Tato Dayak Iban: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(27 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Tato Dayak Iban''' ([[Bahasa Iban|Iban]]: ''Pantang'') adalah seni ukir atau [[rajah]] tubuh yang menjadi bagian dari tradisi dan religi serta simbolisasi kehidupan suku [[suku Dayak Iban|Dayak Iban]] (Dayak Laut) — salah satu sub-suku Dayak yang mendiami Pulau [[Kalimantan]] (Borneo) terutama di wilayah [[Kalimantan Barat]] ([[Indonesia]]), [[Sabah]] dan [[Sarawak]] ([[Malaysia]]), dan [[Brunei Darussalam]]. Budaya [[Rajah|tato]] dalam masyarakat Dayak, termasuk Dayak Iban, merupakan tradisi nenek moyang yang telah diwariskan secara turun-temurun kira-kira sejak 1500–500 SM.<ref name=":5">{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=939|title=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|last=|first=|date=|website=Warisan Budaya Takbenda Indonesia|access-date=}}</ref><ref name=":0">{{Cite book|title=Inked : tattoos and body art around the world|url=https://www.worldcat.org/oclc/863192049|location=Santa Barbara, California|isbn=9781610690751|oclc=863192049|last=DeMello, Margo.}}</ref><ref name=":7" />
{{Sedang ditulis}}
 
Tato Dayak Iban merupakan salah satu tato tradisional di dunia yang masih bertahan hingga kini.<ref name=":1">{{Cite book|edition=Cet. 1|title=Tato|url=https://www.worldcat.org/oclc/70864613|publisher=LKiS|date=2006|location=Yogyakarta|isbn=9798451619|oclc=70864613|last=Olong, Hatib Abdul Kadir, 1980-}}</ref> Tahun 2010 tato Dayak Iban dari masyarakat Iban di wilayah Kecamatan Embaloh, Kabupaten [[Kabupaten Kapuas Hulu|Kapuas Hulu]], Provinsi [[Kalimantan Barat]], Indonesia, telah dicatatkan pada Dirjen Kebudayaan [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]] sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia]] dengan nomor registrasi 2010000939.<ref name=":5" />
'''Tato Dayak Iban''' adalah seni ukir/rajah tubuh yang menjadi bagian dari tradisi dan religi serta menjadi simbolisasi kehidupan [[Suku Dayak Iban]] (Dayak Laut) yang bermukim di wilayah [[Kalimantan Barat]], [[Indonesia]]. Budaya tato Dayak Iban merupakan tradisi nenek moyang yang diwariskan secara turun-temurun sejak ribuan tahun lalu.
 
Tahun 2010 tato Dayak Iban sebagai salah satu tato tradisional yang masih bertahan hingga kini telah dicatatkan pada Dirjen Kebudayaan [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]] sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia]] dengan nomor registrasi 2010000939.
 
== Sejarah ==
[[Rajah|Tato]] merupakan peradaban kuno yang lahir dari budaya tradisional masyarakat pedalaman.<ref name=":1" /> Di antara suku-suku bangsa di dunia yang memiliki budaya tato adalah suku [[Suku Indian|Indian]] ([[Amerika Serikat|Amerika]]), Maori ([[Selandia Baru]]), Rapa Nui ([[Pulau Paskah]]), dan Chin ([[Myanmar|Burma]]).<ref name=":1" /><ref name=":2">{{Cite journal|last=Eka Pradita|first=Marcellina|year=2013|title=Tato sebagai Sebuah Media Komunikasi Nonverbal Suku Dayak Bahau|url=|journal=eJournal Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Mulawarman|volume=1|issue=14|pages=|doi=}}</ref> Di Indonesia budaya tato dimiliki oleh [[suku Mentawai]] di [[Sumatera Barat]], suku Moi di [[Papua]], suku Bali, dan suku Dayak di Kalimantan.<ref name=":2" /><ref name=":3">{{Cite book|edition=Cet. 1|title=Identitas Dayak : komodifikasi dan politik kebudayaan|url=https://www.worldcat.org/oclc/60414695|publisher=LKiS|date=2004|location=Yogyakarta|isbn=9793381434|oclc=60414695|last=Maunati, Yekti.}}</ref>
Tato berasal dari budaya tradisional atau pedalaman yang lahir di berbagai tempat di dunia. Dari ratusan suku bangsa di Indonesia hanya beberapa yang diketahui memiliki budaya tato. Di antaranya adalah Suku Mentawai di Sumatera Barat, Suku Moi di Papua, dan beberapa rumpun suku Dayak di Kalimantan termasuk Suku Dayak Iban.
 
Budaya tato suku Dayak diduga berasal dari daratan Asia (Cina Selatan), daerah asal nenek moyang Suku Dayak.<ref name=":0" /><ref name=":1" /> Di Pulau Kalimantan imigran ras Proto Melayu ini melahirkan suku Dayak yang berkembang menjadi ratusan subsuku kecil. Meskipun memiliki akar yang sama setiap subsuku mengembangkan tradisi, adat istiadat, dan seni budaya dengan ciri khas masing-masing. Tidak semua memiliki budaya tato atau seni rajah tubuh.<ref name=":5" /><ref name=":7">{{Cite journal|last=Darmadi|first=Hamid|year=Desember 2016|title=Dayak, Asal-Usul dan Penyebarannya di Bumi Borneo|url=|journal=Sosial Horizon (Jurnal Pendidikan Sosial)|volume=3|issue=2|pages=322-340|doi=}}</ref><ref name=":3" />
 
Iban termasuk salah satu subsuku Dayak yang mengembangkan budaya tato selain Kenyah, Kayan, Bahau, Sa'ban, Ngaju, dan Bakumpai.<ref name=":0" /><ref name=":3" /> Masyarakat Iban, dalam bahasa ibunya, menyebut tato sebagai "uker" atau "pantang". Dibandingkan tato milik subsuku lain, seperti Dayak Kayan, ''pantang'' Iban cenderung "lebih kasar" atau berukuran lebih besar dan tidak terlalu rumit/detail.<ref name=":5" /><ref name=":0" /><ref name=":7" /><ref name=":1" />
 
== Motif tato ==
Sebagian besar [[Ragam hias|motif]] tato Dayak Iban (''pantang'' Iban) bernuansa natural dan mengambil bentuk tumbuhan (daun, bunga, dan buah) maupun hewan yang ada di alam.<ref name=":5" /><ref name=":4">{{Cite news|url=https://nasional.kompas.com/read/2011/10/08/03395956/Tato.Simbol.Diri.Orang.Dayak.Iban|title=Tato, Simbol Diri Orang Dayak Iban|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2019-04-18|editor-last=Multimedia|editor-first=Desk}}</ref> Motif tumbuhan, antara lain bunga terung, bunga jantung, buah andu, dan buah ''tengkawang/ngkabang''. Sementara motif hewan, misalnya ''ketam'', ''ketam itit'', ''remaung'', kala, ''gerama'', naba, dan burung lang. Ada juga motif tradisional khas ''pantang'' Iban, seperti ''uker degok'' (ukir ''degug'' atau ukir/''pantang rekong''), ''pantang pah'', ''pala tumpa'', dan ''kelingai''.<ref name=":5" /><ref name=":4" />
 
Adopsi bentuk-bentuk alami pada ''pantang'' Iban memberi gambaran kedekatan suku Dayak Iban dengan alam. Kehidupan masyarakat Dayak Iban tidak dapat dipisahkan dari alam sekitarnya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber kehidupan mereka.<ref name=":4" /><ref>{{Cite journal|last=Fakhri|first=Muhammad|last2=Franz La Kahija|first2=Yohanis|year=April 2015|title=Menelusuri Kehidupan Pantang Iban: Gambaran Psikologis Manusia Berbudaya Tato Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis|url=|journal=Jurnal Empati Fakultas Psikologi Undip|volume=4|issue=2|pages=51-57|doi=}}</ref>
 
== Makna Tatodan Dayak Ibanfungsi ==
Sebagai bagian dari tradisi dan religi, tato dalam masyarakat Dayak, termasuk Dayak Iban, dianggap sakral karena bermakna spiritual.<ref name=":5" /><ref name=":0" /><ref name=":4" /> Orang Iban bahkan meyakini bila pemilik tato meninggal, warna tatonya akan berubah keemasan lalu menjadi penerang/penuntun jiwanya untuk menemukan jalan ke surga.<ref name=":0" />
 
Bagi orang Iban, setiap tato juga mengandung nilai-nilai luhur sekaligus berfungsi sebagai [[simbol]]. Tato menunjukkan [[identitas]] manusia serta hubungannya dengan Tuhan, sesama, dan alam semesta. Secara intern ''pantang'' Iban melambangkan status sosial, prestise, dan/atau bentuk penghargaan atas suatu kemampuan.<ref name=":0" /><ref name=":3" /> Tato juga menjadi pengingat atas pengalaman atau perjalanan yang pernah dilakukan. Secara luas ''pantang'' Iban menjadi salah satu identitas kesukuan yang memungkinkan sesama orang Iban saling mengenal sekaligus membedakannya dengan subsuku Dayak lain atau suku-suku bertato di luar Dayak.<ref name=":3" /><ref name=":4" />
 
Oleh karena itu, pemilihan motif tato dan penempatannya pada tubuh tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, sebaliknya harus mengikuti aturan. Penerapan tato untuk laki-laki berbeda dengan perempuan karena makna dan arti setiap motif ''pantang'' Iban juga berbeda untuk keduanya. Sebagai contoh, dahulu pada masa maraknya perang antarsuku, laki-laki Iban yang turut ''mengayau'' (ritual memenggal kepala musuh) berhak mengukir motif ''tegulun'' pada buku-buku jarinya. Sementara, tato pada jemari perempuan Iban menunjukkan penguasaannya atas suatu keterampilan, seperti [[menenun]], menari, dan menyanyi.<ref name=":0" /><ref name=":4" /><ref>{{Cite web|url=http://newsbalikpapan.com/seni-tattoo-dayak-budaya-yang-terlupakan.html|title=Seni Tattoo Dayak, Budaya Yang Terlupakan|date=2018-01-14|website=News Balikpapan|language=en-US|access-date=2019-04-20}}</ref><ref name=":6">{{Cite web|url=https://www.thejakartapost.com/news/2014/04/30/indigenous-ink-iban-pride.html|title=Indigenous ink Iban pride|last=Post|first=The Jakarta|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2019-04-18}}</ref>
 
Motif bunga [[terung]] yang dirajah pada bahu/pundak kaum laki-laki Iban merupakan simbol kedewasaan, keberanian, dan kekuatan atau kejantanan. Sementara motif ''uker degok'' yang berbentuk bulat memanjang dirajah dari pangkal leher bagan depan hingga bagian bawah dagu merupakan identitas orang Iban. Tato juga dapat menunjukkan bahwa si empunya sudah merantau ke luar daerah atau ke luar negeri; motif ''pala tumpa'' yang dirajah pada lengan kaum perempuan menunjukkan statusnya. Berbagai bentuk alami dan motif tradisional lain juga dipercaya menjadi pralambang suatu kekuatan. Misalnya, buah tengkawang melambangkan kekuatan [[magis]].<ref name=":0" /><ref name=":4" /><ref name=":6" />
 
== Proses pembuatan ==
DalamAlat yang digunakan untuk menusuk kulit ari dalam proses merajah tubuh orang-orang Dayak Iban menggunakan jarum tradisional berupaatau [[duri]] darisemak semakatau pohon tertentu, yangmisalnya duri pohon jeruk. Satu atau beberapa jarum/duri dijepit dengan "pelaik", yaitu semacam kayu kecil yang dibelah ujungnya. Sementara itu pemukulnya dibuat dari sebatang [[rotan]] atau kayu.<ref name=":5" /><ref name=":0" /><ref name=":4" />
 
"[[Tinta]]" atau pewarna rajah dibuat dari [[jelaga]] asap lampu/pelita atau arang [[Damar (pohon)|damar]] yang berwarna hitam. Tato Dayak Iban memang didominasi warna hitam.<ref name=":1" /> Untuk mendapatkan warna hitam yang pekat, jelaga atau arang damar dicampur air [[tebu]]<ref name=":0" /><ref name=":4" /> atau [[lemak babi]].<ref name=":0" /><ref name=":1" /> Campuran tersebut dikeringkan hingga mengkristal dan dapat dicairkan lagi bila hendak digunakan.<ref name=":4" />
Konon, budaya tato suku Dayak Iban dibawa dari daratan Asia, tepatnya di wilayah Yunnan, Cina Selatan, yang merupakan daerah asal nenek moyang Suku Dayak (Daya) . Nenek moyang Suku Dayak menyebar ke berbagai wilayah Borneo atau Pulau Kalimantan (termasuk Sarawak, Brunei dan Tawau Sabah, Malaysia) dan berkembang menjadi ratusan subsuku dengan kekhasan adat istiadat serta seni budaya, termasuk seni rajah tubuh.
 
Pembuatan ''pantang'' Iban secara [[tradisi]]onal menggunakan metode ketukan/pukulan tangan (''hand tappin''g).<ref name=":6" /> Sejumlah jarum atau duri yang dijepit dengan pelaik dicelupkan ke dalam "pewarna" lalu secara perlahan dipukul-pukulkan ke permukaan kulit sesuai motif yang tergambar. Luka karena jarum/duri akan menjadi koreng; dan setelah kering akan tampaklah motif tato berwarna hitam.<ref name=":0" /><ref name=":4" /><ref name=":6" />
Suku Dayak Iban atau Suku Iban menyebut seni tato sebagai "uker" atau "pantang" (dalam bahasa Iban). Dibandingkan tato beberapa Suku Dayak lain, seperti Suku Dayak Kayan, tato karya Suku Dayak Iban cenderung "lebih kasar" atau berukuran besar-besar dan kurang detail.
 
Pembuatan ''pantang'' Iban secara tradisional memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan penatoan dengan mesin. Waktu pembuatan juga dipengaruhi ukuran dan tingkat kerumitan motif. Misalnya, satu motif sederhana dapat selesai dalam waktu sekitar dua jam.<ref name=":1" /><ref name=":6" />
== Makna Tato Dayak Iban ==
Motif tradisional tato Dayak Iban mengambil bentuk tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitarnya. Motif tumbuhan, antara lain bunga terung, bunga jantung, buah andu, dan buah engkabang. Sementara motif binatang antara lain ketam, ketam itit, remaung, kala, gerama, naba, dan burung lang. Ada juga motif khas Dayak Iban seperti uker degok/pantang rekong, pantang pah, pala tumpa, dan kelingai.
 
Rasa sakit akibat proses penatoan berbeda untuk setiap orang; dan tidak ada ramuan apa pun yang diberikan untuk mengatasi rasa sakit. Orang yang baru pertama kali ditato basanya mengalami [[demam]] akibat luka tato. Orang Iban harus memiliki cukup keberanian untuk merajah tubuhnya.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
Adopsi bentuk-bentuk alami pada pantang Iban memberi gambaran bahwa hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari alam. Bentuk-bentuk alami dan berbagai motif tradisional lain juga dipercaya menjadi pralambang suatu kekuatan. Misalnya, buah engkabang melambangkan kekuatan magis.
 
== Seniman ==
Pemilihan motif tato dan penempatannya pada tubuh tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, sebaliknya harus mengikuti suatu aturan. Seperti diketahui bagi Suku Dayak, termasuk Dayak Iban, tato adalah bagian dari religi serta tradisi yang dianggap sakral. Orang Iban bahkan meyakini bila pemilik tato meninggal, tatonya akan berubah warna menjadi emas dan akan menerangi serta menuntun jiwanya untuk menemukan jalan ke surga.
Herpianto Hendra adalah seorang seniman tato keturunan Dayak Iban yang tinggal dan berkarya di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]].<ref name=":6" />
== Lihat juga ==
*[[Tato Dayak Kenyah]]
 
== Referensi ==
Setiap tato juga memiliki makna atau nila-nilai simbolisasi tertentu. Di dalam lingkungan intern Suku Iban, tato melambangkan status sosial atau sebagai bentuk penghargaan atas kemampuan tertentu pemilik tato. Sebagai contoh, motif bunga terung yang dirajah pada bahu/pundak seorang laki-laki melambangkan kekuatan; motif uker degok yang dirajah pada leher menunjukkan bahwa si empunya tato sudah merantau ke luar daerah atau ke luar negeri; motif pala tumpa yang ditatokan pada lengan kaum perempuan menunjukkan statusnya.
<references />
 
== ProsesPranala Pembuatan Tatoluar ==
Dalam proses merajah tubuh orang-orang Dayak Iban menggunakan jarum tradisional berupa duri dari semak pohon tertentu yang dijepit dengan pelaik, yaitu semacam kayu kecil yang dibelah ujungnya. Sementara itu pemukulnya dibuat dari rotan atau kayu.
 
* [https://www.larskrutak.com/in-the-realm-of-spirits-traditional-dayak-tattoo-in-borneo/ In the Realm of Spirits Traditional Dayak Tatto in Borneo]
Suku Dayak Iban hanya menerapkan warna hitam alami untuk merajah tubuhnya. Bahan alami berwarna hitam tersebut adalah jelaga asap lampu/pelita atau arang damar yang dicampur dengan perasan tebu (air gula) agar menjadi lebih pekat.
* [https://www.unchartedbackpacker.com/getting-hand-tapped-dayak-tattoo-borneo/ Getting Hand Tapped Dayak Tattoo Borneo]
 
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
Waktu yang dibutuhkan untuk mengukir tato Suku Iban relatif tidak terlalu lama. Satu motif sederhana dapat selesai dalam waktu sekitar dua jam. Orang yang ditato tidak diberi ramuan apa pun untuk mengantisipasi rasa sakit.
[[Kategori:Budaya Kalimantan]]