Sejarah Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
{{Noref}} Tag: kemungkinan spam VisualEditor-alih |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(15 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
== Masa Prasejarah ==
[[Berkas:Menhir_di_Sumatra_Barat.jpg|jmpl|270x270px|[[Menhir Mahat]]]]
Di pelosok
Nenek moyang orang
Percampuran dengan para
== Kerajaan-kerajaan Minangkabau ==
{{utama|Tambo Minangkabau}}
Menurut [[tambo Minangkabau]], pada periode abad ke-1 hingga abad ke-16, banyak berdiri kerajaan-kerajaan kecil di selingkaran Sumatra Barat. Kerajaan-kerajaan itu antara lain [[Kesultanan Kuntu]], [[Kerajaan Koto Alang]], [[Kerajaan Siguntur]], [[Kerajaan Pasumayan Koto Batu]], [[Kerajaan Bukit Batu Patah|Bukit Batu Patah]], [[Kerajaan Sungai Pagu]], [[Kerajaan Inderapura]], [[Kerajaan Jambu Lipo]], [[Kerajaan Taraguang]], [[Kerajaan Dusun Tuo]], [[Kerajaan Bungo Setangkai]], [[Kerajaan Talu]], [[Kerajaan Kinali]], [[Kerajaan Parit Batu]], [[Kerajaan Pulau Punjung]] dan [[Kerajaan Pagaruyung]]. Kerajaan-kerajaan ini tidak pernah berumur panjang, dan biasanya berada dibawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar Melayu & Minangkabau seperti, kerajaan Malayu (Dharmasraya), kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Pagaruyung.▼
[[Berkas:Flag of Minang.svg|jmpl|[[Marawa|Bendera Minangkabau]].]]
▲
{{utama|Kerajaan Dharmasraya}}▼
=== Minanga ===
{{utama|Minanga}}
Berita tentang keberadaan kerajaan ini didapat dari buku T'ang-Hui-Yao yang disusun oleh Wang p'u pada tahun 961 masa Dinasti Tang, Minanga mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 645 untuk pertama kalinya.<ref>Slamet Muljana, 2006, ''Sriwijaya'', Yogyakarta: LKIS.</ref> Selain itu nama Minanga juga muncul pada [[Prasasti Kedukan Bukit]] yang bertarikh 682. Berdasarkan prasasti, pada tahun 682 Dapunta Hyang bertolak dari Minanga dengan membawa 20.000 tentara lalu mendirikan Kerajaan Sriwijaya.<ref>Poesponegoro, Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto; Sejarah Nasional Indonesia II; 2008, Jakarta: Balai Pustaka</ref><ref>N.J. Krom, Hindoe-Javaansche geschiedenis, 1931</ref> Ekspedisi ini juga bertujuan untuk memindahkan pusat kerajaan dari Minanga di pedalaman ke daerah yang strategis di tepi laut.<ref>R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 1973, Jakarta: Kanisius</ref><ref>Dr. Boechari, An Old Malay Inscription of Srivijaya at Palas Pasemah (South Lampung). In Pra Seminar Penelitian Sriwijaya, 1979, Jakarta: Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional</ref>
=== Kerajaan Pagaruyung ===▼
=== Malayapura ===
{{utama|Kerajaan Pagaruyung}}
[[Berkas:Amoghapasa Padang Roco Inscription Back.JPG|jmpl|Prastasti Amoghapasa.]]
Secara historis, keberadaan kerajaan ini didapat dari salah satu dari dua prasasti kuno yang ditemukan di [[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]]:
{{cquote|"...''demi kemenangan tertinggi untuk Malayapura''..."
— [[Prasasti Amoghapasa]]}}
Keberadaan kerajaan ini juga disebut di dalam [[Naskah Tanjung Tanah]] yang diperkirakan dibuat pada zaman Adityawarman di [[Saruaso, Tanjung Emas, Tanah Datar|Suruaso]], [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]], antara 1345 hingga 1377. Naskah tersebut menyebutkan bahwa Malayapura beribukota di Suruaso yang dipimpin oleh Maharaja Diraja, di bawahnya Dharmasraya yang dipimpin Maharaja, dan di bawah Dharmasraya adalah [[Kabupaten Kerinci|Kerinci]] yang dipimpin Raja.<ref>{{Cite web|last=Arman|first=Dedi|date=23 Oktober 2017|title=Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu Tertua di Dunia|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/undang-undang-tanjung-tanah-naskah-melayu-tertua-di-dunia/|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau|access-date=25 September 2022}}</ref> Dari prasasti Suruaso yang beraksara Melayu menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi ''taman Nandana Sri Surawasa'' yang senantiasa kaya akan padi<ref>{{cite journal|last=Casparis|first= J.G.|authorlink=Johannes Gijsbertus de Casparis|title=An ancient garden in West Sumatra|journal=Kalpataru|year=1990|issue=9|pages= 40-49}}</ref> yang sebelumnya dibuat oleh pamannya yaitu [[Akarendrawarman]] yang menjadi raja sebelumnya, sehingga dapat dipastikan sesuai dengan [[adat Minangkabau]], pewarisan dari ''mamak'' (paman) kepada ''kamanakan'' (kemenakan) telah terjadi pada masa tersebut.<ref>{{Cite book|last=Kozok|first=U.|authorlink=Uli Kozok|title=Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua|location=Jakarta|publisher=Yayasan Obor Indonesia|year=2006|id= ISBN 979-461-603-6}}</ref>
[[Berkas:Minangkabau royal seal.jpg|jmpl|Mohor Pagaruyung.]]
Munculnya nama Pagaruyung sebagai nama sebuah kerajaan tidak dapat diketahui dengan pasti, dari [[Tambo Minangkabau|Tambo]] yang diterima oleh masyarakat [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] tidak ada yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Pada masa kerajaan ini, pengaruh [[Islam]] di Minangkabau mulai berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal Syaikh [[Abdurrauf Singkil]] (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh [[Burhanuddin Ulakan]], adalah ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama ''[[Sultan Alif]]''.
=== Dharmasraya ===
[[Berkas:Amoghapasa Padang Roco Inscription Front.JPG|jmpl|Prastasti Padang Roco.]]
=== Kerajaan Inderapura ===▼
Keberadaan kerajaan ini didapat dari prasasti kuno lainnya yang juga ditemukan di [[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]]:
{{cquote|"...''supaya ditegakkan di Dharmasraya''..."
— [[Prasasti Padang Roco]]}}
Prasasti ini menceritakan bahwa pada tahun 1286, atas perintah [[Kertanegara]] raja dari [[Kerajaan Singasari|Singhasari]], sebuah Arca Amoghapasa dipindahkan dari Bhumijawa ke Swarnabhumi untuk ditegakkan di Dharmasraya. Dengan hadiah ini diharapkan agar rakyat Swarnabhumi bergirang hati dan bersuka cita, terutama rajanya, [[Tribhuwanaraja]].
{{utama|Kerajaan Inderapura}}
[[Kerajaan Inderapura|Inderapura]] merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah [[Pesisir Selatan]], [[Sumatera Barat]] sekarang, berbatasan dengan Provinsi [[Bengkulu]] dan [[Jambi]]. Secara resmi, kerajaan ini pernah menjadi bawahan [[Kerajaan Pagaruyung]] walau pada praktiknya kerajaan ini berdiri sendiri serta bebas mengatur urusan dalam dan luar negerinya. Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat [[Sumatra]] mulai dari [[Kota Padang|Padang]] di utara sampai Sungai Hurai di selatan. Produk terpenting Inderapura adalah [[lada]] dan [[emas]]. Pengaruh kekuasaan Inderapura sampai ke Banten di Pulau Jawa. Berdasarkan ''[[Sajarah Banten]],'' [[Kesultanan Banten]] telah melakukan kontak dagang dengan Inderapura yang ditandai dengan pemberian keris dari [[Sultan Munawar Syah]] kepada [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Hasanuddin]]. Menurut [[Hamka]], Sultan Munawar Syah menikahkan putrinya dengan Hasanuddin dan menghadiahkan [[Selebar, Bengkulu|Silebar]] (daerah penghasil lada di Bengkulu) kepada Kesultanan Banten.
== Minangkabau di dalam ''Hikayat Raja-raja Pasai'' ==
{{utama|Hikayat Raja-raja Pasai}}
Bagian dari hikayat ini mengisahkan tentang raja [[Majapahit]] yang ingin menaklukan Pulau Percha. Patih [[Gajah Mada]] disebut memimpin langsung ekspedisi ini. Armada berjumlah lima ratus kapal. Komandan yang berlayar dengannya adalah tiga orang yang sama seperti sebelumnya. Komandan bawahannya juga banyak, ''ngabehi'', ''aria'', ''lurah'', ''bekel'', ''patinggi'', dan dua ratus ribu pasukan darat. Bala tentara Majapahit tanpa halangan sampai di [[Jambi]] yang merupakan pintu masuk ke [[Dataran Tinggi Minangkabau]] melalui sungai besar dan berair dalam yang ada di dataran rendah bagian timur Sumatra.
Alkisah, Majapahit memperoleh kekalahannya disini, pertempuran terjadi di Padang Sibusuk. Orang-orang yang melarikan diri kembali ke Majapahit dalam penderitaan dan tekanan. Berhasil melarikan diri dari Jambi mereka berlayar ke tanah air mereka. Setelah berhari-hari di laut, mereka akhirnya sampai di Majapahit. Mereka pergi ke darat dan menuju ke hadapan raja, dan kepadanya mereka menceritakan keseluruhan cerita dari awal sampai akhir.<ref>Hadler, Jeffrey (2010). [http://sseas.berkeley.edu/sites/default/files/faculty/files/hadlersengketa.pdf "Sengketa Tiada Putus"]{{Pranala mati|date=Maret 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}} ''Freedom Institute''. hlm. 16–21. ISBN 978-979-19466-5-0.</ref>
== Masuknya bangsa Eropa ==
Pengaruh politik dan ekonomi Aceh yang demikian dominan membuat warga
Orang Barat pertama yang datang ke
== Perang Padri ==
Baris 77 ⟶ 80:
== Gerakan Islam Modernis di Minangkabau ==
Perlawanan terhadap Belanda di
Ulama-ulama Kaum Muda mendapat pengaruh besar dari modernis Islam di [[Kairo]], yaitu [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha|Syekh Muhammad Rasyid Ridha]], dan juga senior mereka [[Jamaluddin Al-Afghani]]. Para pemikir ini punya kecenderungan berpolitik, namun karena pengaruh [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] yang menjadi guru ulama Kaum Muda generasi pertama mereka umumnya hanya memusatkan perhatian pada dakwah dan pendidikan. [[Abdullah Ahmad]] mendirikan majalah ''[[Al-Munir (majalah)|Al-Munir]]'' (1911-1916), dan beberapa ulama kaum Muda lain seperti [[Haji Abdul Karim Amrullah|H. Abdul Karim Amrullah]] (Haji Rasul) dan Muhammad Thaib ikut menulis di dalamnya.
Baris 89 ⟶ 92:
Di kedua perguruan ini berkembang berbagai gagasan radikal. Pada dasawarsa 1920-an sebuah gagasan baru mulai menarik hati para murid sekolah Padang Panjang: [[komunisme]]. Di Padang Panjang pentolan komunis ini terutama Djamaluddin Tamin dan H. Datuk Batuah. Gagasan baru ini ditentang habis-habisan Haji Rasul yang saat itu menjadi guru besar Sumatra Thawalib.
Gerakan Islam Modernis ini tidak didiamkan saja oleh ulama tradisional. Tahun
== Gerakan Partai Komunis Indonesia ==
Baris 95 ⟶ 98:
Djamaluddin Tamin sudah bergabung dengan [[PKI]] pada [[1922]]. Dalam perjalanan singkat ke Aceh dan [[Jawa]] pada tahun [[1923]] Datuk Batuah bertemu dengan [[Natar Zainuddin]] dan [[Haji Misbach]]. Agaknya ia terkesan dengan pendapat Haji Misbach yang menyatakan komunisme sesuai dengan Islam. Bersama Djamaluddin Tamin ia menyebarkan pandangan ini dalam koran ''Pemandangan Islam''. Natar Zainuddin kemudian kembali dari Aceh dan menerbitkan koran sendiri bernama ''Djago-djago''. Akhir tahun itu juga Djamaluddin Tamin, Natar Zainuddin dan Dt. Batuah ditangkap Belanda.
Setelah penangkapan tersebut pergerakan komunis malah menjadi-jadi. Tahun [[1924]] Sekolah Rakyat didirikan di Padang Panjang, meniru model sekolah [[Tan Malaka]] di [[Semarang]]. Organisasi pemuda Sarikat Rakyat, Barisan Muda, menyebar ke seluruh
Sulaiman Labai, seorang saudagar, mendirikan cabang [[Sarekat Islam]] di [[Silungkang, Sawahlunto]] pada [[1915]]. Pada tahun 1924 cabang ini diubah menjadi [[Sarekat Rakyat]]. Selain itu berdiri juga cabang organisasi pemuda komunis, IPO.
Baris 103 ⟶ 106:
Pertumbuhan gerakan komunisme terhenti setelah [[Pemberontakan Malam Tahun Baru|pemberontakan di Silungkang 1927]]. Para aktivis komunis ditangkap, baik yang terlibat pemberontakan ataupun tidak. Banyak di antaranya yang dibuang ke [[Digul]].
==
=== Merebaknya partai-partai politik ===
[[Berkas:Rasuna Said.jpg|ka|jmpl|[[Rasuna Said|HR Rasuna Said]], aktivis [[Persatuan Muslim Indonesia|Permi]]]]
Meskipun komunisme menjadi sangat populer pada dasawarsa 1920-an kaum agama yang tak setuju dengan ideologi baru itu pun tetap berkembang. Awal tahun 1920 berdiri PGAI (Persatuan Guru Agama Islam) dengan tujuan mengumpulkan ulama-ulama di
Setelah melawat ke [[Jawa]] tahun [[1925]] dan bertemu pemimpin-pemimpin [[Muhammadiyah]] di sana Haji Rasul turut mendirikan cabang Muhammadiyah. Pertama di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]] dan kemudian di [[Padang Panjang]]. Organisasi ini dengan cepat menjalar ke seluruh
Muhammadiyah berperan penting dalam menentang pemberlakuan [[Ordonansi Guru]] di
Meskipun terlibat dalam penolakan Ordonansi Guru, berbeda dengan organisasi komunis seperti Sarikat Rakyat, pada umumnya Muhammadiyah menghindari kegiatan politik. Penumpasan gerakan komunis tahun 1927 menyebabkan banyak anggota Sarekat Rakyat atau simpatisannya berpaling ke Muhammadiyah mencari perlindungan. Para anggota yang lebih radikal ini tidak puas dan kemudian banyak yang keluar untuk aktif dalam Persatuan Sumatra Thawalib. Organisasi ini pada tahun [[1930]] menjelma menjadi partai politik bernama [[Persatuan Muslim Indonesia]], disingkat '''Permi'''. Dengan asas Islam dan kebangsaan (nasionalisme) Permi dengan cepat menjadi partai politik terkuat di
Partai lain yang juga penting adalah [[PSII]] cabang
Cabang PNI Baru di [[Bukittinggi]] diresmikan [[Mohammad Hatta|Hatta]] tak lama setelah kepulangannya dari Belanda tahun 1932. Sebelumnya cabang Padang Panjang sudah didirikan oleh Khatib Sulaiman.
Baris 122 ⟶ 125:
=== Penumpasan ===
Pada pertengahan [[1933]] pemerintah [[Hindia Belanda]] mengeluarkan larangan berkumpul. Yang menjadi sasaran utama di
Pada saat yang sama di Batavia tokoh-tokoh Partindo dan PNI Baru juga ditangkap. [[Sukarno]] diasingkan ke [[Flores]], Hatta dan [[Sjahrir]] ke Digul. Pimpinan PNI Baru cabang
Sementara itu tokoh-tokoh PARI berhasil ditahan Belanda yang bekerja sama dengan dinas Intelijen [[Inggris]]. Tan Malaka, pimpinannya, lolos.
== Pendudukan Jepang ==
:''Lihat pula: [[
[[Jepang]] memasuki Padang pada 17 Maret 1942. Sukarno yang pada saat itu berada di Padang berhasil meyakinkan sebagian besar tokoh-tokoh nasionalis di
Tahun 1943 Jepang memerintahkan pendirian [[Gyu Gun]] untuk membantu pertahanan. Gyu Gun di
== Agresi Militer Belanda I dan II ==
[[Berkas:Bagindo Azizchan.jpg|jmpl|ka|210px|[[Bagindo Aziz Chan]], wali kota Padang yang gugur sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia|pahlawan bangsa]].]]
[[Agresi Militer Belanda I|Agresi militer Belanda pertama]] yang berlangsung dari [[Juli]] hingga [[Agustus]] 1947 juga menimbulkan korban jiwa di
Agresi militer Belanda yang kedua pada [[Desember]] 1948 ke [[Yogyakarta]] sebagai ibu kota [[Indonesia]] berhasil menguasai pusat pemerintahan dan menangkap [[Soekarno]], [[Hatta]], [[Sjahrir]], dan pemimpin lainnya. Peristiwa ini melumpuhkan pemerintahan Indonesia. [[Sjafruddin Prawiranegara]] kemudian membentuk pemerintahan darurat di
Dalam masa ini juga banyak berjatuhan korban, baik dari para pejuang maupun dari masyarakat sipil. Dalam suatu penyerangan oleh Belanda yang kemudian disebut sebagai "[[Peristiwa Situjuah]]", para pejuang kehilangan beberapa pemimpin dan puluhan pasukan pengawal, di antaranya [[Khatib Sulaiman]], [[Arisun Sutan Alamsyah]], [[Munir Latief]], dan lainnya.
Baris 148 ⟶ 151:
|last=Kahin
|first=Audrey
|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi:
|publisher=Yayasan Obor Indonesia
|date=2005
Baris 160 ⟶ 163:
{{Sejarah provinsi Indonesia}}
[[Kategori:Sejarah
[[Kategori:Sejarah Indonesia menurut provinsi|
|