Arak bako: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Sumatera |
||
(36 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:
'''Arak Bako''' adalah tradisi perarakan dalam prosesi perkawinan di Minangkabau, khususnya masyarakat Solok. Tradisi ini diselenggarakan oleh kerabat dari pihak ayah (bahasa Minang: bako) dengan cara menjemput mempelai perempuan (anak daro) dari rumah bako menuju rumah orang tua mempelai perempuan dengan berjalan kaki. <ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/arak-bako-tradisi-prosesi-perkawinan-adat-solok/|title=Arak Bako, Tradisi Prosesi Perkawinan Adat Solok {{!}} Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|last=ditwdb|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://klikpositif.com/baca/23635/prosesi-arak-bako-kota-solok--siap-pecahkan-rekor-muri|title=Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|last=KlikPositif|website=Prosesi Arak Bako Kota Solok, Siap Pecahkan Rekor MURI {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}</ref>▼
'''Arak Bako''' adalah tradisi arak-arakan mempelai perempuan ([[bahasa Minang]]: ''anak daro'') dalam prosesi pernikahan di [[Minangkabau]], khususnya masyarakat [[Kota Solok|Solok]]. Tradisi ini diselenggarakan oleh pihak ''bako'', yakni anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah ''anak daro'' (yang oleh pihak ''bako'' disebut sebagai ''anak pisang''). Dalam arak-arakan, pihak ''bako'' mengundang anggota kerabat terdekat lainnya dalam garis kekerabatan pihak ''bako''.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/arak-bako-tradisi-prosesi-perkawinan-adat-solok/|title=Arak Bako, Tradisi Prosesi Perkawinan Adat Solok {{!}} Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|last=ditwdb|language=id-ID|access-date=2020-05-10}}</ref>
Tradisi ini mencerminkan sistem kehidupan bergotong royong yang secara turun temurun tetap dilestarikan oleh masyarakat Minangkabau.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.viva.co.id/berita/nasional/1193826-tradisi-arak-bako-ditetapkan-sebagai-warisan-budaya-tak-benda|title=Tradisi Arak Bako Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda|last=VIVA|first=PT VIVA MEDIA BARU-|date=2019-12-28|website=www.viva.co.id|language=id|access-date=2020-05-10}}</ref>▼
Arak Bako merupakan bentuk ungkapan kegembiraan pihak ''bako'' terhadap ''anak pisang'' yang akan menikah. Mereka memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa ''anak pisang-''nya akan menikah dengan cara membawa (''maarak'') ''anak daro'' dari rumah ''induak bako'' menuju rumah orang tua ''anak pisang'' sambil membawa barang-barang pemberian di atas kepala.<ref name=":2">Silvia Rosa, dkk (2011). ''Aneka Tradisi Minangkabau Menurut Adat Istiadat Kota Solok''. Dinas Pariwisata Solok. hlm. 70-79.</ref>
Istilah Arak Bako dibentuk oleh dua kata, yaitu "arak' dan "bako". Kata "arak' dalam bahasa Minangkabau termasuk ke dalam jenis kata kerja yang berarti "bawa". Kata "arak' ini jika ditambah dengan awalan "ba" akan membentuk sebuah kata "bararak" yang berarti "pawai", "parade". Satu kata lagi yaitu "bako". Kata "bako" terkategori kedalamjenis kata benda. Bako berarti keluarga garis ibu dari pihak ayah.<ref name=":0" />▼
▲Tradisi ini mencerminkan sistem kehidupan
== Makna kata ==
▲Istilah Arak Bako dibentuk oleh dua kata, yaitu
''Anak daro'' yang sedang menjalankan prosesi pernikahan disebut oleh pihak ''bako'' sebagai ''anak pisang''. Hubungan kekerabatan ''induak bako'' dan ''anak pisang'' adalah ikatan kekerabatan yang dibangun karena terjadinya hubungan pernikahan. Anak-anak dari hasil pernikahan seorang laki-Iaki dengan perempuan lain di luar sukunya akan dipandang sebagai ''anak pisang'' oleh saudara perempuan si laki-Iaki tersebut. Sementara itu, anak-anak dari saudara laki-Iakinya tersebut memandang saudara perempuan ayahnya sebagai ''induak bako''. Keluarga besar dari si ayah akan dipandang sebagai bako oleh si anak tersebut.<ref name=":2" />
== Rangkaian acara ==
[[Berkas:Bararak Bako Manjujuang Katidiang.jpg|jmpl|Arak bako di Sumatera Barat]]
Anggota kerabat perempuan dari keluarga ayah (''bako'') terlebih dahulu menjemput ''anak daro'' dari rumah orang tuanya . Di rumah ''induak bako'', pihak bako mengenekan pakaian untuk arak-arakan kepada ''anak daro''. Setelah itu, pihak ''bako'' melakukan perarakan ''anak daro'' sejak dari rumah ''induak bako'' menuju rumah ''anak daro''.<ref name=":2" />
Orang-orang yang terlibat dalam tradisi Arak Bako adalah pihak bako dari ''anak daro''. Pihak ''bako'' meliputi ''induak bako'' terdekat, yang agak jauh, bahkan bisa hanya sebatas hubungan tetangga terdekat dari rumah ''induak bako''. ''lnduak bako'' terdekat yakni kakak atau adik kandung perempuan dari keluarga ayah ''anak daro'', sedangkan yang agak jauh bisa berasal dari istri para kakak atau adik keluarga ayah ''anak daro''. Semakin banyak orang yang diundang, maka semakin meriah pelaksanaan Arak Bako yang dilaksanakan, dan semakin terpandang status sosial pihak ''bako'' di tengah masyarakat.<ref name=":0" /><ref name=":3">{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/news/read/144141/arak-bako-tradisi-menjelang-pernikahan|title=Arak Bako, Tradisi Menjelang Pernikahan|last=Liputan6.com|date=2007-07-06|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2020-05-10}}</ref>
Perarakan dilakukan dengan cara berjalan kaki di pinggir jalan raya membentuk barisan panjang. Posisi paling depan ditempati oleh ''anak daro''. Pada beberapa kasus, ''anak daro'' bisa disertai dengan marapulai tergantung pembahasan dengan keluarga marapulai. Posisi di belakang ''anak daro'' biasanya ditempati oleh ''Tuo Arak Bako'', yakni perempuan yang dihormati di lingkungan ''bako anak daro''. Pada posisi ketiga dan seterusnya ke belakang ditempati pihak keluarga bako ''anak daro''. Semakin ke belakang posisi peserta Arak Bako dalam barisan menunjukkan semakin jauh hubungan kekerabatannya dengan pihak ''bako'', apalagi dengan ''anak daro''.<ref name=":0" />
Rombongan Arak Bako datang ke rumah ''anak daro'' dengan membawa beberapa barang pemberian untuk ''anak daro''. ''Induak bako'' membawa barang-barang yang diuntukkan langsung untuk ''anak daro''. Sementara itu, anggota rombongan Arak Bako yang lain, yang jumlahnya bisa mencapai angka ratusan, membawa kado dan beras. Barang-barang tersebut dijunjung di atas kepala oleh peserta arak-arakan.<ref name=":0" /><ref name=":2" />
Setelah sampai di rumah orang tua ''anak daro'', semua barang bawaan diterima oleh salah seorang perempuan di halaman rumah ''anak daro''. Setelah dilakukan proses serah terima, setiap anggota rombongan Arak Bako dijamu makan nasi oleh pihak keluarga ''anak daro'' di dalam rumah. Usai jamuan, para anggota rombongan Arak Bako meninggalkan lokasi sambil menyerahkan kembali ''anak daro'' kepada orang tuanya.<ref name=":0" />
== Pelaksanaan ==
Tradisi Arak Bako terdapat pada hampir semua daerah di Kota Solok. Tradisi ini merupakan bagian penting dari prosesi pernikahan di Kota Solok. Setiap kelurahan di Kota Solok terbiasa melaksanakan tradisi ini karena secara kultural, Kota Solok memiliki budaya dan adat istiadat yang homogen.<ref name=":2" />
Pelaksanaan tradisi Arak Bako masih sering dijumpai di Kota Solok, walaupun untuk kondisi sekarang sudah ada semacam kemudahan dalam pelaksanaannya. Pada waktu dulu, rombongan tradisi Arak Bako memang berjalan kaki dalam barisan satu banjar ke belakang menyusuri tepi jalan raya menuju rumah orang tua ''anak daro''. Namun sekarang, anggota tradisi Arak Bako sudah naik mobil jika memang jarak rumah bako dengan rumah orang tua ''anak daro'' jauh, tetapi rombongan Arak Bako diturunkan kurang lebih setengah kilometer dari rumah anak daro. Pada jarak tersebut, rombongan Arak Bako tetap berjalan kaki menuju rumah orang tua ''anak daro.<ref name=":2" />''
Tradisi Arak Bako dihadiri oleh banyak orang yang berasal dari lingkungan keluarga ''bako'' dari ''anak daro''. Jumlah rombongan tradisi Arak Bako sangat banyak. Anggota rombongan Arak Bako bisa mencapai ratusan orang, bahkan bisa melibatkan seribu orang.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
▲
== Kostum ==
Kostum yang dikenakan oleh para perempuan peserta rombongan tradisi Arak Bako adalah ''[[baju kurung basiba]]'' dan kain sarung bugis. Di atas kepala, mereka memakai sebuah selendang yang disebut juga dengan ''salodang''. Kain ''salodang'' adalah sejenis kain selendang perempuan yang terbuat dari kain berbahan dasar kain panjang. ''Baju kurung basiba'', kain sarung bugis, dan ''salodang'' merupakan kostum tradisional yang dipakai oleh para perempuan Solok yang sudah menikah.<ref name=":2" />
== Filosofi ==
Pelaksanaan tradisi Arak Bako menandakan pentignya kedudukan ''bako'' dalam riwayat kekerabatan seorang anak di Minangkabau, khususnya bagi masyarakat Solok. Melalui pelaksanaan tradisi ini, pihak ''bako'' dari ''anak daro'' menunjukkan bahwa mereka turut bersyukur, dan senang serta bahagia atas pemikahan anak pisang mereka.<ref name=":0" />
Tradisi Arak Bako dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk "unjuk diri" pihak ''bako'' kepada keluarga
Pada tingkat nasional, tradisi Arak Bako ditetapkan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, [[Direktorat Jenderal Kebudayaan]], [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI]], sebagai [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|warisan budaya tak benda]] (WBTB) dari provinsi Sumatera Barat. Penyerahan sertifikat Arak Bako sebagai WBTB dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2019 di halaman Rumah Gadang Siti Rasidah, Kota Solok.<ref name=":1" /><ref>{{Cite news|url=https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/8N0ZmWrk-arak-bako-jadi-warisan-budaya-takbenda|title=Arak Bako Jadi Warisan Budaya Takbenda|last=Larasati|first=Citra|date=2019-12-17|work=[[Medcom.id]]|language=id|access-date=2020-05-10}}</ref>
== Referensi ==
▲Tradisi Arak Bako dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk "unjuk diri" pihak bako kepada keluarga "anak pisang"nya yang sedang menjadi anak daro. Apabila bako tidak melaksanakan tradisi Arak Bako ini, maka keluarga bako dianggqp tidak peduli kepada anak pisangnya yang sedang menikah dan melaksanakan alek adat. Sikap ketidakpedulian induak bako terhadap anak pisangnya merupakan suatu sikap yang tidak positif dalam membina relasi kekerabatan induk bako dengan anak pisang di Minangkabau. <ref name=":0" />
<references />
[[Kategori:Pernikahan di Minangkabau]]
▲== Penetaban sebagai WBTB ==
[[Kategori:Kota Solok]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
|