionghoa" dipakai bersama sebagai padanan istilah "Cina" yang sudah populer lebih dahulu.
 
Pada tahun 1948 dimasa pemerintahan [[Presiden Soekarno]] selepas kemerdekaan, Indonesia mengalami debat panjang menyangkut keberadaan dan penamaan "Cina" dan "Tionghoa". Adanya pemberontakan PKI di Madiun disinyalir mendapat dukungan dari Partai Komunis di [[RRC|CinaRRT]]{{fact|disinyalir}}, beberapa orang etnis CinaTionghoa atau Tionghoapun mendukungnya{{fact|date=Maret 2010}}. Akibatnya pada masa itu secara umum etnis CinaTionghoa atau Tionghoa dicurigai secara politik. Warisan politik tersebut terus diturunkan tanpa ada yang berani menentang hingga berakhirnya [[Orde Baru]] pada [[1998]]. Sejak saat itu banyak dialog-dialog diadakan untuk mencari solusi nama yang netral
 
==== Pelarangan penggunaan istilah Tiongkok dan Tionghoa ====
Karena perkembangan politik yang kian pelik, munculah larangan tak resmi{{fact|tak resmi = opini. Kapan, di mana, oleh siapa?}} penggunaan istilah Tionghoa dikarenakan istilah ini digunakan oleh partai dan komunisme.<ref>{{id}}Hoa Kiauw di Indonesia karya Pramoedya Ananta Toer.</ref>.
 
Pada tahun 1957 dikeluarkan [[Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959]] yaitu larangan dagang bagi semua orang yang masih memiliki "kewarganegaraan Cina" di [[Daerah Tingkat II]]. Pada tahun 1959 orang CinaTiongkok dipersilahkan memilih menjadi warga negara tanah leluhur (menjadi Warga Negara Asing yang tinggal di Indonesia) atau menjadi Warga Negara Indonesia. Konflik ini kemudian meluas dengan puncaknya peristiwa rasialisme pada [[Peristiwa 10 Mei 1963]] di Bandung dan merambat ke beberapa kota lainnya.
 
Terjadinya pemberontakan PKI ([[G30S PKI]])pada tahun 1965 dan kecurigaan akan dukungan RRCRRT (yang kala itu disebut sebagai Republik Rakyat Tiongkok (RRT)) membuat pemerintahan [[Orde Baru]] pada tahun 1967 mengeluarkan [[Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967]] yang melarang segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan adat-istiadat Cina dilakukan di Indonesia, pengubahan sebutan kata Tionghoa-Tiongkok kembali menggunakan kata Cina dan mengubah singkatan RRT menjadi [[RRCRRT]] (Republik Rakyat CinaTiongkok), serta Taiwan yang dengan nama [[Republik CinaTiongkok]]. Tahun itu pula dikeluarkan [[Surat Edaran Nomor 06/Preskab/6/67]] <ref>{{id}} [http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-cinationghoa3.htm Cina atau Tionghoa]</ref> dan Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286/KP/XII/1978 <ref>{{id}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Budaya_Bangsa/Pecinan/Masyarakat_Cina.htm Masyarakat Cina di Indonesia]</ref> yang isinya menganjurkan bahwa [[WNI keturunan]] (yaitu istilah yang digunakan secara khusus untuk menunjuk pada orang [[Tionghoa-Indonesia]] dan berkonotasi negatif) yang masih menggunakan tiga nama untuk menggantinya dengan nama Indonesia sebagai upaya asimilasi. [[Bakin]] pun mengawasi gerak-gerik para "[[WNI keturunan]]" tersebut melalui sebuah badan yang bernama [[Badan Koordinasi Masalah Cina]] (BKMC) terpaut dengan masalah komunisme.
 
==== Kompromi diplomatik dan penggunaan di media ====
{{Artikel utama|Penggunaan istilah Cina, China, atau Tiongkok di media massa di Indonesia}}
 
* Pada awal 1990-an Pemerintah RRC dan [[Kamar Dagang dan Industri Indonesia]] (KADIN) melakukan perundingan. Saat perundingan ini terjadi untuk membuka kembali hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang terputus karena politik Soeharto pada masa itu, ada ganjalan dalam penyebutan nama negara. Pemerintah RI ingin mempertahankan sebutan "Republik Rakyat Cina" dan sebaliknya pemerintah RRT ingin menggunakan istilah Indonesia "Republik Rakyat Tiongkok". Setelah perundingan mencapai kebuntuan, diambil jalan tengah dengan memperkenalkan penggunaan kata China (baca: Chaina) dari bahasa Inggris. Kompromi diplomatik ini menyebabkan kerancuan bahasa Indonesia hingga saat ini; dalam kosakata bahasa Indonesia pengucapan "China" oleh masyarakat umum tetap adalah "ci-na". Pengucapaan menggunakan ejaan bahasa Inggris oleh sebagian kalangan dianggap melanggar asas berbahasa Indonesia (dan juga ratusan kata pinjaman dari bahasa Inggris lainnya). Pengucapan ini antara lain digunakan oleh [[Metro TV]], stasiun TV nasional Indonesia. Penulisannya sendiri digunakan oleh surat kabar [[Kompas]] dan seluruh jajaran penerbitan Kompas-Gramedia<!-- sekitar tahun 2006 {{fact|date={{subst:CURRENTMONTHNAME}} {{subst:CURRENTYEAR}}}}-->. Surat kabar [[JawaPos]] merupakan salah satu koran nasional terbesar yang menggunakan istilah Tionghoa-Tiongkok.
 
<!-- belum selesai nulis?
* Situs kedutaannya sendiri menggunakan istilah "Tiongkok" namun dengan pengecualian di sana sini seperti "Laut China Selatan" dan
====Pencabutan Inpres No.14 tahun 1967 pada tahun ====
 
*
 
Pada awal 1990-an Pemerintah RRT dan [[Kamar Dagang dan Industri Indonesia]] (KADIN) melakukan perundingan. Saat perundingan ini terjadi untuk membuka kembali hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang terputus karena politik Soeharto pada masa itu, ada ganjalan dalam penyebutan nama negara. Pemerintah RI ingin mempertahankan sebutan "Republik Rakyat Cina" dan sebaliknya pemerintah RRT ingin menggunakan istilah Indonesia "Republik Rakyat Tiongkok". Setelah perundingan mencapai kebuntuan, diambil jalan tengah dengan memperkenalkan penggunaan kata China (baca: Chaina) dari bahasa Inggris. Kompromi diplomatik ini menyebabkan kerancuan bahasa Indonesia hingga saat ini; dalam kosakata bahasa Indonesia pengucapan "China" oleh masyarakat umum tetap adalah "ci-na". Pengucapaan menggunakan ejaan bahasa Inggris oleh sebagian kalangan dianggap melanggar asas berbahasa Indonesia (dan juga ratusan kata pinjaman dari bahasa Inggris lainnya). Pengucapan ini antara lain digunakan oleh [[Metro TV]], stasiun TV nasional Indonesia. Penulisannya sendiri digunakan oleh surat kabar [[Kompas]] dan seluruh jajaran penerbitan Kompas-Gramedia<!-- sekitar tahun 2006 {{fact|date={{subst:CURRENTMONTHNAME}} {{subst:CURRENTYEAR}}}}-->. Surat kabar [[JawaPos]] merupakan salah satu koran nasional terbesar yang menggunakan istilah Tionghoa-Tiongkok.
* <ref> {{id}} [http://www.budaya-tionghoa.org/modules.php?name=News&file=article&sid=547 Forum Budaya Tionghoa Petisi pencabutan surat edaran] </ref> -->
 
=== Sin ===
Nama yang asalnya kemungkinan berbeda dari ''Chin'', namun tidak kalah misterius. Kemungkinan asal-usulnya:
* Bahasa Ibrani: Sin<ref>Dalam {{Ayat|buku=Kejadian|pasal=10|ayat=17}} disebutkan bahwa [[Kanaan]] memperanakkan orang(-orang) Sini. Beberapa orang berpendapat hal ini menunjukkan orang-orang Zhong GuoTiongkok, walaupun juga dapat berarti salah satu suku bangsa Kanaan.</ref> סִין
* Bahasa Arab: {{Unicode|Ṣ}}in صين
* Bahasa Latin: Sinæ
Baris 205 ⟶ 191:
 
=== Ser ===
{{utama|Serica}}
Nama ''Ser'' pemakaiannya lebih awal daripada ''Sin'' , kemungkinan masih berhubungan.
Nama ''Ser'' pemakaiannya lebih awal daripada ''Sin'', kemungkinan masih berhubungan.
* Bahasa Yunani: Seres, Serikos
** ''Sêr'' (σηρ), berarti "ulat sutera", kemungkinan diturunkan dari kata sī (丝, baca: Sê1) yang berarti "sutera" dalam [[bahasa Tionghoa]].
Baris 216 ⟶ 203:
 
* Albania: Kinë (IPA {{IPA|/kinə/}})
* Bosnia: Kina
* Denmark: Kina
* Estonia: Hiina
Baris 232 ⟶ 219:
 
=== Cathay ===
{{utama|Cathay}}
Nama '''Cathay''' dan variasinya diturunkan dari nama [[suku Khitan]], kelompok etnis yang mendominasi daratan [[Manchuria]] pada abad ke-10. Nama bangsa ini selamat dari kepunahan berkat bangsa Rusia yang menggunakan istilah Китай (Kitay) untuk menyebut Zhong Guo. Karena dominasi Manchuria yang lama pada zaman [[Dinasti Qing]] (dinasti terakhir dan dinasti yang membuka diri kepada bangsa Eropa), maka nama ini melekat penggunaannya pada bahasa-bahasa Eropa, terutama setelah istilah ini digunakan untuk menterjemahkan petualangan [[Marco Polo]] di negeri Oriental tersebut. Nama ini terus digunakan sampai sekarang dan juga digunakan di bahasa Inggris kuna (Cathay), bahasa Portugis (Catai), dan bahasa Spanyol (Catay). Istilah ''Cathay'' juga diabadikan menjadi nama perusahaan penerbangan [[Cathay Pacific]] yang utamanya melayani penerbangan dari dan ke ''Cathay''.
Nama '''Cathay''' dan variasinya diturunkan dari nama [[suku Khitan]], kelompok etnis yang mendominasi daratan [[Manchuria]] pada abad ke-10. Nama bangsa ini selamat dari kepunahan berkat bangsa Rusia yang menggunakan istilah Китай (Kitay) untuk menyebut Tiongkok. Karena dominasi Manchuria yang lama pada zaman [[Dinasti Qing]] (dinasti terakhir dan dinasti yang membuka diri kepada bangsa Eropa), maka nama ini melekat penggunaannya pada bahasa-bahasa Eropa, terutama setelah istilah ini digunakan untuk menterjemahkan petualangan [[Marco Polo]] di negeri Oriental tersebut. Nama ini terus digunakan sampai sekarang dan juga digunakan di bahasa Inggris kuno (Cathay), bahasa Portugis (Catai), dan bahasa Spanyol (Catay). Istilah ''Cathay'' juga diabadikan menjadi nama perusahaan penerbangan [[Cathay Pacific]] yang utamanya melayani penerbangan dari dan ke ''Cathay''.
 
* Inggris: Cathay
Baris 248 ⟶ 236:
 
=== Tabgach ===
Nama '''Tabgach''' berasal dari [[metatesis]] "Tuoba" (*takbat), suku yang dominan di [[Xianbei]]. Menunjuk pada bagian utara Zhong GuoTiongkok yang didiami oleh masyarakat separo Xianbei, separo Tionghoa.
 
* Yunani Pertengahan: Taugats
Baris 254 ⟶ 242:
 
=== Nikan ===
Nama '''Nikan''' berasal dari [[etonim]] Manchuria yang tidak jelas asalnya yang merujuk pada kelompok etnis [[Han]]; akar kata ini juga dikonjugasikan menjadi kata kerja ''nikara(-mbi)'' yang berarti "berbicara bahasa Tionghoa".
 
Karena istilah ini hanya merujuk pada sekelompok orang ([[bangsa]]), bukan entitas politik ([[negara]]), maka nama Zhong GuoTiongkok diterjemahkan ke dalam bahasa Manchuria sebagai '''Nikan gurun''', yang berarti "negara para Han".
 
* Bahasa Daur: ''Niaken'' ([nja.k{{IPA|ə}}n] atau [{{IPA|ɲ}}a.k{{IPA|ə}}n]).<ref>Samuel E. Martin, ''Dagur Mongolian Grammar, Texts, and Lexicon'', Indiana University Publications Uralic and Altaic Series, Vol. 4, 1961</ref> - ''Niaken gurun'' - ''niakendaaci-''->''nikara(-mbi)''.
 
=== Kara ===
Nama '''Kara''' dalam bahasa Jepang (から; dalam kanji [[kanji]] 唐 atau 漢) dipercaya oleh sejarawan dan pakar bahasa Jepang sebagai nama kuno untuk Zhong GuoTiongkok. Nama ini juga tercatat digunakan untuk menunjuk Korea, yang dijelaskan oleh para ahli merupakan bagian dari Zhong GuoTiongkok pada masa penggunaan kata ''Kara'' ini.
 
Dari kata ini diturunkan kata ''[[Karate]]'' (空手), yang berarti "tangan kosong" ─ pada mulanya ditulis 唐手, yang dapat merujuk pada asal muasal bela diri tersebut, yaitu negeri ''Kara''.
Baris 267 ⟶ 255:
 
=== Morokoshi ===
Nama '''Morokoshi''' dalam bahasa Jepang (もろこし; dalam [[kanji]] 唐 atau 唐土) merupakan nama Zhong GuoTiongkok yang sudah tidak dipakai lagi. Kemungkinan diturunkan dari pembacaan [[kun'yomi|''kun'']] dari frasa ''Zhūyuè'' (諸越) / ''Bǎiyuè'' (百越), yang berarti "semua bangsa [[Yue]]" atau "ratusan (banyak) [[orang Yue]]" yang merupakan istilah kuno untuk menyebut kelompok masyarakat di bagian selatan daratan Tiongkok.
 
Kata benda dalam bahasa jepang ''Tōmorokoshi'' (トウモロコシ; dalam [[kanji]] 玉蜀黍), yang menunjuk pada [[tepung maizena]], nampaknyatampaknya mengandung unsur yang sama, yang menjelaskan asal- usul tepung tersebut.
 
=== Mangi ===
Nama '''Mangi''' dibawa oleh [[Marco Polo]] yang berasal dari kata ''Manzi'' yang digunakan, terutama oleh orang utara untuk menyebut orang barbarian dari selatan, yaitu penduduk daratan selatan. Hal tersebut dibawa sejak perpecahan Utara dan Selatan yang dimulai dari [[Dinasti Jin]] dan diteruskan ke [[Dinasti Song]] yang berlawanan dengan prinsip persatuan dari dinasti-dinasti sebelumnya (seperti [[Dinasti Han]]), dan nama hinaan itu umum digunakan oleh orang utara untuk menyebut orang selatan. Nama ini sering muncul dalam dokumen [[Dinasti Yuan]] pimpinan bangsa Mongol. Nama ini sekarang tidak pernah digunakan lagi karena konotasinya yang negatif.
 
== Lihat pula ==
* [[Romanisasi aksara Han]]
* [[Nama-nama Dinasti Qing]]
* [[Nama-nama India]]
* [[Nama-nama Jepang]]
* [[Nama-nama Korea]]
* [[Nama-nama Vietnam]]
* [[Daftar etimologi nama negara]]
 
== Referensi dan catatan ==
<div class="reflist4" style="height: 300px; overflow: auto; padding: 3px noprint" >
{{reflist|2}}
</div>
 
== Bibliografi bahasa Inggris ==
[[Kategori:Nama]]
{{refbegin}}
* {{cite book |title = Grounds of Judgment: Extraterritoriality and Imperial Power in Nineteenth-Century China and Japan |first = Par Kristoffer |last=Cassel |year = 2011 |publisher=Oxford University Press |url = https://books.google.com/books?id=qlJpAgAAQBAJ |isbn = 978-0199792122 |access-date=10 March 2014}}
* {{cite book |language = de |title = Chinas religionen ...|first=Rudolf |last=Dvořák |volume = 12; Volume 15 of Darstellungen aus dem Gebiete der nichtchristlichen Religionsgeschichte |edition=illustrated |year=1895 |publisher = Aschendorff (Druck und Verlag der Aschendorffschen Buchhandlung) |url = https://books.google.com/books?id=TmhtAAAAIAAJ |isbn = 0199792054 |access-date=10 March 2014}}
* {{cite book |title = New Qing Imperial History: The Making of Inner Asian Empire at Qing Chengde |first1=Ruth W. |last1=Dunnell |first2=Mark C. |last2=Elliott |first3=Philippe |last3=Foret |first4=James A |last4=Millward |year=2004 |publisher=Routledge |url = https://books.google.com/books?id=6qFH-53_VnEC |isbn = 1134362226 |access-date=10 March 2014}}
* {{cite book |title = The Manchu Way: The Eight Banners and Ethnic Identity in Late Imperial China|first=Mark C. |last=Elliott |edition=illustrated, reprint|year=2001|publisher=Stanford University Press |url = https://books.google.com/books?id=_qtgoTIAiKUC |isbn = 0804746842 |access-date=10 March 2014}}
* {{cite book |language = de |title = Handwörterbuch der Mandschusprache |first = Erich |last= Hauer |editor-first = Oliver |editor-last = Corff |volume = 12; Volume 15 of Darstellungen aus dem Gebiete der nichtchristlichen Religionsgeschichte |edition = illustrated |year = 2007 |publisher = Otto Harrassowitz Verlag |url = https://books.google.com/books?id=NESwGW_5uLoC |isbn = 978-3447055284 |access-date = 10 March 2014}}
* {{cite book |first = Joseph |last= Esherick |chapter=How the Qing Became China |title =Empire to Nation: Historical Perspectives on the Making of the Modern World |publisher=Rowman & Littlefield |year=2006 }}
* {{cite book |title = China Marches West: The Qing Conquest of Central Eurasia |first=Peter C. |last=Perdue |edition=reprint |year=2009 |publisher = Harvard University Press |url = https://books.google.com/books?id=J4L-_cjmSqoC |isbn = 978-0674042025 |access-date = 10 March 2014}}
*{{cite journal |last=Wade |first=Geoff |url = http://www.sino-platonic.org/complete/spp188_yelang_china.pdf |title = The Polity of Yelang and the Origin of the Name 'China' |journal = Sino-Platonic Papers |volume = 188 |date = May 2009 |access-date= 4 October 2011 }}
*{{citation |last=Wilkinson |first=Endymion|year=2012 |title=Chinese History: A New Manual |publisher=Harvard University Asia Center for the Harvard-Yenching Institute }}
* {{cite book |last = Wilkinson |first = Endymion |year = 2015 |title = Chinese History: A New Manual, 4th edition |publisher = Harvard University Asia Center distributed by Harvard University Press |location = Cambridge, MA |isbn = 9780674088467 }}
* {{cite book |language = de |title = Die Eroberung von Qinghai unter Berücksichtigung von Tibet und Khams 1717 - 1727: anhand der Throneingaben des Grossfeldherrn Nian Gengyao |first = Shuhui |last = Wu |volume = 2 of Tunguso Sibirica |edition=reprint |year=1995 |publisher = Otto Harrassowitz Verlag |url = https://books.google.com/books?id=zqVug_wN4hEC |isbn = 3447037563 |access-date = 10 March 2014}}
*{{cite book |last =Yule |first =Henry |editor-first=Henri |editor-last=Cordier |url = https://books.google.com/books?id=SgcVAAAAQAAJ|title = Cathay and the Way Thither |isbn = 8120619668 |orig-year=1915 |year=2005 }}
* {{cite journal |jstor = 20062627 |doi = 10.1177/0097700405282349 |title = Reinventing China Imperial Qing Ideology and the Rise of Modern Chinese National Identity in the Early Twentieth Century |last = Zhao |first = Gang |journal = Modern China |volume= 32 |number= 1 |year = 2006 |pages = 3–30 |publisher = Sage Publications |s2cid = 144587815 }}
{{refend}}
 
[[Kategori:Nama-nama Tiongkok| ]]
[[Kategori:Etimologi nama negara]]
[[Kategori:Tiongkok]]