Ploso, Punung, Pacitan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: Bot: Merapikan artikel
 
(7 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
|provinsi =Jawa Timur
|nama pemimpin =Agus Cahyono, S.PdI
|luas =- 1.443,508 hektar
|penduduk =- ±5.693 jiwa
|kepadatan =-
}}
 
'''Ploso''' adalah sebuah [[desa]] di [[Punung, Pacitan|Kecamatan Punung]], [[Kabupaten Pacitan]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]sedikit informasi saja ploso adalah sebuah desa di utara punung yang merupakan salah satu perbatasan dengan jawa tengah (Wonogiri). Pada sekitar abad-16 masa megah dan jayanya Mangkunegaran, Desa Ploso yang saat itu masih hutan dan keramat, tetapi sudah dikenal oleh para bangsawan dari Mangkunegaran.
 
Pada saat itu ada seorang bangsawan dari Mangkunegaran yang mencari tempat keramat untuk menguji mental (bertapa) di Gunung Gede yang terletak di perbatasan Ploso – Jawa Tengah. Bangsawan tersebut bernama KENDIL WESI.
 
Setelah selesai uji mental di Gunung Gede, KENDIL WESI mencari lokasi untuk uji mental ( bertapa ) ditempat yang dianggap masih keramat yaitu di Gedong Dusun Ploso Desa Ploso. Setelah beberapa tahun kemudian KENDIL WESI menetap di Gedong, yang akhirnya menjadi suatu perkampungan.
 
Kurang lebih Tahun 1704 dari keturunan KENDIL WESI diangkat menjadi Demang yang pertama namun sampai saat ini belum bisa kami ketahui nama dari Demang yang pertama Pada saat itu Demang pertama menanam pohon Ploso didekat makam KENDIL WESI.. Maka, nama Desa Ploso diambil dari nama pohon Ploso yang ditanam oleh Demang Pertama. Setelah masa pemerintahan demang pertama selesai, untuk Desa Ploso masih di pimpin dari keturunan KENDIL WESI yang bernama KARTOJO sebagai demang yang ke dua. Dan makam Kendil Wesi sampai sekarang ini masih dianggap keramat yang dikenal dengan nama PUNDEN GEDONG. Pada masa kepemimpinan Demang KARTOJO perkampungan tersebut mulai terpimpin dan terarah sehingga masyarakat merasa tenang dan tenteram.
 
Setelah Demang KARTOJO wafat, diganti oleh Demang ATMOREJO yang memimpin pada tahun 1802 – 1957 (Demang III) . Pada saat kepemimpinan Demang ATMOREJO, mengingat penduduknya yang semakin banyak, maka pada saat itu mulai terjadi pemekaran wilayah atau pedukuhan. Yang semula 1(satu) dukuh menjadi 6 (enam) dukuh. Yaitu: Ploso, Mrayun, Kepuh, Pundung, Bubakan, dan Sulang.
 
Setelah Demang ATMOREJO wafat, digantikan oleh Demang KARTODIKROMO yang memimpin pada tahun 1858 – 1913 (Demang IV). Terkait perkembangan penduduk semakin banyak, maka pada masa kepemimpinan Demang KARTODIKROMO mengalami pemekaran pedukuhan. Yang semula 6 (enam) dukuh menjadi 12 (dua belas) dukuh. Yaitu:
 
DUSUN" di PLOSO
Baris 29 ⟶ 39:
 
{{Punung, Pacitan}}
{{Authority control}}
{{kelurahan-stub}}
 
 
{{kelurahanKelurahan-stub}}