Sejarah Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 7:
Nenek moyang orang Minangkabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari daratan Asia mengarungi [[Laut Cina Selatan]], menyeberangi [[Selat Malaka]] dan kemudian melayari [[sungai kampar]], [[sungai siak]], dan [[Batang Kuantan|sungai inderagiri]]. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta peradaban di wilayah ''[[Luhak|Luhak Nan Tigo]]'' (daerah [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Kabupaten Agam|Agam]], dan [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]]) sekarang.
Percampuran dengan para pendatang pada masa-masa berikutnya menyebabkan tingkat kebudayaan mereka jadi berubah dan jumlah mereka jadi bertambah. Lokasi pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka [[merantau]] ke berbagai bagian
== Kerajaan-kerajaan Minangkabau ==
Baris 56:
== Masuknya bangsa Eropa ==
Pengaruh politik dan ekonomi Aceh yang demikian dominan membuat warga
Orang Barat pertama yang datang ke
== Perang Padri ==
Baris 80:
== Gerakan Islam Modernis di Minangkabau ==
Perlawanan terhadap Belanda di
Ulama-ulama Kaum Muda mendapat pengaruh besar dari modernis Islam di [[Kairo]], yaitu [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha|Syekh Muhammad Rasyid Ridha]], dan juga senior mereka [[Jamaluddin Al-Afghani]]. Para pemikir ini punya kecenderungan berpolitik, namun karena pengaruh [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] yang menjadi guru ulama Kaum Muda generasi pertama mereka umumnya hanya memusatkan perhatian pada dakwah dan pendidikan. [[Abdullah Ahmad]] mendirikan majalah ''[[Al-Munir (majalah)|Al-Munir]]'' (1911-1916), dan beberapa ulama kaum Muda lain seperti [[Haji Abdul Karim Amrullah|H. Abdul Karim Amrullah]] (Haji Rasul) dan Muhammad Thaib ikut menulis di dalamnya.
Baris 98:
Djamaluddin Tamin sudah bergabung dengan [[PKI]] pada [[1922]]. Dalam perjalanan singkat ke Aceh dan [[Jawa]] pada tahun [[1923]] Datuk Batuah bertemu dengan [[Natar Zainuddin]] dan [[Haji Misbach]]. Agaknya ia terkesan dengan pendapat Haji Misbach yang menyatakan komunisme sesuai dengan Islam. Bersama Djamaluddin Tamin ia menyebarkan pandangan ini dalam koran ''Pemandangan Islam''. Natar Zainuddin kemudian kembali dari Aceh dan menerbitkan koran sendiri bernama ''Djago-djago''. Akhir tahun itu juga Djamaluddin Tamin, Natar Zainuddin dan Dt. Batuah ditangkap Belanda.
Setelah penangkapan tersebut pergerakan komunis malah menjadi-jadi. Tahun [[1924]] Sekolah Rakyat didirikan di Padang Panjang, meniru model sekolah [[Tan Malaka]] di [[Semarang]]. Organisasi pemuda Sarikat Rakyat, Barisan Muda, menyebar ke seluruh
Sulaiman Labai, seorang saudagar, mendirikan cabang [[Sarekat Islam]] di [[Silungkang, Sawahlunto]] pada [[1915]]. Pada tahun 1924 cabang ini diubah menjadi [[Sarekat Rakyat]]. Selain itu berdiri juga cabang organisasi pemuda komunis, IPO.
Baris 106:
Pertumbuhan gerakan komunisme terhenti setelah [[Pemberontakan Malam Tahun Baru|pemberontakan di Silungkang 1927]]. Para aktivis komunis ditangkap, baik yang terlibat pemberontakan ataupun tidak. Banyak di antaranya yang dibuang ke [[Digul]].
==
=== Merebaknya partai-partai politik ===
[[Berkas:Rasuna Said.jpg|ka|jmpl|[[Rasuna Said|HR Rasuna Said]], aktivis [[Persatuan Muslim Indonesia|Permi]]]]
Meskipun komunisme menjadi sangat populer pada dasawarsa 1920-an kaum agama yang tak setuju dengan ideologi baru itu pun tetap berkembang. Awal tahun 1920 berdiri PGAI (Persatuan Guru Agama Islam) dengan tujuan mengumpulkan ulama-ulama di
Setelah melawat ke [[Jawa]] tahun [[1925]] dan bertemu pemimpin-pemimpin [[Muhammadiyah]] di sana Haji Rasul turut mendirikan cabang Muhammadiyah. Pertama di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]] dan kemudian di [[Padang Panjang]]. Organisasi ini dengan cepat menjalar ke seluruh
Muhammadiyah berperan penting dalam menentang pemberlakuan [[Ordonansi Guru]] di
Meskipun terlibat dalam penolakan Ordonansi Guru, berbeda dengan organisasi komunis seperti Sarikat Rakyat, pada umumnya Muhammadiyah menghindari kegiatan politik. Penumpasan gerakan komunis tahun 1927 menyebabkan banyak anggota Sarekat Rakyat atau simpatisannya berpaling ke Muhammadiyah mencari perlindungan. Para anggota yang lebih radikal ini tidak puas dan kemudian banyak yang keluar untuk aktif dalam Persatuan Sumatra Thawalib. Organisasi ini pada tahun [[1930]] menjelma menjadi partai politik bernama [[Persatuan Muslim Indonesia]], disingkat '''Permi'''. Dengan asas Islam dan kebangsaan (nasionalisme) Permi dengan cepat menjadi partai politik terkuat di
Partai lain yang juga penting adalah [[PSII]] cabang
Cabang PNI Baru di [[Bukittinggi]] diresmikan [[Mohammad Hatta|Hatta]] tak lama setelah kepulangannya dari Belanda tahun 1932. Sebelumnya cabang Padang Panjang sudah didirikan oleh Khatib Sulaiman.
Baris 125:
=== Penumpasan ===
Pada pertengahan [[1933]] pemerintah [[Hindia Belanda]] mengeluarkan larangan berkumpul. Yang menjadi sasaran utama di
Pada saat yang sama di Batavia tokoh-tokoh Partindo dan PNI Baru juga ditangkap. [[Sukarno]] diasingkan ke [[Flores]], Hatta dan [[Sjahrir]] ke Digul. Pimpinan PNI Baru cabang
Sementara itu tokoh-tokoh PARI berhasil ditahan Belanda yang bekerja sama dengan dinas Intelijen [[Inggris]]. Tan Malaka, pimpinannya, lolos.
== Pendudukan Jepang ==
:''Lihat pula: [[Sumatera Barat pada masa pendudukan Jepang]]''
[[Jepang]] memasuki Padang pada 17 Maret 1942. Sukarno yang pada saat itu berada di Padang berhasil meyakinkan sebagian besar tokoh-tokoh nasionalis di
Tahun 1943 Jepang memerintahkan pendirian [[Gyu Gun]] untuk membantu pertahanan. Gyu Gun di
== Agresi Militer Belanda I dan II ==
[[Berkas:Bagindo Azizchan.jpg|jmpl|ka|210px|[[Bagindo Aziz Chan]], wali kota Padang yang gugur sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia|pahlawan bangsa]].]]
[[Agresi Militer Belanda I|Agresi militer Belanda pertama]] yang berlangsung dari [[Juli]] hingga [[Agustus]] 1947 juga menimbulkan korban jiwa di
Agresi militer Belanda yang kedua pada [[Desember]] 1948 ke [[Yogyakarta]] sebagai ibu kota [[Indonesia]] berhasil menguasai pusat pemerintahan dan menangkap [[Soekarno]], [[Hatta]], [[Sjahrir]], dan pemimpin lainnya. Peristiwa ini melumpuhkan pemerintahan Indonesia. [[Sjafruddin Prawiranegara]] kemudian membentuk pemerintahan darurat di
Dalam masa ini juga banyak berjatuhan korban, baik dari para pejuang maupun dari masyarakat sipil. Dalam suatu penyerangan oleh Belanda yang kemudian disebut sebagai "[[Peristiwa Situjuah]]", para pejuang kehilangan beberapa pemimpin dan puluhan pasukan pengawal, di antaranya [[Khatib Sulaiman]], [[Arisun Sutan Alamsyah]], [[Munir Latief]], dan lainnya.
Baris 151:
|last=Kahin
|first=Audrey
|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi:
|publisher=Yayasan Obor Indonesia
|date=2005
Baris 163:
{{Sejarah provinsi Indonesia}}
[[Kategori:Sejarah
[[Kategori:Sejarah Indonesia menurut provinsi|
|