Babadan, Wlingi, Blitar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k top: Bot: Merapikan artikel
 
(16 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
|provinsi=Jawa Timur
}}
 
{{untuk|tempat lain yang bernama sama|Babadan}}
'''Babadan''' adalah kelurahan di kecamatan [[Wlingi, Blitar]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Babadan terdiri dari 5 pedukuhan yaitu dukuh Gurit, Babadan, Darungan, Duren, dan Tejo. Penduduk dari perbatasan dukuh Tejo dan Babadan kebanyakannya bekerja mencari batu di Sungai Lekso untuk menambah pendapatan. Dengan naungan dari [[Gunung Kelud]], masyarakatnya cukup mampu untuk menghidupi dirinya sendiri dari sektor agraris.
 
Menurut kepercayaan, nama Babadan diambil dari kata '''babad utan'''. Mbah Cokropati sebagai utusan dari [[Kerajaan Majapahit]] diberi mandat untuk membuka areal tersebut dengan membabad (menebang namun berwawasan lingkungan) utan(hutan) tersebut, karena akan digunakan untuk suatu hal. Untuk mengenang jasa Mbah Cokropati, beberapa golongan memakai namanya sebagai trademark sekaligus persatuan.
[[Berkas:Prasasti Munggut (Munggut Inscription) - panoramio (1).jpg|jmpl|Prasasti Munggut]]
[[Berkas:Prasasti Munggut (Munggut Inscription) - panoramio.jpg|jmpl|Prasasti Munggut]]
Di Kelurahan Babadan juga terdapat peninggalan arkeologi berupa prasasti yang disebut Prasasti Munggut atau disebut juga PtasastiPrasasti Talan. Prasasti ini berangka tahun 1058 Saka (1136 Masehi). Ciri khas yang ada pada prasasti ini adalah terdapat cap Garudhamukha (berbentuk badan manusia dengan kepala burung garuda serta bersayap) pada bagian atas prasasti. Isi prasasti ini berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk wilayah Panumbangan yang dituliskan diatasdi atas daun lontar dengan cap kerajaan Garudamukha. Anugerah tersebut telah mereka terima dari Bhatara Guru (Sebutan Raja Kadiri pada waktu itu, Raja Jayabhaya) pada tahun 961 Saka (27 Januari 1040 Masehi) berupa penetapan Desa Talan sewilayahnya sebagai sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak, sehingga mereka memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatasdi atas batu dengan cap kerajaan. Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan yang amat sangat terhadap raja dan menambah anugerah berupa berbagai macam hak istimewa. Prasasti Talan merupakan salah satu dari dua prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Jayabhaya.
 
Babadan merupakan desa yang memiliki keasrian yang sangat full. Wisata kuliner juga khas,,sebut saja pak Sukari dengan peyek ucengnya. Pak sabar dengan warung makannya. Kelurahan Babadan merupakan basis NU yang cukup kental lihat saja aktivitas ibadah yang bersentral di sebuah masjid bernama masjid Baitul Muttaqin Tejo. Beberapa kelompok jama'ah yasinan setiap malam Jumat bertebaran di sana-sini.
Di Kelurahan Babadan juga terdapat peninggalan arkeologi berupa prasasti yang disebut Prasasti Munggut atau disebut juga Ptasasti Talan. Prasasti ini berangka tahun 1058 Saka (1136 Masehi). Ciri khas yang ada pada prasasti ini adalah terdapat cap Garudhamukha (berbentuk badan manusia dengan kepala burung garuda serta bersayap) pada bagian atas prasasti. Isi prasasti ini berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk wilayah Panumbangan yang dituliskan diatas daun lontar dengan cap kerajaan Garudamukha. Anugerah tersebut telah mereka terima dari Bhatara Guru (Sebutan Raja Kadiri pada waktu itu, Raja Jayabhaya) pada tahun 961 Saka (27 Januari 1040 Masehi) berupa penetapan Desa Talan sewilayahnya sebagai sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak, sehingga mereka memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatas batu dengan cap kerajaan. Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan yang amat sangat terhadap raja dan menambah anugerah berupa berbagai macam hak istimewa. Prasasti Talan merupakan salah satu dari dua prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Jayabhaya.
 
Dilihat dari sektor pertanian, juga sangat maju. Hal ini dapat dilihat dari adanya perkumpulan petani bernama HIPPA (himpunan petani pengguna air). salah satu penggiatnya adalah bapak Kamtari. beliaudia adalah sesepuh dukuh Tejo. Pernah dipercaya sebagai kepala dukuh Tejo selama bertahun-tahun.
Babadan merupakan desa yang memiliki keasrian yang sangat full. Wisata kuliner juga khas,,sebut saja pak Sukari dengan peyek ucengnya. Pak sabar dengan warung makannya. Kelurahan Babadan merupakan basis NU yang cukup kental lihat saja aktivitas ibadah yang bersentral di sebuah masjid bernama masjid Baitul Muttaqin Tejo. Beberapa kelompok jama'ah yasinan setiap malam Jumat bertebaran di sana-sini.
 
Website Resmi Kelurahan Babadan : kel-babadan.blitarkab.go.id
Dilihat dari sektor pertanian, juga sangat maju. Hal ini dapat dilihat dari adanya perkumpulan petani bernama HIPPA (himpunan petani pengguna air). salah satu penggiatnya adalah bapak Kamtari. beliau adalah sesepuh dukuh Tejo. Pernah dipercaya sebagai kepala dukuh Tejo selama bertahun-tahun.
 
{{Wlingi, Blitar}}
 
{{kelurahan-stub}}
{{Authority control}}
 
 
{{kelurahanKelurahan-stub}}