Tato Dayak Iban: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
hapus template |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(23 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Tato Dayak Iban''' ([[Bahasa Iban|Iban]]: ''Pantang'') adalah seni ukir
Tato Dayak Iban merupakan salah satu tato tradisional di dunia yang masih bertahan hingga kini.<ref name=":1">{{Cite book|edition=Cet. 1|title=Tato|url=https://www.worldcat.org/oclc/70864613|publisher=LKiS|date=2006|location=Yogyakarta|isbn=9798451619|oclc=70864613|last=Olong, Hatib Abdul Kadir, 1980-}}</ref> Tahun 2010 tato Dayak Iban dari masyarakat Iban di wilayah Kecamatan Embaloh, Kabupaten [[Kabupaten Kapuas Hulu|Kapuas Hulu]], Provinsi [[Kalimantan Barat]], Indonesia, telah dicatatkan pada Dirjen Kebudayaan [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]] sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia]] dengan nomor registrasi 2010000939.<ref name=":5" />
== Sejarah ==
[[Rajah|Tato]] merupakan peradaban kuno yang lahir dari budaya tradisional masyarakat pedalaman.<ref name=":1" /> Di antara suku-suku bangsa di dunia yang memiliki budaya tato adalah suku [[Suku Indian|Indian]] ([[Amerika Serikat|Amerika]]), Maori ([[Selandia Baru]]), Rapa Nui ([[Pulau Paskah]]), dan Chin ([[Myanmar|Burma]]).<ref name=":1" /><ref name=":2">{{Cite journal|last=Eka Pradita|first=Marcellina|year=2013|title=Tato sebagai Sebuah Media Komunikasi Nonverbal Suku Dayak Bahau|url=|journal=eJournal Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Mulawarman|volume=1|issue=14|pages=|doi=}}</ref> Di Indonesia budaya tato dimiliki oleh [[suku Mentawai]] di [[
Budaya tato suku Dayak diduga berasal dari daratan Asia (Cina Selatan), daerah asal nenek moyang Suku Dayak.<ref name=":0" /><ref name=":1" /> Di Pulau Kalimantan imigran ras Proto Melayu ini melahirkan
Iban termasuk salah satu subsuku Dayak yang mengembangkan budaya tato selain Kenyah, Kayan, Bahau, Sa'ban, Ngaju, dan Bakumpai.<ref name=":0" /><ref name=":3" /> Masyarakat Iban, dalam bahasa ibunya, menyebut tato sebagai "uker" atau "pantang". Dibandingkan tato milik subsuku lain, seperti Dayak Kayan, ''pantang'' Iban cenderung "lebih kasar" atau berukuran lebih besar dan tidak terlalu rumit/detail.<ref name=":5" /><ref name=":0" /><ref name=":
== Motif
Sebagian besar [[Ragam hias|motif]] tato Dayak Iban (''pantang'' Iban) bernuansa natural dan mengambil bentuk tumbuhan (daun, bunga, dan buah) maupun hewan yang ada di alam.<ref name=":5" /><ref name=":4">{{Cite
Adopsi bentuk-bentuk alami pada ''pantang'' Iban memberi gambaran kedekatan suku Dayak Iban dengan alam. Kehidupan masyarakat Dayak Iban tidak dapat dipisahkan dari alam sekitarnya sebagai tempat tinggal sekaligus sumber kehidupan mereka.<ref name=":4" /><ref>{{Cite journal|last=Fakhri|first=Muhammad|last2=Franz La Kahija|first2=Yohanis|year=April 2015|title=Menelusuri Kehidupan Pantang Iban: Gambaran Psikologis Manusia Berbudaya Tato Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis|url=|journal=Jurnal Empati Fakultas Psikologi Undip|volume=4|issue=2|pages=51-57|doi=}}</ref>
== Makna dan
Sebagai bagian dari tradisi dan religi, tato dalam masyarakat Dayak, termasuk Dayak Iban, dianggap sakral karena bermakna spiritual.<ref name=":5" /><ref name=":0" /><ref name=":4" /> Orang Iban bahkan meyakini bila pemilik tato meninggal, warna tatonya akan berubah keemasan lalu menjadi penerang/penuntun jiwanya untuk menemukan jalan ke surga.<ref name=":0" />
Bagi orang Iban, setiap tato juga mengandung nilai-nilai luhur sekaligus berfungsi sebagai [[simbol]]. Tato menunjukkan [[identitas]] manusia serta hubungannya dengan Tuhan, sesama, dan alam semesta. Secara intern ''pantang'' Iban melambangkan status sosial, prestise, dan/atau bentuk penghargaan atas suatu kemampuan.<ref name=":0" /><ref name=":3" /> Tato juga menjadi pengingat atas pengalaman atau perjalanan yang pernah dilakukan. Secara luas ''pantang'' Iban menjadi salah satu identitas kesukuan yang memungkinkan sesama orang Iban saling mengenal sekaligus membedakannya dengan subsuku Dayak lain atau suku-suku bertato di luar Dayak.<ref name=":3" /><ref name=":4" />
Oleh karena itu, pemilihan motif tato dan penempatannya pada tubuh tidak dapat dilakukan secara asal-asalan, sebaliknya harus mengikuti aturan. Penerapan tato untuk laki-laki berbeda dengan perempuan karena makna dan arti setiap motif ''pantang'' Iban juga berbeda untuk keduanya. Sebagai contoh, dahulu pada masa maraknya perang antarsuku, laki-laki Iban yang turut ''mengayau'' (ritual memenggal kepala musuh) berhak mengukir motif ''tegulun'' pada buku-buku jarinya. Sementara, tato pada jemari perempuan Iban menunjukkan penguasaannya atas suatu keterampilan, seperti [[menenun]], menari, dan menyanyi.<ref name=":0" /><ref name=":4" /><ref>{{Cite web|url=http://newsbalikpapan.com/seni-tattoo-dayak-budaya-yang-terlupakan.html|title=Seni Tattoo Dayak, Budaya Yang Terlupakan|date=2018-01-14|website=News Balikpapan|language=en-US|access-date=2019-04-20}}</ref><ref name=":6">{{Cite web|url=https://www.thejakartapost.com/news/2014/04/30/indigenous-ink-iban-pride.html|title=Indigenous ink Iban pride|last=Post|first=The Jakarta|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2019-04-18}}</ref>
Motif bunga [[terung]] yang dirajah pada bahu/pundak kaum laki-laki Iban merupakan simbol kedewasaan, keberanian, dan kekuatan atau kejantanan. Sementara motif ''uker degok'' yang berbentuk bulat memanjang dirajah dari pangkal leher bagan depan hingga bagian bawah dagu merupakan identitas orang Iban. Tato juga dapat menunjukkan bahwa si empunya sudah merantau ke luar daerah atau ke luar negeri; motif ''pala tumpa'' yang dirajah pada lengan kaum perempuan menunjukkan statusnya. Berbagai bentuk alami dan motif tradisional lain juga dipercaya menjadi pralambang suatu kekuatan. Misalnya, buah tengkawang melambangkan kekuatan [[magis]].<ref name=":0" /><ref name=":4" /><ref name=":6" />
== Proses
Alat yang digunakan untuk menusuk kulit ari dalam proses merajah tubuh orang Iban menggunakan jarum atau [[duri]] semak atau pohon tertentu, misalnya duri pohon jeruk. Satu atau beberapa jarum/duri dijepit dengan "pelaik", yaitu semacam kayu kecil yang dibelah ujungnya. Sementara pemukulnya dibuat dari sebatang [[rotan]] atau kayu.<ref name=":5" /><ref name=":0" /><ref name=":4" />
"[[Tinta]]" atau pewarna rajah dibuat dari [[jelaga]] asap lampu/pelita atau arang [[Damar (pohon)|damar]] yang berwarna hitam. Tato Dayak Iban memang didominasi warna hitam.<ref name=":1" /> Untuk mendapatkan warna hitam yang pekat, jelaga atau arang damar dicampur air [[tebu]]<ref name=":0" /><ref name=":4" /> atau [[lemak babi]].<ref name=":0" /><ref name=":1" />
Pembuatan ''pantang'' Iban secara [[
Pembuatan ''pantang'' Iban secara tradisional memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan penatoan dengan mesin. Waktu pembuatan juga dipengaruhi ukuran dan tingkat kerumitan motif. Misalnya, satu motif sederhana dapat selesai dalam waktu sekitar dua jam.<ref name=":1" /><ref name=":6" />
Rasa sakit akibat proses penatoan berbeda untuk setiap orang; dan tidak ada ramuan apa pun yang diberikan untuk mengatasi rasa sakit. Orang yang baru pertama kali ditato basanya mengalami [[demam]] akibat luka tato. Orang Iban harus memiliki cukup keberanian untuk merajah tubuhnya.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
== Seniman
Herpianto Hendra adalah
== Lihat juga ==
*[[Tato Dayak Kenyah]]
== Referensi ==
<references />
== Pranala
* [https://www.larskrutak.com/in-the-realm-of-spirits-traditional-dayak-tattoo-in-borneo/ In the Realm of Spirits Traditional Dayak Tatto in Borneo]
* [https://www.unchartedbackpacker.com/getting-hand-tapped-dayak-tattoo-borneo/ Getting Hand Tapped Dayak Tattoo Borneo]
[[Kategori:
[[Kategori:
|