Kerajaan Siguntur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
Baris 43:
Dalam kompleks [[Masjid Siguntur]] terdapat [[makam Raja-raja Siguntur]] yang terdapat di sebelah utara bangunan [[masjid]].<ref name=":2">{{Cite web|last=bpcbsumbar|date=2017-04-06|title=Pesona Makam Raja-Raja Siguntur, Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/pesona-makam-raja-raja-siguntur-dharmasraya-provinsi-sumatera-barat/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat|language=en-US|access-date=2020-08-22}}</ref> Kompleks makam berdenah segi lima dengan ukuran panjang yang berbeda. [[Makam]] dibuat sangat sederhana, hanya ditandai dengan nisan dan jirat dari bata dan [[batu]]. Dari sekian banyak makam hanya enam makam yang diketahui, yaitu makam Sri Maharaja Diraja Ibnu bergelar Sultan Muhammad Syah bin Sora, Sultan Abdul Jalil bin Sultan Muhammad Syah Tuangku Bagindo Ratu II, Sultan Abdul Kadire Tuangku Bagindo Ratu III, Sultan Amirudin Tuangku Bagindo Ratu IV, Sultan Ali Akbar Tuangku Bagindo V, dan Sultan Abu Bakar Tuangku Bagindo Ratu VI.<ref name=":2" />
 
Pada tahun 1957 telah dilakukan rehabilitasi lantai masjid dari papan menjadi plesteran [[semen]] oleh ahli waris dan masyarakat setempat. Kegiatan studi kelayakan terhadap Rumah Adat dan Masjid Siguntur dilaksanakan pada tahun 1991/1992 oleh Bagian Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala [[Sumatera Barat]], Kanwil Depdikbud Provinsi SumatraSumatera Barat. Masjid Siguntur dipugar dengan kegiatan antara lain: pembongkaran atap beserta rangkanya, tiang, pondasi, dinding, dan lantai. Kemudian pemasangan kembali yang baru. Pekerjaan lainnya yaitu pembongkaran pintu dan jendela, pembuatan selasar, pagar beton, pagar kawat berduri, serta pintu besi. Terakhir pengecatan rangka atap dinding, pintu, jendela, dan pagar tembok.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=PENETAPAN RUMAH GADANG KERAJAAN SIGUNTUR SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/wp-content/|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id|access-date=2020-08-22}}</ref>
 
== Dharmasraya dan kerajaan-kerajaan penerus ==
Baris 53:
Kerajaan Siguntur ini menyisakan sebuah jenis tarian yang disebut ''tari toga'' (tari larangan), sebuah tarian yang mirip dengan tarian Melayu dan tarian Minang. Tari toga menjadi tari resmi kerajaan dan ditampilkan pada upacara penobatan raja (''batagak gala''), pesta perkawinan keluarga raja, upacara turun mandi anak raja, perayaan kemenangan pertempuran, dan [[gelanggang]] mencari jodoh putri raja. Pada saat [[Belanda]] berhasil masuk ke Siguntur pada tahun 1908, raja-raja di Siguntur dan sekitarnya terpaksa mengakui kedaulatan [[Hindia Belanda]] yang menyebabkan raja kehilangan kedaulatannya. Banyak benda kerajaan yang diambil oleh orang Belanda, termasuk tambo (riwayat kerajaan yang tertulis) dan aktivitas [[Seni|kesenian]] kerajaan, termasuk [[tari toga]].<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
Semenjak keberadaan Belanda tersebut, tari toga sudah tidak dipertunjukkan lagi. Para [[Tari|penari]] dan [[pedendang]] yang pandai dari tari tersebut banyak yang meninggal sehingga tidak ada generasi penerusnya sehingga membuat tari ini hanya diingat dan diketahui dari cerita turun-temurun. Pada tahun 1980, pewaris Kerajaan Siguntur, Tuan Putri Marhasnida, menemukan seorang kakek yang kala itu sudah berusia 80 tahun. Sang kakek tersbut masih hafal semua dendang yang terdapat dalam tari toga sebab beliau selalu melantunkan dendang ketika melakukan kegiatan [[Batobo]]. Batobo adalah membersihkan kebun atau menyabit di sawah bersama-sama yang melibatkan 30 sampai 60 orang. Si pendendang selalu Batobo agar orang-orang tak bosan bekerja seharian, ia disuruh berdendang sambil bekerja. Pada tahun 1989, dengan terkumpulnya semua infomasi yang berkaitan dengan tari toga maka tari toga pada tahun tersebut hidup kembali dan dapat dipertunjukkan kembali dengan adanya sedikit modifikasi. Tari toga modifikasi Marhasnida ini kemudian ditampilkan di [[Radio Republik Indonesia]] (RRI) Padang pada 1990 dan dimainkan dalam berbagai acara Kerajaan Siguntur, termasuk menyambut peserta "Arung Sejarah Bahari Ekspedisi Pamalayu" yang diselenggarakan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang.<ref name=":1">{{Cite web|date=2017-02-06|title=Potret Budaya Nagari Siguntur Dharmasraya|url=https://padangkita.com/potret-budaya-nagari-siguntur-dharmasraya/|website=Berita SumatraSumatera Barat Terkini|language=id-ID|access-date=2020-08-22}}</ref><ref>{{Cite web|last=KlikPositif|title=Festival Pamalayu, Ajang Pariwisata Kenalkan Destinasi Dharmasraya Melalui Sejarah {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|url=https://klikpositif.com/baca/55931/festival-pamalayu-ajang-pariwisata-kenalkan-destinasi-dharmasraya-melalui-sejarah.html|website=Festival Pamalayu, Ajang Pariwisata Kenalkan Destinasi Dharmasraya Melalui Sejarah {{!}} KlikPositif.com - Media Generasi Positif|language=id-ID|access-date=2020-08-22|archive-date=2021-10-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20211022032548/https://klikpositif.com/baca/55931/festival-pamalayu-ajang-pariwisata-kenalkan-destinasi-dharmasraya-melalui-sejarah.html|dead-url=yes}}</ref>
 
== Raja-raja siguntur ==
Baris 85:
 
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Siguntur]]
[[Kategori:Kerajaan di SumatraSumatera Barat|Siguntur]]