Arsitektur Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
+
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Traditional Batak house.jpg|thumbjmpl|Sebuah ''jabu'' - rumah tradisional [[suku Batak Toba|Batak Toba]]|200px]]
 
'''Arsitektur Batak''' mengacu kepada yang berhubungan dengan tradisi dan desain arsitektural dari berbagai [[suku Batak]] di [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Terdapat enam kelompok suku Batak yang berbicara dalam bahasa tersendiri namun berhubungan: [[suku Angkola|Angkola]], [[suku Mandailing|Mandailing]] di sebelah selatan, [[suku Batak Toba|Batak Toba]], di sebelah utara [[suku Batak Pakpak|Pakpak]]/Dairi, [[suku Simalungun|Simalungun]], dan [[suku Karo|Karo]]. Sementara kelompok suku bangsa ini sekarang adalah umat Muslim atau Kristiani, unsur-unsur agama Batak kuno tetap ada, terutama di antara suku Karo.
 
''Bale'' ("balai pertemuan"), rumah, dan ''[[sopo (bangunan)|sopo]]'' ("[[lumbung padi]]") adalah tiga tipe bangunan utama yang umum dalam kelompok suku Batak yang berbeda. Rumah ini secara tradisional merupakan sebuah rumah besar di manatempat sekelompok keluarga hidup secara bersama-sama. Pada siang hari, bagian interiornya merupakan ruang aktivitas bersama, dan pada malam hari, kain atau tirai tenunan memberi privasi kepada masing-masing keluarga. Kebanyakan orang Batak sekarang tinggal di rumah-rumah modern, dan banyak rumah tradisional ditelantarkan atau dalam kondisi perbaikan yang buruk.
 
Arsitektur dan tata letak desa dari enam kelompok suku Batak juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rumah Batak Toba, misalnya, berbentuk perahu dengan [[atap pelana]] berukir yang rumit dan tonjolan atap yang menjulang. Rumah-rumah Batak Karo berdiri dalam deretan. Keduanya dibangun di atas tumpukan dan berasal dari model [[Kebudayaan Dongson|Dong-Son]] kuno.
==Referensi==
 
== Desa ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Batak huizen in een dorp op Sumatra. TMnr 60018260.jpg|jmpl|kiri|Desa Batak Toba]]
Suku Batak Toba dan Karo tinggal di desa-desa permanen dan membudidayakan padi dan sayuran beririgasi. Di sisi lain, suku Angkola, Mandailing, dan Pakpak mempraktikkan pertanian [[peladangan]] yang membutuhkan seringnya perubahan lokasi dan desa-desa mereka hanya semipermanen.<ref name="Dawson_35-36">{{Cite book | last = Dawson | first = Barry |author2=Gillow, John | title = The Traditional Architecture of Indonesia | url = https://archive.org/details/traditionalarchi0000daws | publisher = Thames and Hudson | year = 1994 | location = London | pages = [https://archive.org/details/traditionalarchi0000daws/page/35 35]–36 | isbn = 0-500-34132-X}}</ref>
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Traditionele Batakhuizen aan een pleintje in kampong Lingga Karolanden Sumatra`s Oostkust TMnr 60012275.jpg|jmpl|Desa Batak [[suku Karo|Karo]]]]
Budidaya padi beririgasi dapat menyokong populasi yang besar, dan orang Batak Toba dan Karo tinggal di desa-desa yang padat, yang dibatasi bagi sekitar sepuluh rumah untuk menghemat lahan pertanian. Pertanian peladangan yang tidak beririgasi menyokong desa-desa yang lebih kecil dengan hanya beberapa rumah. Semua desa terletak di dekat [[anak sungai]] dan sawah. Peperangan Batak yang destruktif sebelum abad kedua puluh mendapati desa-desa berada di posisi yang bisa dipertahankan dengan mudah. Tembok pertahanan dari [[bambu]] tinggi membentengi desa-desa Pakpak dan pengadang berupa [[Tembok pertahanan|tembok]] dari tanah dengan pagar dan pepohonan bambu.<ref name="Dawson_35-36"/>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
Baris 14 ⟶ 23:
[[Kategori:Batak]]
[[Kategori:Batak Karo]]
[[Kategori:Rumah adat di Indonesia]]