Cigaleuh, Lemahsugih, Majalengka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k -> template {{Lemahsugih, Majalengka}} |
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 18:
Terbentuknya sebuah pemerintahan pada masa penjajahan kerajaan Belanda yang dipimpin oleh seorang Kuwu / kepala desa yang bernama Brahma Wijaya. Yang pertama kali menjadi Kuwu di Desa Cigaleuh yang berasal dari keturunan Kerajaan Telaga Manggung (Raden Pangkerah).
Dibawah masa kepemimpinan Raden Brahma Wijaya, terbentuk system Pemerintahan yang rapi dan aman, yang dapat mengayomi masyarakatnya yang didukung oleh tumenggung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama-nama tersebut diatas merupakan tumenggung Kerajaan Mataram ditugaskan untuk merubah peradaban dan merubah aqidah dari pengaruh animisme dan dinamisme (penyempurna akhlak).
Baris 36:
Pada masa kepemimpinan Raden Brahma Wijaya (Tahun 1800-1825) masih satu wilayah antara Desa Cigaleuh dan Desa Cukangmara, yang kantor pusat pemerintahannya di Pasir Mancagar yang sekarang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
Itulah sejarah pada masa kepemimpinan Raden Brahma Wijaya. Dari sejak itu pemerintahan dibawah pimpinan Brahma Wijaya dimekarkan karena wilayahnya terlalu luas dan penduduk semakin padat, terjadilah pemekaran yaitu dibagi dua dengan desa baru yaitu Desa Cukangmara. Dari sejak itulah terbentuknya dua pemerintahan yang berbeda yaitu Desa Cigaleuh dan desa pamekaran yaitu Desa Cukangmara (saat ini : Kalapadua).
Baris 50:
Penerus kepemimpinan Desa Cigaleuh digantikan berikutnya yaitu Inda, masih kuwu / Kepala Desa yang ditugaskan dari Kasepuhan Talaga, sebab waktu itu belum ada yang mampu yang jadi kuwu dari putera daerah asli.
Seiring dengan berkembangnya zaman dari masa ke masa ada keturunan Buyut Nori yang menikah dengan keturunan Brahma Wijaya yaitu Buyut Murdani. Pemuda tampan dan gagah yang sholeh dan rajin beribadah. Buyut Murdani dipesantrenkan oleh orang tuanya ke Benda Kerep (Daerah Cirebon) untuk menuntut ilmu agama islam, agar kelak menjadi Imam masjid di Cigaleuh. Berangkatlah Embah Buyut Murdani ke Benda Kerep untuk menuntut ilmu agama sampai
Sejak itu
Bertepatan dengan adanya kekosongan kuwu di Desa Cigaleuh,
Karena
Embah Buyut Murdani mempunyai seorang anak laki-laki yang tampan dan gagah yang bernama Gandol. Gandol disuruh untuk menuntut ilmu agama ke pesantrean yang sama di Benda Kerep meneruskan ayahandanya (Embah Buyut Murdani).
Disanalah Embah Buyut Gandol menuntut ilmu agama sampai dia dewasa, agar kelak setelah dewasa
Sejak itu embah buyut gandol menjadi kuwu Desa Cigaleuh yang ke-4.
Karena Embah Buyut Gandol termahsyur akan kesaktian dan kegagahannya, tetap saja ada kelemahannya konon katanya
Kepemimpinan yang ke-5 yaitu Embah Buyut Kempreng.
Pemerintahan kuwu yang ke-6 yaitu Kajan Kertalaksana. Kuwu yang ke-5 yaitu Kuwu Kempreng dan Kuwu Kajan Kertalaksana sama-sama keturunan eyang kamil, titisan raja Mataram yang adil dan bijaksana. Dari cucu Kuwu Kajan Kertalaksana menurunkun guru pertama di Cigaleuh yaitu Sukma Garniwa. Kuwu ke-7 adalah kuwu Raden.
Kuwu yang ke-8 Kuwu Dimya,
Saat itu jurutulisnya masih Kartasasmita. Pada masa pemerintahan Kuwu Kadata, kondisi Desa Cigaleuh dalam keadaan aman dan tentram, mayoritas pekerjaan masyarakatnya yaitu bertani. Dalam bidang pendidikan sudah mulai utama setelah berdirinya sekolah Belanda di Cukangmara yaitu PERPOLEH SCHOOL. Waktu itu hanya ada di Desa Cukangmara. Yang pertama kali sekolah di zaman ini hanya orang-orang ningrat. Terbuktilah ada alumni perpoleh school yang pertama adalah Sukma Garniwa yaitu orang yang pertama kali jadi guru pada waktu jaman belanda. Sekitar 30 Tahun masa kepemimpinan Kuwu Kadata jadi Kuwu Cigaleuh, selanjutnya diteruskan oleh Kuwu yang ke-10, yaitu Kuwu Rahmat.
Baris 76:
Pada masa kepemimpinan Kuwu Rahmat Desa Cigaleuh terjadi pemekaran wilayah dikarenakan jumlah penduduk yang sangat banyak. Adapun daerah pamekaran nya yaitu Desa Mekarmulya.
Kuwu Karto Sunaryo merupakan Kuwu ke-11 bukan keturunan kerajaan,
Selanjutnya kepemimpinan ke-12, Cigaleuh dipimpin oleh Kuwu Nono Taryono (Tahun 1988-2009). Merupakan Kuwu pertama di Cigaleuh yang memimpin ketika masih usia sangat muda. Kuwu Nono Taryono sudah menjadi kuwu bahkan sebelum
Bukan hanya dibidang pembangunan, namun pada masa ini juga sangat terkenal dengan pemberdayaan perempuannya. Hal ini dibuktikan dengan TP-PKK Desa Cigaleuh yang menjadi Juara 1 Lomba Cipta Menu Tingkat Kabupaten. Selain itu Ibu Kuwunya juga menjuarai Lomba Pidato tingkat Kabupaten.
Hanya saja kekurangan pada masa kepemimpinan Kuwu Nono Taryono ini adalah administrasi yang kurang rapi.
Selanjutnya kepemimpinan ke-13 yaitu Kuwu Wawan Gunawan.
Selanjutnya kepemimpinan ke-14 yaitu Kuwu Budiono. Kuwu Budiono merupakan Putera dari Kuwu Karto. Kuwu Budiono juga seperti ayahandanya yaitu seorang tentara. Pada masa kepemimpinan Kuwu Budiono ini sedikit menorehkan sejarah pahit, sehingga masa kepemimpinan
Selanjutnya karena terjadi kekosongan kuwu / Kepala Desa saat itu, maka sesuai dengan aturan yang berlaku kekosongan jabatan diisi oleh penjabat dari pihak kecamatan, yang saat itu ditugaskan adalah Pak Saepul Ulum S.Pd.I (Kuwu ke-15). Masa kepemimpinan Saepul Ulum S.Pd.I memang cukup singkat hanya sekitar 6 bulan. Namun dampak manfaatnya sangat besar dirasakan oleh masyarakat. Salah satu peninggalan
Selanjutnya kepemimpinan ke-16 (Tahun 2017 – saat ini) Desa Cigaleuh dipimpin oleh seorang Kepala Desa / PAW (hal ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku), yaitu Kepala Desa Robinhot Simanullang. Sedikit berbeda dengan Kepala Desa sebelumnya, bahwa Kuwu Robinhot Simanullang memang merupakan keturunan dari daerah Sumatera, meskipun demikian kecintaannya kepada Cigaleuh amat besar. Kepemimpinannya sangat tegas.
{{Lemahsugih, Majalengka}}
{{Authority control}}
|