Merantau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k aktifitas → aktivitas
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(11 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
:''Untuk film berjudul sama, lihat '''[[Merantau (film)]]'''.''
 
'''Merantau''' adalah sebuah perjalanan seseorang menuju tempat tertentu dengan maksud tertentu, biasanya orang pergi merantau karena alasan pekerjaan, ataumenuntut pendidikanilmu, yangdan beradamencari jauh dari kampung halamannyauang.
 
perginya seseorang dari tempat asal dimana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman.
 
== Faktor ==
Baris 14 ⟶ 12:
Pada masa-masa berikutnya [[Timur Tengah]] juga menjadi tujuan perantauan bagi orang-orang dari Nusantara. Banyak orang-orang dari berbagai etnis merantau menuntut ilmu agama, yang dikemudian hari menjadi ulama-ulama besar di tanah air. Pada masa kolonial, [[Belanda]] juga jadi tujuan perantauan bagi pelajar-pelajar [[Hindia Belanda]]. Tidak sedikit di antara mereka akhirnya menjadi orang-orang terdepan dalam perjuangan kemerdekaan [[Indonesia]]. Dalam hal ini tentu kita pahami faktor pendidikanlah yang mendorong orang pergi merantau.
 
Saat ini, pada zaman globalisasi, tujuan perantauan bagi orang-orang Indonesia sudah sangat beragam. Untuk tujuan pendidikan maupun ekonomi orang bisa pergi atau merantau kemanake mana saja di bagian dunia ini. Tidak sedikit orang-orang Indonesia yang merantau ke [[Malaysia]], [[Australia]], [[Eropa]] bahkan [[Amerika Serikat]] dengan berbagai macam tujuan dan motivasinya.
 
Mengenai aspek perantauan dalam negeri, pembangunan yang tidak merata dan lebih terpusat di kota-kota besar, membuat banyak orang Indonesia dari berbagai etnis pergi merantau terutama ke [[pulau Jawa]] untuk mencari pekerjaan atau pendidikan yang lebih baik. Para perantau ini, terutama yang beragama [[Islam]], memiliki tradisi untuk [[mudik]] setiap tahun untuk merayakan [[lebaran]]. Hal ini dapat diamati dari kenaikan arus penumpang sistem transportasi umum.
Baris 24 ⟶ 22:
:''Lihat pula: [[Orang Minang#Minangkabau Perantauan|Minangkabau Perantauan]]''
 
===== Tradisi dan Budaya =====
'''''"Merantau"''''' sesungguhnya tak bisa dipisahkan dari masyarakat Minangkabau. Asal usul kata "merantau" itu sendiri berasal dari bahasa dan budaya Minangkabau yaitu "rantau". Rantau pada awalnya bermakna : wilayah wilayah yang berada di luar wilayah inti Minangkabau (tempat awal mula peradaban Minangkabau). Peradaban Minangkabau mengalami beberapa periode atau pasang surut. Wilayah inti itu disebut "darek" (darat) atau [[Luhak]] nan Tigo. Aktivitas orang orang dari wilayah inti ke wilayah luar disebut "marantau" atau pergi ke wilayah rantau. Lama kelamaan wilayah rantau pun jadi wilayah Minangkabau. Akhirnya wilayah rantau menjadi semakin jauh dan luas, bahkan pada zaman modern sekarang ini wilayah rantau orang Minangkabau bisa disebut di seluruh dunia, walaupun wilayah tersebut tak akan mungkin masuk kategori wilayah Minangkabau namun tetap disebut "rantau". '''''[[Filosofi]]''''' dan tujuan "merantau" orang Minang berbeda dengan [[imigrasi]], [[urbanisasi]], atau [[transmigrasi]] yang dilakukan kelompok lain.
 
Banyak orang dari berbagai suku atau etnis yang merantau, di antaranya yang fenomenal adalah kaum Minangkabau. Seorang laki laki Minangkabau saat menginjak usia dewasa muda (20-30 tahun) sudah didorong pergi merantau oleh kultur / budaya adat Minangkabau yang dianut suku tersebut sejak dulu kala, entah kapan bermulanya tak bisa diketahui secara pasti. Tapi setidaknya berdasarkan sejarah yang masih bisa ditelusuri sekitar abad ke 7 orang orang atau '''''[[Pedagang Minangkabau|pedagang]]''''' Minangkabau berperan besar dalam pendirian kerajaan [[Melayu]] di wilayah [[Jambi]] sekarang yang pada zamannya berada pada posisi yang strategis dalam perdagangan di [[Selat Malaka]] atau [[Asia Tenggara]] umumnya.
 
===== Wilayah perantauan =====
Masyarakat Minangkabau dikenal punya tradisi merantau yang kuat. Mereka telah mengembara ke wilayah [[Asia Tenggara]] lainnya sejak berabad abad yang lalu. Keturunan mereka sampai saat ini masih ada bahkan berkembang di banyak tempat seperti [[Aceh]], [[Riau]], [[SumatraSumatera Utara]], [[Jambi]], [[Bengkulu]], [[Lampung]] atau wilayah [[Sumatra]] lainnya dan juga di [[Jawa]], [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], [[Nusa Tenggara]], [[Malaysia]], [[Singapura]], [[Brunei]], [[Filipina]] Selatan, dan lain lain.
 
Suku [[Aneuk Jamee]] di Aceh adalah masyarakat keturunan Minangkabau yang nenek moyang mereka telah merantau dari Ranah Minang sejak berabad abad yang lalu. [[Cut Nyak Dhien]] dan [[Teuku Umar]] yang dikenal sebagai pejuang gigih dan dianugerahi gelar [[pahlawan nasional]] oleh pemerintah [[Indonesia]] adalah anak dan keponakan dari Nanta Setia seorang [[Uleebalang]] VI [[Mukim (Aceh)|Mukim]], keturunan seorang perantau Minang yang juga jadi uleebalang di [[Kesultanan Aceh]] pada abad ke 18.
Baris 38 ⟶ 36:
Empat orang putera raja Pagaruyung Minangkabau mengembara / merantau ke selatan dan mendirikan [[Kepaksian Sekala Brak]] di wilayah [[Lampung]] sekarang. Di [[Mindanao]] Selatan ([[Filipina]]) keturunan perantau Minangkabau dari ratusan tahun yang lalu masih ada sampai saat ini. Gelar bangsawan mereka "Ampatuan" yang berasal dari Pagaruyung / Minangkabau (Ampu Tuan) masih mereka pakai sampai sekarang. Di [[Sulawesi Selatan]] keturunan '''''Datuk Makotta Minangkabau''''' sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat [[Bugis]]-[[Makassar]] sejak ratusan tahun yang lalu.
 
Di pesisir barat [[SumatraSumatera Utara]] mulai dari [[Natal]] sampai [[Sibolga]], Sorkam dan [[Barus]] keturunan Minangkabau telah bertransformasi dan telah berubah nama menjadi "Orang Pesisir". Dahulunya nenek moyang mereka berasal dari wilayah [[Painan]], [[Padang]] dan [[Pariaman]]. Sampai sekarang bahasa mereka hampir tak ada bedanya dengan [[bahasa Minangkabau]]. Saat masa jayanya Bandar [[Malaka]] pada abad ke 15 di semenanjung Malaya, di wilayah [[Kabupaten Batu Bara|Batu Bara]] dan [[Kabupaten Asahan|Asahan]] SumatraSumatera Utara dulunya banyak bermukim komunitas Minangkabau dan menerapkan sistem adat Minangkabau yang '''''[[matrilineal]]''''' sebelum berubah jadi [[patrilineal]] atas desakan [[Sultan Deli]]. Saat ini keturunan Minangkabau tersebut telah lebur kedalam masyarakat Melayu pesisir timur SumatraSumatera Utara.
 
Tidak hanya di Negeri Sembilan perantau Minangkabau mendirikan kerajaan, pada akhir abad ke 14 seorang perantau Minang lainnya ''Raja Bagindo'' juga mendirikan [[Kesultanan Sulu]] di Filipina Selatan. [[Awang Alak Betatar]] pendiri [[Kesultanan Brunei]] disebutkan berasal dari Minangkabau juga, bahkan saat acara peresmian replika [[Istana Pagaruyung]] pada tahun 80 an Sultan Brunei [[Hassanal Bolkiah]] juga ikut hadir dan sempat mengatakan bahwa leluhurnya berasal dari Pagaruyung Minangkabau.
Baris 48 ⟶ 46:
Di bidang kemiliteran tiga laki laki Minang merantau jauh sampai ke [[Timur Tengah]] dan menjadi bagian dari pasukan '''''Janissary Turki''''' yang terkenal hebat pada zamannya. Pada awal abad 19, Kolonel [[Haji Piobang]], seorang perwira kavaleri dipercaya menjadi panglima dari salah satu pasukan Janissary. Ia berhasil mengalahkan salah satu pasukan [[Napoleon]] dalam ''perang Piramid'' di [[Mesir]]. Perwira lainnya ''Mayor H. Sumanik'' menjadi ahli perang padang pasir bersama ''H. Miskin''. Dikemudian hari setelah pulang dari perantauan ke Ranah Minang ketiga anggota pasukan Janissary Turki itu berperan besar sebagai pendiri pasukan militer dalam [[perang Padri]].
 
===== Filosofi dan Tujuan =====
Sebagian besar dari tokoh tokoh Indonesia dari Minang yang berpengaruh adalah produk "perantauan". Bangsa [[Indonesia]] tentu tak akan pernah lupa dengan jasa jasa para pejuang dan pahlawan negara ini yang berasal dari Minangkabau seperti [[Tan Malaka]], [[Mohammad Hatta]], dan [[Sjahrir]] yang dianggap tokoh Indonesia paling penting bersama [[Soekarno]] dan [[Jenderal Soedirman]] dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Selain ketiga tokoh tersebut tentu masih banyak tokoh produk perantauan lainnya seperti [[Mohammad Natsir]] yang pernah menjabat sebagai Presiden Liga Muslim se Dunia dan [[perdana menteri]] Indonesia, [[Mohammad Yamin]] yang jadi pelopor [[Sumpah Pemuda]] pada tahun 1928, juga [[Agus Salim]] yang jadi diplomat ulung, bahkan seorang presiden yang di(ter)lupakan [[Assaat]]. Di bidang agama, Minang perantauan juga melahirkan ulama ulama besar seperti [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]], orang non [[Arab]] pertama yang jadi '''''Imam Besar''''' di [[Masjidil Haram]] [[Mekkah]] yang juga jadi guru bagi banyak ulama besar di nusantara. Juga ada [[Hamka]] yang dihormati dan dikagumi tidak hanya oleh umat muslim Indonesia tetapi juga umat muslim di negara negara Asia Tenggara lainnya. Di bidang sastra juga lahir dua orang '''''pionir''''' yaitu [[Chairil Anwar]] pelopor [[Angkatan '45]] dan [[Sutan Takdir Alisjahbana]] pelopor [[Pujangga Baru]], sementara [[Usmar Ismail]] dikemudian hari digelari Bapak Film Indonesia, dan banyak lagi yang lainnya.
 
Baris 57 ⟶ 55:
Kebiasaan merantau juga berfungsi sebagai suatu perjalanan spiritual dan batu ujian bagi kaum lelaki Minangkabau dalam menjalani kehidupan. Pada masa lalu kaum lelaki Minangkabau yang biasanya telah menguasai ilmu beladiri '''''[[Silat Minangkabau|silat]]''''' untuk menjaga diri, berangkat pergi merantau dari kampung ketempat yang jauh hanya berbekal seadanya, bahkan tak jarang tanpa bekal sama sekali. Kehidupan yang keras, jauh dari sanak saudara dan kampung halaman diharapkan menjadi cobaan untuk menempa jiwa, kegigihan, dan keuletan si lelaki Minang dalam meningkatkan derajat kehidupannya.
 
===== Profesi =====
Pada masa sekarang, dalam periode di negeri orang inilah orang Minang yang merantau mencari bidang kehidupan yang mereka minati. Bagi yang ingin berniaga atau wiraswasta mereka memilih menjadi pedagang. Banyak bidang usaha yang bisa mereka geluti seperti berdagang di pasar, mengelola usaha angkutan, usaha percetakan, penjahit pakaian, usaha rumah makan atau [[restoran Padang]] dan banyak lagi yang lain. Karena didorong oleh '''''jiwa merdeka''''' sedikit di antara mereka yang merantau untuk mencari pekerjaan sebagai orang gajian. Bagi yang bertujuan menimba ilmu merekapun masuk sekolah sekolah yang baik. Tak jarang mereka dijadikan pemimpin di komunitas perguruan tersebut. Banyak di antara mereka menjadi orang besar dikemudian hari, baik sebagai tokoh pengusaha, politisi, dokter, ilmuwan, birokrat, seniman, profesional, ulama, militer dan polisi, dan lain lain.
 
Bila keadaannya dianggap sudah cukup mapan atau sukses setelah jangka waktu tertentu, maka barulah ia akan pulang ke kampung halamannya yang telah lama ditinggalkan. Tidak jarang pula para perantau ini lalu berkeluarga, dan akhirnya menetap di perantauan. Bagi orang Minangkabau, fenomena ini disebut "Marantau Cino" atau merantau selamanya dan tak kembali lagi.
 
===== Adaptasi dan Perubahan =====
Adalah menarik perhatian, bahwa pada umumnya para perantau Minang ini mampu menyesuaikan diri dengan adat istiadat serta kebudayaan daerah rantaunya, yang antara lain terlihat pada hampir tidak pernahnya terjadi konflik dengan masyarakat tempatan yang menjadi tuan rumahnya. Mungkin sekali hal ini disebabkan oleh pepatah bijak Minangkabau yang berbunyi: '''''Dimano bumi dipijak, disitu langik dijunjuang''''' yang bermakna menghargai kultur dan budaya setempat tanpa harus kehilangan kultur dan budaya sendiri.
 
Baris 75 ⟶ 73:
 
=== Suku Banjar ===
Tanah asal [[suku Banjar]] berada di [[Kalimantan Selatan]], tetapi kita dapat menemukan keturunan suku Banjar dalam jumlah yang cukup signifikan di beberapa wilayah seperti [[Kalimantan Tengah]], [[Kalimantan Timur]], [[Riau]], [[Jambi]], [[SumatraSumatera Utara]], [[Jawa Timur]] bahkan di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura dan Brunei. Aktivitas merantau orang orang Banjar sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu dan keturunan mereka juga berkembang di wilayah wilayah tersebut diatas. Diperantauan identitas mereka masih bisa dikenali sebagai orang Banjar perantauan. Migrasi keluar pulau Kalimantan, bukan hanya oleh suku Banjar, namun jauh ribuan tahun sebelumnya, tetangga suku Banjar yaitu manusia proto [[suku Dayak Maanyan]] diperkirakan telah melakukan migrasi ke pulau [[Madagaskar]].
 
Seperti kecenderungan banyak pengembara, mereka juga ada yang beraktivitas di dunia perdagangan. Dengan banyaknya kantong kantong komunitas suku Banjar di luar tanah asal mereka dan sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, maka bisa dikatakan bahwa orang orang Banjar adalah manusia pengembara juga. Mereka juga para petarung kehidupan yang tak gentar menghadapi kerasnya kehidupan perantauan. Perantau suku Banjar pada masa lalu turut serta dalam terbentuknya [[suku Suluk]] dan [[suku Sumbawa]]. Mengenai jumlah populasi keturunan Banjar perantauan belum ada data pasti, namun masih dibawah populasi Minangkabau perantauan dan Bugis-Makassar perantauan.
Baris 89 ⟶ 87:
Bagi warga Batak Toba yang mayoritas memeluk agama [[Kristen]] biasanya mereka mendirikan gereja [[Huria Kristen Batak Protestan|HKBP]] di tempat baru untuk beribadah. Orang Batak banyak yang pergi merantau ke Medan dan [[Jakarta]] serta kebeberapa wilayah di Indonesia. Jumlah perantau suku Batak diperkirakan menduduki peringkat ketiga setelah perantau [[Minangkabau]] dan [[Bugis]]-[[Makassar]]. Menurut sensus pada tahun 2006, jumlah perantau Batak mencapai 19,8 % dari jumlah populasi dengan puak Batak Toba sebagai yang terbesar dan yang terkecil dari puak Batak Pakpak
 
Motif merantau orang Batak Toba sendiri terdapat dalam falsafah hidup mereka yakni Hagabeon, Hasangapon, Habontaron dan Harajaon. Bagi orang orang dari suku Batak merantau bertujuan untuk meraih kehidupan yang lebih baik, berusaha bertahan di suatu daerah dan membentuk kehidupan baru di luar kampung halaman. Falsafah ini sukses dilakukan oleh orang Batak di perantauan terutama di wilayah Medan, SumatraSumatera Utara serta beberapa kawasan didaerah selatan [[Aceh]] serta utara [[SumatraSumatera Barat]] dan [[Riau]], dan berbaur dengan masyarakat setempat dengan harmonis.
 
=== Suku Madura ===
Baris 102 ⟶ 100:
 
== Bacaan lebih lanjut ==
* Naim, Muchtar. "Merantau : ''Minangkabau Voluntary Migration",'' Disertasi Ph.D, ''Singapore : Faculty of Arts and Social Sciences University of Singapore''.1974.
* Naim, Mochtar, "Merantau : Pola Migrasi Suku Bangsa Minangkabau". Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1979.
* Suryadinata, Leo, Evi Nurvidya Arifin, dan Aris Ananta, 2003, "Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape", ISEAS, Singapore.