Tenggelamnya Kapal Van der Wijck: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
|||
(77 revisi perantara oleh 34 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{about|novel|film yang berdasarkan novel ini|Tenggelamnya Kapal van der Wijck (film)}}
{{Spoken Wikipedia|Wini_Silfiani_-_Tenggelamnya_Kapal_Van_Der_Wijck.ogg|date=17 Agustus 2022}}
{{Infobox book <!-- See Wikipedia:WikiProject Novels or Wikipedia:WikiProject Books -->
| name = Tenggelamnya Kapal van der Wijck
| title_orig =
| translator =
| image =
| image_caption =
| author = [[Hamka]]
| cover_artist =
| country = [[Indonesia]]
| language = [[Bahasa Indonesia]], [[bahasa Melayu|Melayu]]
| series =
| genre = Novel
| publisher = <small>(lihat [[#Rilis dan penerimaan|di bawah]])</small>
| release_date = 1938
| media_type =
| pages = 224 (cetakan ke-22)
| isbn = 978-979-418-055-6 (cetakan ke-22)
Baris 22 ⟶ 24:
| followed_by =
}}
'''''Tenggelamnja Kapal van der Wijck''''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]:
Diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, ''Tenggelamnya Kapal van der Wijck'' terus mengalami pencetakan ulang sampai sekarang. Novel ini juga diterbitkan dalam [[bahasa Melayu]] sejak tahun 1963 dan telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di [[Indonesia]] dan [[Malaysia]].
== Latar belakang ==
[[Berkas:Abdul Malik Karim Amrullah, Pekan Buku Indonesia 1954, p217.jpg|125px|ka|jmpl|[[Haji Abdul Malik Karim Amrullah]], penulis novel]]
[[Hamka|Haji Abdul Malik Karim Amrullah]], lebih dikenal dengan singkatan Hamka, adalah Muslim asal [[Minangkabau]] yang dibesarkan dalam kalangan keluarga yang taat beragama. Ia memandang tradisi yang ada dalam masyarakat di sekitarnya sebagai penghambat kemajuan agama, sebagaimana pandangan ayahnya, [[Abdul Karim Amrullah]].{{sfn|Siregar|1964|p=60}}{{sfn|Teeuw|1980|p=104}} Setelah melakukan perjalanan ke [[Jawa]] dan [[Mekkah]] sejak berusia 16 tahun untuk menimba ilmu, ia mulai bekerja sebagai guru agama di [[Deli]], [[Sumatera Utara]] sekarang, lalu di [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]].{{sfn|Siregar|1964|p=61}} Dalam perjalanan ini, terutama saat di [[Timur Tengah]], Hamka banyak membaca karya dari ahli dan penulis Islam, termasuk karya penulis asal Mesir [[Mustafa Lutfi al-Manfaluti]]{{sfn|Jassin|1985|p=46}} hingga karya sastrawan Eropa yang telah diterjemahkan ke dalam [[bahasa Arab]].{{sfn|Jassin|1985|p=47}} Pada tahun 1935, Hamka meninggalkan Makassar untuk pergi ke [[Medan]], [[Sumatera Utara]]. Di Medan, Hamka menerima permintaan untuk menjadi pemimpin majalah Islam mingguan ''Pedoman Masjarakat'', dalam majalah tersebut untuk pertama kalinya nama pena Hamka diperkenalkan.{{sfn|Teeuw|1980|p=104}} Di Medan, Hamka juga menulis ''Van der Wijck''; karya yang diilhami sebagian dari tenggelamnya suatu kapal pada tahun 1936.{{sfn|Tempo 2008, Hamka Menggebrak Tradisi}}▼
{{utama|Haji Abdul Malik Karim Amrullah}}
▲[[
{{clear}}
==
Perdebatan mengenai harta warisan antara Pendekar Sutan dengan mamaknya berujung pada kematian. Pendekar Sutan diasingkan dari [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]] ke [[Cilacap]] selama dua belas tahun karena membunuh mamaknya. Setelah bebas, Pendekar Sutan memilih menetap di [[Makassar]] dan menikah dengan Daeng Habibah. Akan tetapi, setelah memperoleh seorang anak bernama Zainuddin, Daeng Habibah meninggal dan, tak lama setelah itu, Zainuddin menjadi yatim piatu.
Ketika beranjak remaja, Zainuddin meminta izin kepada pengasuhnya, Mak Base untuk berangkat ke [[Minangkabau]]; ia telah lama ingin menjumpai tanah asal ayahnya di Batipuh. Namun, kedatangan Zainuddin tidak mendapatkan sambutan baik di tengah-tengah masyarakat yang menarik struktur kekerabatan dari ibu. Ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau karena, meskipun berayah Minang, ibunya berasal dari [[Bugis]]. Akibatnya, ia merasa terasing dan melalui surat-surat ia kerap mencurahkan kesedihannya kepada Hayati, perempuan keturunan bangsawan Minang yang prihatin terhadapnya.
Setelah Zainuddin dan Hayati sama-sama mulai jatuh cinta, Zainuddin memutuskan pindah ke [[Padang Panjang]] karena mamak Hayati memintanya untuk keluar dari Batipuh. Sebelum berpisah, Hayati sempat berjanji kepada Zainuddin untuk selalu setia. Sewaktu Hayati berkunjung ke Padang Panjang karena hendak menjumpai Zainuddin, Hayati menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Namun, sekembali dari Padang Panjang, Hayati dihadapkan oleh permintaan keluarganya yang telah sepakat untuk menerima pinangan Azis, kakak Khadijah. Keluarga Hayati lebih menyukai Aziz, yang murni keturunan Minang dan berasal dari keluarga terpandang, ketimbang Zainuddin. Meskipun masih mencintai Zainuddin, Hayati akhirnya terpaksa menerima dinikahkan dengan Aziz.
Mengetahui Hayati telah menikah dan mengkhianati janjinya, Zainuddin yang sempat berputus asa pergi ke [[Jawa]] bersama temannya, Muluk, tinggal pertama kali di [[Batavia]] sebelum akhirnya pindah ke [[Surabaya]]. Di perantauan, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal. Pada saat yang sama, Aziz juga pindah ke Surabaya bersama Hayati karena alasan pekerjaan, tetapi rumah tangga mereka akhirnya menjadi berantakan. Setelah Aziz dipecat, mereka menumpang ke rumah Zainuddin, tetapi Aziz lalu bunuh diri dan dalam sepucuk surat ia berpesan agar Zainuddin menjaga Hayati. Namun, Zainuddin tidak memaafkan kesalahan Hayati. Hayati akhirnya disuruh pulang ke Batipuh dengan menaiki kapal ''van der Wijck''. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam, dan setelah Zainuddin mendengar berita itu ia langsung menuju sebuah rumah sakit di [[Tuban]]. Sebelum kapal tenggelam, Muluk yang menyesali sikap Zainuddin memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. Namun, tidak lama setelah Zainuddin datang, Hayati meninggal. Sepeninggal Hayati, Zainuddin menjadi sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal. Jasadnya dimakamkan di dekat pusara Hayati.
== Tema ==
Seperti novel Hamka sebelumnya, ''[[Di Bawah Lindungan Ka'bah (novel)|Di Bawah Lindungan Ka'bah]]'', ''
Hamka melalui simbol Zainuddin mempertanyakan ketimpangan adat Minangkabau yang menganut sistem matrilineal. Meskipun seorang anak berayah orang Minangkabau, jika suku ibunya bukan Minangkabau, maka ia adalah orang lain. Selain itu, Hamka mengkritik adat Minangkabau yang tidak memberikan tempat pada laki-laki dalam struktur keluarga. Adat Minangkabau yang menempatkan perempuan sebagai pewaris harta dalam keturunannya membuat laki-laki termarginalkan. Hamka menulis, sangatlah malang bagi seorang laki-laki jika tidak mempunyai saudara perempuan karena membuat harta warisan kedua orangtuanya akan diurus oleh ''mamak'', saudara laki-laki dari keluarga ibu.{{fact}}
Hayati mewakili potret perempuan Minangkabau yang harus tunduk pada struktur adat, meskipun harus berjuang keras melawan keinginannya sendiri. Aziz adalah simbol kewibawaan tetapi berperilaku buruk. Keluarga Hayati menerima lamaran Aziz untuk meminang Hayati dan menolak lamaran Zainuddin karena Zainuddin dianggap tidak punya adat dan suku, meskipun memiliki perilaku yang baik.{{fact}}
== Rilis dan penerimaan ==
''
Setelah mendapat sambutan yang hangat itu, Hamka memutuskan untuk menerbitkan ''
Kritikus sastra Indonesia beraliran sosialis, [[Bakri Siregar]] menyebut ''
=== Tuduhan
Pada bulan September 1962, Abdullan S.P.—nama
Ahli dokumentasi sastra [[H.B. Jassin]], yang membandingkan kedua karya itu dengan menggunakan terjemahan ''Sous les Tilleuls'' berbahasa Indonesia yang diberi judul ''Magdalena'', menulis bahwa novel ini tidaklah mungkin
== Keterangan ==
Baris 62 ⟶ 73:
;Daftar pustaka
{{refbegin|colwidth=30em}}
* {{cite news
|dead-url=no
}}
* {{cite book
}}
* {{cite book
}}
* {{cite book
}}
* {{cite book
}}
* {{cite book
|author-link = A. Teeuw
|year = 1980
| }}
* {{cite news
|url=http://oase.kompas.com/read/2012/03/20/21431130/Palagan.Hamka.dan.Lentera.Pram
|date=20 Maret 2012
|accessdate=12 Juni 2012
|title=Palagan Hamka dan Lentera "Pram"
|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]
|location=Jakarta
|ref={{SfnRef|Kompas 2012, Palagan Hamka}}
|archive-date=2012-03-24
|archive-url=https://web.archive.org/web/20120324172348/http://oase.kompas.com/read/2012/03/20/21431130/Palagan.Hamka.dan.Lentera.Pram
|dead-url=yes
}}
{{refend}}
{{Hamka}}
[[Kategori:Novel tahun 1938]]
[[Kategori:Novel oleh Hamka]]
[[Kategori:
[[Kategori:Novel Balai
|