Salebu, Majenang, Cilacap: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Kepemimpinan: Bot: Merapikan artikel
 
(13 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan|date=2012}}
{{desa
|peta =
Baris 9 ⟶ 8:
|kode pos =53257
|nama pemimpin =-
|luas =-... km²
|penduduk =-... jiwa
|kepadatan =-... jiwa/km²
}}
'''Salebu''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Majenang, Cilacap|Majenang]], [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]. Desa Salebu hanya berjarak 3 Km dari pusat pemerintahan [[kecamatan]] [[Majenang, Cilacap|Majenang]] atau 80,6 Km berkendara dari pusat [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]]. Sebagian besar wilayah Desa Salebu merupakan [[perbukitan]] dan hanya sedikit dataran rendah dibagian selatan. Sungai Ciglagah mengalir membelah [[desa]] dari Gunung Cendana ke Sungai Cijalu.
 
== Batas Wilayah ==
Sejarah mencatat awal berdirinya Desa Salebu, empat tahun sebelum lahirnya Kabupaten Cilacap yaitu 21 Maret 1856. Desa Salebu sudah memiliki pemerintahan pribumi sendiri yaitu pada tahun 1852 dengan Ki Lurah ( kuwu ) H. Ibrahim yang memimpin Desa Salebu.
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
{{Batas_USBT
|utara=[[Cibeunying, Majenang, Cilacap|Desa Cibeunying]]
|selatan=[[Pahonjean, Majenang, Cilacap|Pahonjean]]
|barat=[[Wanareja, Cilacap|Kecamatan Wanareja]]
|timur=[[Cibeunying, Majenang, Cilacap|Desa Cibeunying]]
}}
 
== Sejarah ==
Warga Salebu masih ada keturunan dari trah kerajaan Dayeuh Luhur (th 1475-1831). Pada mulanaya warga Desa Salebu hanya terdapat sepuluh rumah penduduk. Ketika Perang Diponegoro terjadi kurun waktu tahun 1825-1830 semua rumah terbakar habis menjadi lebu (abu) kemudian oleh Ki Hajar Sakti yang tidak lain adalah Surandika yang masih keturunan bupati terakhir Kabupaten Dayeuh Luhur Raden tumenggung Prawiranegara, memberi nama padukuhan tersebut dengan nama Salebu. Dan sejak itu Padukuhan salebu yang lokasinya sangat strategis dan memiliki kekayaan alam yang melimpah menjadi tujuan utama warga Dayeuh Luhur mencari penghidupan baru dan menetap manjadi penduduk setempat. Hingga pada akhirnya Padukuhan Salebu menjadi sebuah desa yang ramai dan memiliki sebuah padepokan di Gunung Padang sebagai pusat pertumbuhan budaya Sunda dari Jawa yang diberi nama Padepokan Cendana, Ini ditandai dengan adanya patung sapi dan batu yang menunjukan bahwa Padepokan Cendana merupakan peninggalan zaman Hindu.
Sejarah mencatat awal berdirinya Desa Salebu, empat tahun sebelum lahirnya Kabupaten Cilacap yaitu 21 Maret 1856. Desa Salebu sudah memiliki pemerintahan pribumi sendiri yaitu pada tahun 1852 dengan Ki Lurah ( kuwu ) H. Ibrahim yang memimpin Desa Salebu. Warga Salebu masih ada keturunan dari trah kerajaan Dayeuh Luhur (th 1475-1831). Pada mulanaya warga Desa Salebu hanya terdapat sepuluh rumah penduduk. Ketika Perang Diponegoro terjadi kurun waktu tahun 1825-1830 semua rumah terbakar habis menjadi lebu (abu) kemudian oleh Ki Hajar Sakti yang tidak lain adalah Surandika yang masih keturunan bupati terakhir Kabupaten Dayeuh Luhur Raden tumenggung Prawiranegara, memberi nama padukuhan tersebut dengan nama Salebu.
 
Warga Salebu masih ada keturunan dari trah kerajaan Dayeuh Luhur (th 1475-1831). Pada mulanaya warga Desa Salebu hanya terdapat sepuluh rumah penduduk. Ketika Perang Diponegoro terjadi kurun waktu tahun 1825-1830 semua rumah terbakar habis menjadi lebu (abu) kemudian oleh Ki Hajar Sakti yang tidak lain adalah Surandika yang masih keturunan bupati terakhir Kabupaten Dayeuh Luhur Raden tumenggung Prawiranegara, memberi nama padukuhan tersebut dengan nama Salebu. Dan sejakSejak itu Padukuhan salebu yang lokasinya sangat strategis dan memiliki kekayaan alam yang melimpah menjadi tujuan utama warga Dayeuh Luhur mencari penghidupan baru dan menetap manjadi penduduk setempat. Hingga pada akhirnya Padukuhan Salebu menjadi sebuah desa yang ramai dan memiliki sebuah padepokan di Gunung Padang sebagai pusat pertumbuhan budaya Sunda dari Jawa yang diberi nama Padepokan Cendana, Ini ditandai dengan adanya patung sapi dan batu yang menunjukan bahwa Padepokan Cendana merupakan peninggalan zaman Hindu. Keramat Cendana Gunung Padang menyampan banyak misteri masa lalu, ini ditandai dengan peninggalan-peninggalan masa lalu seperti:
Keramat Cendana Gunung Padang menyampan banyak misteri masa lalu, ini ditandai dengan peninggalan-peninggalan masa lalu seperti:
 
1.# Batu pabahananBabahanan
2.# Batu Balai Desa (Pendopo)
3.# Batu Bedil
4.# Batu Ranjang
5.# Batu Tropong
6.# Air Terjun
7.# Gua (Liang Biuk)
8.# Patung Sapi
9.# Sendang suciSuci ( Pancoran ).
 
== Kepemimpinan ==
2. Batu Balai Desa (Pendopo)
Adapun orang-orang yang pernah menjabat sebagai Lurah (Kepala Desa) Salebu adalah sebagai berikut :
 
1.# Tahun 1852 - 1895 H. Ibrahim
3. Batu Bedil
2.# Tahun 1896 - 1938 H. Sukhemi
3.# Tahun 1939 - 1944 Abdul Ghofur
4.# Tahun 1945 - 1948 Noto Diwiryo
5.# Tahun 1950 - 1966 S. Sujangi
6.# Tahun 1968 - 1972 ME. Thohirin
7.# Tahun 1972 - 1984 Rijoni Ujang
8.# Tahun 1985 - 1986 Mangudin
9.# Tahun 1987 - 1993 M. Nuh Nawawi
10.# Tahun 1994 - 2006 M Munawar
11.# Tahun 2007 - 2012 Khozan Akhmad,S.IP
12.# Tahun 2013 - 2018 M Munawar
# Tahun 2019 - skrg Agus Fauzi
 
{{Majenang, Cilacap}}
4. Batu Ranjang
 
{{Authority control}}
5. Batu Tropong
 
6. Air Terjun
 
{{kelurahanKelurahan-stub}}
7. Gua (Liang Biuk)
 
8. Patung Sapi
 
9. Sendang suci( Pancoran ).
 
Adapun orang-orang yang pernah menjabat sebagai Lurah (Kepala Desa) Salebu adalah sebagai berikut :
 
 
1. 1852 - 1895 H. Ibrahim
 
2. 1896 - 1938 H. Sukhemi
 
3. 1939 - 1944 Abdul Ghofur
 
4. 1945 - 1948 Noto Diwiryo
 
5. 1950 - 1966 S. Sujangi
 
6. 1968 - 1972 ME. Thohirin
 
7. 1972 -1984 Rijoni Ujang
 
8. 1985 - 1986 Mangudin
 
9. 1987 - 1993 M. Nuh Nawawi
 
10. 1994 - 2006 M Munawar
 
11. 2007 - 2012 Khozan Akhmad,S.IP
 
12. 2013 - 2018 M Munawar
{{Majenang, Cilacap}}
{{kelurahan-stub}}