Jahja Datoek Kajo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(13 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|name = Jahja Datoek Kajo
|image = Jahja Datoek Kajo.jpg
|imagesize = 234px
|alt =
|caption =
|birth_name =
|birth_date = {{Birth date|1874|8|1}}
|birth_place = {{negara|Holland}} [[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto GadangKotogadang]], [[Luhak Agam|Agam]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1942|11|9|1874|8|1}}
|death_place =
|nationality = {{negara|Pagaruyung}} [[Orang Minang|Minangkabau]]
|other_names =
|alma_mater =
Baris 18:
|religion = [[Islam]]
|spouse = Basiah{{br}}Rusiah{{br}}{{marriage|Syahrizan|20 March 1924}}<ref name=kg>https://books.google.co.id/books?id=CgdnDwAAQBAJ&pg=PA261</ref>
|children = 21, termasuk [[Daan Jahja]], [[Akhiroel Yahya|Akhirul Yahya]], AinsyahJamalus Yahya<ref name=kg/>
|parents = Pinggir Bandaharo Koeniang (ayah) dan Bani (ibu)
}}
 
'''Jahja Datoek Kajo''' ([[EYD]]: ''Yahya Datuk Kayo'', {{lahirmati|[[Koto Gadang, IV Koto, Agam|Koto Gadang]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[SumatraSumatera Barat]]|1|8|1874||9|11|1942}}) adalah seorang anggota [[Volksraad]], semacam dewan perwakilan rakyat pada masa [[Hindia Belanda]]. Putranya, [[Daan Jahja]], kemudian menjadi pejabat gubernur militer [[Jakarta]] pada tahun 1950. SelainPutra itulainnya, yakni [[Jamalus Yahya]] dan putranya [[Akhiroel Yahya|Akhirul Yahya]], kemudianmasing-masing menjadi Walikepala Kotadaerah Padangdi periodeSumatera 1967–1971Barat.
 
== Masa kecil ==
Baris 32:
Tahun 1888, Jahja magang pada kantor residen Padang Darat untuk lebih banyak mengenal dari dekat birokrasi pemerintahan kolonial [[Hindia Belanda]]. Tahun 1892-1895, Jahja bekerja sebagai juru tulis magang di kantor kontrolir Agam Tua. Tanggal 11 Mei 1895, Jahja mendapat gelar Datoek Kajo dan dipilih menjadi Tuanku Laras Empat Koto.
 
Pada tahun 1908, pajak (''belasting'') mulai diberlakukan di SumatraSumatera Barat. Kejadian pada 2 Juli 1908 sangat memukul Jahja, dimana ia melihat anak negerinya dibantai oleh militer Belanda karena menentang untuk melakukan pembayaran pajak. Pada tahun 1919, kejadian yang disebut "Tragedi Paladangan" ini ditulis dan dilaporkannya kepada atasan. Sejak itu, Jahja menjadi geram terhadap militer Belanda.
 
Tahun 1913, Jahja ditugaskan merangkap jabatan, yaitu sebagai Kepala Laras Banuhampu. Kariernya cepat melesat, pada tahun 1914 dia dipercaya menjadi demang Bukittinggi. Karena tidak sepaham dengan atasannya dalam berbagai hal, Jahja diminta pindah dan menjadi demang [[Payakumbuh]] (1915-1918), [[Padang Panjang]] (1919-1928), kemudian Air Bangis (1928-1929).
Baris 49:
{{Reflist}}
==Bibliografi==
* Azizah Etek, Mursjid A.M., Arfan B.R., Koto Gadang Masa Kolonial, LKiS, 2007, ISBN 979-1283-29-xX
* Azizah Etek, Mursyid A.M, dan Arfan B.R. Kelah Sang Demang, Jahja Datoek Kajo, Pidato Otokritik di Volksraad 1927 - 1939. LKiS, 2008, ISBN 979-1283-58-3
 
Baris 55:
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:TokohNinik Mamak Minangkabau]]
[[Kategori:Politikus Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
[[Kategori:Keturunan Koto Gadang]]