Asmara Nababan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Sumatera |
|||
(26 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku Batak Toba|Toba]]|[[Nababan]]}}
[[Doktorandus|Drs.]] '''Asmara
== Riwayat Hidup ==
=== Masa Kecil ===▼
Pada tahun [[1953]], Asmara Nababan bersama saudara-saudaranya pindah ke [[medan]].<ref name="AS" /> Waktu itu ia sudah duduk di kelas dua [[Sekolah Rakyat]] (SR) [[Nasrani]] di Jalan Seram, sekelas dengan [[Akbar Tanjung]].<ref name="AS" /> Teman kecil Asmara Nababan biasa memanggilnya Si Tongkar, dalam bahasa batak Tongkar berarti keras kepala.<ref name="AS" />▼
▲Asmara Nababan (lahir di [[Siborong-borong]] pada [[2 September]] [[1946]] meninggal [[20 Oktober]] [[2007]])<ref name="Elsam">[http://www.elsam.or.id/article.php?lang=in&id=711&act=content&cat=101#.U0FpDKiSyuU In Memoriam]</ref> adalah seorang [[aktivis]] [[Hak Asasi Manusia]] dan [[Demokrasi]] di [[Indonesia]].<ref name="AS">2011. ''Asmara Nababan: Oase Bagi Setiap Kegelisahan''. Jakarta: PCD Press and Demos. ISBN: [[978-979-99969-1-6]]</ref> Asmara Nababan pernah aktif di [[Komnas HAM]], bahkan perannya di Komnas HAM sangatlah vital.<ref name="HRRCA"/> Selain itu, ia juga ikut mendirikan atau mengurus berbagai macam organisasi masyarakat sipil, yaitu Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak kekerasan ([[KontraS]]), [[Elsam]], [[Demos]], [[Komunitas Indonesia untuk Demokrasi]], [[International NGO Forum on Indonesian Development]] ([[INFID]]), Perkumpulan HAK di Dili, dan [[Human Rights Resource Center for Asean]] ([[HRRCA]]), serta berbagai Organisasi lainnya.<ref name="HRRCA">[http://hrrca.org/asmara-nababan-1946-2010 Asmara Nababan]</ref>) Ia juga pernah menjadi anggota beberapa Tim Pencari Fakta, antara lain, pada kasus kerusuhan [[Juli]] [[1996]], kerusuhan Mei [[1998]] maupun [[Timor Timur]] [[1999]].<ref name="Andreas"/> Dia juga ikut menyelidiki kasus pembunuhan [[Munir]] pada [[2004]].<ref name="Andreas">[http://www.andreasharsono.net/2010/11/asmara-nababan.html Asmara Victor Michael Nababan]</ref>)
Panggilan itu disandangnya karena ia dikenal sebagai anak yang suka berdebat dan berkelahi, selain itu Asmara juga dikenal sebagai [[aktivis politik]].<ref name="AS" /> Saat duduk di bangku SMA Nasrani, Asmara sudah bergabung dengan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia ([[GAMKI]]).<ref name="AS" /> Bersama [[GAMKI]] ia melakukan aksi protes terhadap keadaan [[ekonomi]] bangsa yang semakin memburuk.<ref name="AS" />▼
== Keluarga ==▼
Anak [[bungsu]] dari sebelas bersaudara ini memiliki nama lengkap Asmara Victor Michael [[Nababan]].<ref name="AS"/> Ayahnya bernama [[Jonathan Laba Nababan]], Ibunya [[Intan Dora Lumban Tobing]], sedangkan sepuluh saudara kandung Asmara Nababan yang lain berturut adalah [[Alice Ernata Dorcas Nababan]] ([[1930]]), [[Johanes Sahab Manongar Nababan]] ([[1932]]), [[Soritua Albert Ernst Nababan]] ([[1933]]), [[Euince Martha Susanti Nababan]] ([[1934]]), [[David Uli Maruhum Nababan]] ([[1935]]), [[Edith Dumasi Nababan]] ([[1937]]), [[Jhon Togar Demak Nababan]] ([[1938]]), [[Indra Rumanggor M. Nababan]] ([[1940]]), [[Ray Leonard Timbang M. Nababan]] ([[1942]]), [[Pandapotan Maruli Asi]] ([[1944]]).<ref name="AS"/> Istrinya bernama [[Magdalena Sitorus]].<ref name="AS"/> Dari perkawinannya, Asmara Nababan dikaruniai tiga orang puteri dan seorang putra.<ref name="AS"/> Puteri pertama bernama [[Juanita Miryam Hotmaida Nababan]], Puteri kedua, [[Natasha Ruth Mariana Nababan]], puteri ketiga, [[Aviva Selma Bulan Nababan]], dan Putera bungsu [[Yehonathan Uli Asi Nababan]].<ref name="AS"/>▼
Setelah lulus SMA tahun [[1964]], Asmara Nababan bertolak ke [[Jakarta]], di sana ia tinggal bersama [[Panda Nababan]], kakaknya.<ref name="AS" /> Selama menjadi [[mahasiswa]], Asmara berpindah-pindah jurusan, pertama ia berkuliah di
▲== Masa Kecil ==
Pada tahun [[1970]] harga minyak di pasar internasional melonjak, penyebabnya adalah [[Perang Yom Kippur|perang di
Berbagai aksi protes dan advokasi lainnya pun pernah dilakukan oleh Asmara Nababan semasa hidupnya, termasuk menolak proyek Taman Miniatur Indonesia Indah ([[TMII]]), Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air ([[PLTA]]) di [[Tapanuli Utara]] ([[1983]]),
▲Pada tahun [[1953]], Asmara Nababan bersama saudara-saudaranya pindah ke [[medan]].<ref name="AS"/> Waktu itu ia sudah duduk di kelas dua [[Sekolah Rakyat]] (SR) [[Nasrani]] di Jalan Seram, sekelas dengan [[Akbar Tanjung]].<ref name="AS"/> Teman kecil Asmara Nababan biasa memanggilnya Si Tongkar, dalam bahasa batak Tongkar berarti keras kepala.<ref name="AS"/>
=== [[Komisi Nasional Hak Asasi Manusia|Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM)]] ===
▲Panggilan itu disandangnya karena ia dikenal sebagai anak yang suka berdebat dan berkelahi, selain itu Asmara juga dikenal sebagai [[aktivis politik]].<ref name="AS"/> Saat duduk di bangku SMA Nasrani, Asmara sudah bergabung dengan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia ([[GAMKI]]).<ref name="AS"/> Bersama [[GAMKI]] ia melakukan aksi protes terhadap keadaan [[ekonomi]] bangsa yang semakin memburuk.<ref name="AS"/>
Pada [[7 juni]] [[1993]], [[Presiden]] [[Soeharto]] membentuk [[Komisi Nasional Hak Asasi Manusia]] ([[Komnas HAM]]), melalui mantan Jaksa Agung [[Ali Said]] SH memilih sejumlah orang untuk diangkat menjadi anggota Komnas HAM, salah satunya Asmara Nababan
Mulanya [[Komnas HAM]] dianggap tidak akan mampu menjalankan tugasnya, dan hanya menjadi alat kepentingan pemerintah saja,
▲== Menjadi Mahasiswa ==
== Pemikiran ==▼
=== Tentang demokrasi ===▼
<!--Isi tidak boleh seperti ini, kamu harus bahasakan ulang (parafrase)-->▼
Ada beragam paham [[demokrasi]] di dunia.<ref name="Artikel" /> Walaupun demikian, ada dua ciri utama dari semua jenis [[demokrasi]], yaitu bahwa mereka mempunyai baik unsur-unsur universal maupun elemen-elemen lokal yang tak terhindarkan harus turut diperhitungkan pada saat suatu [[sistem demokrasi]] beroperasi.<ref name="Artikel">
Menyadari ciri-ciri [[demokrasi]] ini, para pendiri KID memilih untuk mewadahi berlangsungnya suatu proses dialektika dinamis antara kedua elemen demokrasi itu.<ref name="Artikel" /> Suatu dialog kontekstual yang saling memperkaya antara keduanya dikelola dengan dada lapang.<ref name="Artikel" /> [[Demokrasi]] jenis ini dinamakan oleh KID sebagai [[demokrasi kontekstual]].<ref name="Artikel" />▼
▲Setelah lulus SMA tahun [[1964]], Asmara Nababan bertolak ke [[Jakarta]], di sana ia tinggal bersama [[Panda Nababan]], kakaknya.<ref name="AS"/> Selama menjadi [[mahasiswa]], Asmara berpindah-pindah jurusan, pertama ia berkuliah di [[Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia]] ([[UKI]]), ia hanya bertahan selama tiga semester, kemudian pindah ke [[Sastra Inggris]], di sana ia juga tidak melanjutkan kuliahnya.<ref name="AS"/> Kemudian ia pindah ke [[Lembaga Kesenian Jakarta]] ([[LKJ]]), sekarang menjadi [[Institut Kesenian Jakarta]] ([[IKJ]]), kendati suka dan berbakat dalam bidang [[seni]], ternyata Asmara pun tak betah.<ref name="AS"/> Pada tahun [[1967]], Asmara memutuskan pindah ke [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]], di sana ia mendalami [[ilmu hukum]].<ref name="AS"/>
=== Tentang Multikulturalisme ===▼
▲Pada tahun [[1970]] harga minyak di pasar internasional melonjak, penyebabnya adalah perang di [[Timur Tengah]], Negara –negara [[Arab]] mulai enggan menjual minyak ke Barat yang menjadi pendukung [[Israel]].<ref name="AS"/> Sebagai [[eksportir]], [[Indonesia]] menikmati betul keadaan tersebut, negara memperoleh penghasilan sangat besar dari sektor perminyakan, tapi hal ini justru menjadi bencana, para pejabat tinggi negara mulai giat [[korupsi]].<ref name="AS"/> Aksi protes menolak korupsi pun marak dilakukan oleh berbagai kalangan, kelompok Mahasiswa Menggugat bersama Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia ([[KAPPI]]) membentuk Komite Anti Korupsi ([[KAK]]).<ref name="AS"/> Asmara Nababan bersama [[Akbar Tanjung]], [[Thoby Mutis]], [[Arif Budiman]], [[Marsillam Simanjuntak]], [[Sjahrir]], dan yang lain menjadi aktornya.<ref name="AS"/>
[[Multikulturalisme]]—didefinisikan secara umum oleh banyak kalangan sebagai sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok [[etnik]] atau [[budaya]] (''ethnic and cultural groups)'' dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip ''coexistence'' yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain—adalah sebuah tema yang relatif baru dibicarakan di negeri ini.<ref name="Artikel" />▼
▲Berbagai aksi protes dan advokasi lainnya pun pernah dilakukan oleh Asmara Nababan semasa hidupnya, termasuk menolak proyek Taman Miniatur Indonesia Indah ([[TMII]]), Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air ([[PLTA]]) di [[Tapanuli Utara]] ([[1983]]), Peristiwa Santa Cruz ([[1991]]), dan lainnya.<ref name="AS"/> Asmara Nababan menyelesaikan kuliahnya di [[Fakultas Hukum Universitas Indonesia]] pada tahun [[1975]], kendati tamat ia tak pernah mengambil ijazah Sarjana Hukum (SH).<ref name="AS"/>
Sebagai sebuah tema, [[multikulturalisme]] dibicarakan umumnya dalam kerangka mengunjungi kembali (revisiting) dan menemukan kembali (reinventing) gagasan-gagasan yang lebih masuk akal tentang bagaimana sebuah masyarakat majemuk di Indonesia ini dapat dikembangkan dalam sebuah konsepsi masyarakat “warna-warni” yang tidak saja berciri partisipatoris namun juga emansipatoris.<ref name="Artikel" />▼
Berbeda dengan [[pluralisme]] yang menekankan pada perbedaan ide, [[multikulturalisme]] berkenaan dengan kebedaan yang bersumber terutama pada identitas [[etnik]] dan [[agama]].<ref name="Artikel" /> Sebagai misal, orang bisa berasal dari [[etnik]] dan [[agama]] yang sama namun memiliki orientasi [[politik]] yang berbeda.<ref name="Artikel" /> Namun, sangat jelas bahwa di antara etnik dan penganut [[agama]] yang berbeda selalu dapat ditemukan identitas sosial dan budaya yang berbeda, dari yang sangat simbolik hingga yang sangat nyata.<ref name="Artikel" /> Identitas kelompok etnik dan agama, oleh karena itu, adalah sebuah entitas sosial dan budaya yang sering melampaui batas-batas kelas, [[gender]], dan [[ideologi politik]].<ref name="Artikel" />▼
▲Pada [[7 juni]] [[1993]], [[Presiden]] [[Soeharto]] membentuk [[Komisi Nasional Hak Asasi Manusia]] ([[Komnas HAM]]), melalui mantan Jaksa Agung [[Ali Said]] SH memilih sejumlah orang untuk diangkat menjadi anggota Komnas HAM, salah satunya Asmara Nababan yang dipilih.<ref name="AS"/> Tahun [[1994]] Asmara Nababan medapat tugas ke [[Aceh]] untuk membebaskan 11 anggota [[Gerakan Aceh Merdeka]] ([[GAM]]) yang ditahan, kemudian pada [[1998]] Asmara kembali mendatangi [[aceh]], di sana Asmara dan kawan-kawan mengungkap dan membongkar sebuah kuburan masal yang diyakini sebagai korban selama Aceh menjadi [[Daerah Operasi Militer]] ([[DOM]], [[1989]]-[[1998]]). Hal tersebut memicu ketegangan antara [[Komnas HAM]] denga Pemerintah saat itu.<ref name="AS"/>
== Kehidupan Pribadi ==
▲Mulanya [[Komnas HAM]] dianggap tidak akan mampu menjalankan tugasnya, dan hanya menjadi alat kepentingan pemerintah saja, namun berkat peran Asmara Nababan dan Kawan-kawan termasuk [[Baharudin Lopa]], Kepercayaan publik terhadap [[Komnas HAM]] saat itu terus meningkat.<ref name="AS"/> Hal itu terlihat dari upaya pengungkapan berbagai kasus pelanggaran HAM yang dilakukan [[Komnas HAM]], Misal [[Komnas HAM]] membentuk [[Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia]] ([[KPP HAM]]) dalam menuntaskan kasus di [[Timor Timur]].<ref name="AS"/> Asmara menjadi Sekretaris Jenderal [[Komnas HAM]] untuk periode [[1993]]-[[1998]].<ref name="Elsam"/>
▲=== Keluarga ===
▲Anak [[bungsu]] dari sebelas bersaudara ini memiliki nama lengkap Asmara Victor Michael [[Nababan]].<ref name="AS"/> Ayahnya bernama [[Jonathan Laba Nababan]],
▲==Pemikiran==
▲===Tentang demokrasi===
▲<!--Isi tidak boleh seperti ini, kamu harus bahasakan ulang (parafrase)-->
▲Ada beragam paham [[demokrasi]] di dunia.<ref name="Artikel"/> Walaupun demikian, ada dua ciri utama dari semua jenis [[demokrasi]], yaitu bahwa mereka mempunyai baik unsur-unsur universal maupun elemen-elemen lokal yang tak terhindarkan harus turut diperhitungkan pada saat suatu [[sistem demokrasi]] beroperasi.<ref name="Artikel">[http://www.komunitasdemokrasi.or.id/en/knowledge-center/articles/316-sekolah-demokrasi-meretas-jalan-menuju-wajah-demokrasi-yang-lebih-kuat-a-multikulturalisme-yang-nyata Artikel Asmara Nababan]</ref>)
== Kematian ==
▲Menyadari ciri-ciri [[demokrasi]] ini, para pendiri KID memilih untuk mewadahi berlangsungnya suatu proses dialektika dinamis antara kedua elemen demokrasi itu.<ref name="Artikel"/> Suatu dialog kontekstual yang saling memperkaya antara keduanya dikelola dengan dada lapang.<ref name="Artikel"/> [[Demokrasi]] jenis ini dinamakan oleh KID sebagai [[demokrasi kontekstual]].<ref name="Artikel"/>
Asmara Nababan menghembuskan napas terakhir di rumah sakit Fuda, [[Guangzhou]], [[China]] pada [[20 Oktober]] [[2007
▲===Tentang Multikulturalisme===
{{lifetime|1946|2007|Nababan, Asmara}}
▲[[Multikulturalisme]]—didefinisikan secara umum oleh banyak kalangan sebagai sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok [[etnik]] atau [[budaya]] (''ethnic and cultural groups)'' dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip ''coexistence'' yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain—adalah sebuah tema yang relatif baru dibicarakan di negeri ini.<ref name="Artikel"/>
== Referensi ==▼
▲Sebagai sebuah tema, [[multikulturalisme]] dibicarakan umumnya dalam kerangka mengunjungi kembali (revisiting) dan menemukan kembali (reinventing) gagasan-gagasan yang lebih masuk akal tentang bagaimana sebuah masyarakat majemuk di Indonesia ini dapat dikembangkan dalam sebuah konsepsi masyarakat “warna-warni” yang tidak saja berciri partisipatoris namun juga emansipatoris.<ref name="Artikel"/>
▲Berbeda dengan [[pluralisme]] yang menekankan pada perbedaan ide, [[multikulturalisme]] berkenaan dengan kebedaan yang bersumber terutama pada identitas [[etnik]] dan [[agama]].<ref name="Artikel"/> Sebagai misal, orang bisa berasal dari [[etnik]] dan [[agama]] yang sama namun memiliki orientasi [[politik]] yang berbeda.<ref name="Artikel"/> Namun, sangat jelas bahwa di antara etnik dan penganut [[agama]] yang berbeda selalu dapat ditemukan identitas sosial dan budaya yang berbeda, dari yang sangat simbolik hingga yang sangat nyata.<ref name="Artikel"/> Identitas kelompok etnik dan agama, oleh karena itu, adalah sebuah entitas sosial dan budaya yang sering melampaui batas-batas kelas, [[gender]], dan [[ideologi politik]].<ref name="Artikel"/>
▲Asmara Nababan menghembuskan napas terakhir di rumah sakit Fuda, [[Guangzhou]], [[China]] pada [[20 Oktober]] [[2007]], bertepatan sebelum dengan hari [[sumpah pemuda]] pukul 12.30 waktu setempat, ia meninggal dunia akibat [[kanker paru-paru]] yang telah diderita selama setahun lebih.<ref name="Andreas"/> Asmara Nababan dimakankan di [[Pemakaman Tanah Kusir]], [[Jakarta Selatan]].<ref name="Andreas"/>
▲== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Tokoh hukum Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Pejuang HAM]]
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Batak|N]]
[[Kategori:Tokoh Batak Toba]]
[[Kategori:Marga Nababan|Asmara]]
[[Kategori:Tokoh Sumatera Utara]]
[[Kategori:Tokoh dari Tapanuli Utara]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
|