Masjid Saadah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(11 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious building
|image = Cagar budaya Masjid Saadah.jpg
|image_size = 250px
|caption = Masjid Saadah
|building_name = Masjid Saadah
|location = [[
|province= {{flag|Sumatera Barat}}
|religious_affiliation = [[Islam]]▼
| country = {{flag|Indonesia}}
|leadership =
|website =
Baris 24 ⟶ 27:
}}
'''Masjid Saadah''' atau '''Masjid As-Saadah''' adalah salah satu [[masjid]] tertua di [[Indonesia]] yang terletak di [[Gurun, Sungai Tarab, Tanah Datar|Nagari Gurun]], [[Sungai Tarab, Tanah Datar|Kecamatan Sungai Tarab]], [[Kabupaten Tanah Datar]], [[Sumatera Barat]]. Masjid yang mulai dipergunakan pada tahun 1917 ini dibangun pada tahun 1910 dengan [[arsitektur]] yang sedikit menyerupai [[Masjid Rao Rao]] di [[Rao Rao, Sungai Tarab, Tanah Datar|Nagari Rao
Saat ini, selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat [[Islam]], masjid ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat sekitar. Masjid ini telah ditetapkan oleh [[Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia]] sebagai benda [[cagar budaya]] bersama beberapa masjid tua lain di Sumatera Barat, seperti [[Masjid Bingkudu]] di [[Candung Koto Laweh, Candung, Agam|Canduang Koto Laweh]], Masjid Rao Rao, dan [[Masjid Raya Ganting]] di [[Kota Padang|Padang]].{{sfn|Permenbudpar PM.05/PW.007/MKP/2010}}
Baris 33 ⟶ 36:
== Arsitektur ==
[[Berkas:Masjid
Bangunan utama masjid merupakan ruang [[salat]] berdenah [[bujur sangkar]]. Lantainya masih berupa lantai [[semen]] biasa, sedangkan lantai di bagian teras atau serambinya sudah diganti dengan lantai [[keramik]] berwarna putih. Di dalam ruangan, terdapat empat tiang utama sebagai penopang atap dengan penyangga yang tidak menggunakan [[besi]], melainkan hanya menggunakan [[bambu]]. Menurut masyarakat setempat, jumlah tiang yang sebanyak empat merupakan perlambangan kata dalam [[adat Minangkabau]], yaitu kata melereng, kata mendatar, kata mendaki, dan kata menurun.{{sfn|Ajisman|Almaizon|2004|pp=49}}
Baris 39 ⟶ 42:
Seperti arsitektur masjid khas [[Minangkabau]] lainnya, atap masjid ini terdiri beberapa tingkatan yang sedikit cekung, hanya saja di tingkatan atap teratas terdapat ruang berbentuk persegi yang dimahkotai oleh empat atap bergonjong; ruangan yang sama juga terdapat di atap bagian [[fasad]]. Menurut masyarakat setempat, atap tersebut bersusun lima sebagai bentuk perlambangan lima [[Daftar suku Minangkabau|suku]] pada waktu itu, yaitu [[Suku Koto|Koto]], [[Suku Piliang|Piliang]], Bendang, Koto Anyiah, dan [[Suku Pitopang|Pitopang]].{{sfn|Ajisman|Almaizon|2004|pp=50}}
Secara keseluruhan arsitektur pada masjid ini sedikit menyerupai arsitektur [[Masjid Rao
== Rujukan ==
Baris 84 ⟶ 85:
|title = Serial Rumah Ibadah Bersejarah: Masjid Raya Rao-Rao
|author = [[Kementerian Agama Indonesia]]
|url = http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/Raorao.pdf
|format = PDF |accessdate = 2013-01-08
|ref = {{sfnRef|Kementerian Agama}}
|archive-date = 2011-10-14
|archive-url = https://web.archive.org/web/20111014140614/http://kemenag.go.id/file/dokumen/Raorao.pdf
|dead-url = yes
}}
{{refend}}
Baris 92 ⟶ 97:
{{Masjid di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Saadah, Masjid}}▼
▲{{DEFAULTSORT:Saadah, Masjid}}
[[Kategori:Masjid di Sumatera Barat|Saadah]]
[[Kategori:Kabupaten Tanah Datar]]
|