Sejarah Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 7:
Nenek moyang orang Minangkabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari daratan Asia mengarungi [[Laut Cina Selatan]], menyeberangi [[Selat Malaka]] dan kemudian melayari [[sungai kampar]], [[sungai siak]], dan [[Batang Kuantan|sungai inderagiri]]. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta per­adaban di wilayah ''[[Luhak|Luhak Nan Tigo]]'' (daerah [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Kabupaten Agam|Agam]], dan [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]]) sekarang.
 
Percampuran dengan para pendatang pada masa-masa berikutnya me­nyebabkan tingkat kebudayaan mereka jadi berubah dan jumlah mereka jadi bertambah. Lokasi pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka [[merantau]] ke berbagai bagian SumatraSumatera Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke utara, menuju [[Lubuk Sikaping]], [[Rao, Pasaman|Rao]], dan ''Ophir''. Sebagian lain pergi ke arah selatan menuju [[Kabupaten Solok|Solok]], [[Kabupaten Sijunjung|Sijunjung]] dan [[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]]. Banyak pula di antara mereka yang menyebar ke bagian barat, terutama ke daerah pesisir, seperti [[Tanjung Mutiara, Agam|Tiku]], [[Kota Pariaman|Pariaman]], dan [[Kabupaten Pesisir Selatan|Pesisir Selatan]].
 
== Kerajaan-kerajaan Minangkabau ==
Baris 56:
 
== Masuknya bangsa Eropa ==
Pengaruh politik dan ekonomi A­ceh yang demikian dominan membuat warga SumatraSumatera Barat tidak senang kepada Aceh. Rasa ketidak­puasan ini akhirnya diungkapkan de­ngan menerima kedatangan orang [[Belanda]]. Namun kehadiran Belanda ini juga membuka lembaran baru sejarah SumatraSumatera Barat. Kedatangan Belanda ke daerah ini menjadikan Sumatra Ba­rat memasuki era kolonialisme dalam arti yang sesungguhnya.
 
Orang Barat pertama yang datang ke SumatraSumatera Barat adalah seorang pelan­cong berkebangsaan [[Prancis]] yang ber­nama [[Jean Parmentier]] yang datang sekitar tahun [[1529]]. Namun bangsa Ba­rat yang pertama datang dengan tu­juan ekonomis dan politis adalah bang­sa Belanda. Armada-armada dagang Belanda telah mulai kelihatan di pan­tai barat SumatraSumatera Barat sejak tahun 1595-1598, di samping bangsa Belan­da, bangsa Eropa lainnya yang datang ke SumatraSumatera Barat pada waktu itu ju­ga terdiri dari bangsa [[Portugis]] dan [[Inggris]].
 
== Perang Padri ==
Baris 80:
== Gerakan Islam Modernis di Minangkabau ==
 
Perlawanan terhadap Belanda di SumatraSumatera Barat pada awal abad ke-20 memiliki warna Islam yang pekat. Dalam hal ini gerakan Islam modernis atau yang lebih dikenal sebagai [[Kaum Muda]] sangat besar peranannya.
 
Ulama-ulama Kaum Muda mendapat pengaruh besar dari modernis Islam di [[Kairo]], yaitu [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha|Syekh Muhammad Rasyid Ridha]], dan juga senior mereka [[Jamaluddin Al-Afghani]]. Para pemikir ini punya kecenderungan berpolitik, namun karena pengaruh [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] yang menjadi guru ulama Kaum Muda generasi pertama mereka umumnya hanya memusatkan perhatian pada dakwah dan pendidikan. [[Abdullah Ahmad]] mendirikan majalah ''[[Al-Munir (majalah)|Al-Munir]]'' (1911-1916), dan beberapa ulama kaum Muda lain seperti [[Haji Abdul Karim Amrullah|H. Abdul Karim Amrullah]] (Haji Rasul) dan Muhammad Thaib ikut menulis di dalamnya.
Baris 98:
Djamaluddin Tamin sudah bergabung dengan [[PKI]] pada [[1922]]. Dalam perjalanan singkat ke Aceh dan [[Jawa]] pada tahun [[1923]] Datuk Batuah bertemu dengan [[Natar Zainuddin]] dan [[Haji Misbach]]. Agaknya ia terkesan dengan pendapat Haji Misbach yang menyatakan komunisme sesuai dengan Islam. Bersama Djamaluddin Tamin ia menyebarkan pandangan ini dalam koran ''Pemandangan Islam''. Natar Zainuddin kemudian kembali dari Aceh dan menerbitkan koran sendiri bernama ''Djago-djago''. Akhir tahun itu juga Djamaluddin Tamin, Natar Zainuddin dan Dt. Batuah ditangkap Belanda.
 
Setelah penangkapan tersebut pergerakan komunis malah menjadi-jadi. Tahun [[1924]] Sekolah Rakyat didirikan di Padang Panjang, meniru model sekolah [[Tan Malaka]] di [[Semarang]]. Organisasi pemuda Sarikat Rakyat, Barisan Muda, menyebar ke seluruh SumatraSumatera Barat. Dua pusat gerakan komunis lain adalah [[Silungkang]] dan Padang. Bila di Padang Panjang gerakan berakar dari sekolah-sekolah di Silungkang pendukung komunis berasal dari kalangan saudagar dan buruh tambang.
 
Sulaiman Labai, seorang saudagar, mendirikan cabang [[Sarekat Islam]] di [[Silungkang, Sawahlunto]] pada [[1915]]. Pada tahun 1924 cabang ini diubah menjadi [[Sarekat Rakyat]]. Selain itu berdiri juga cabang organisasi pemuda komunis, IPO.
Baris 106:
Pertumbuhan gerakan komunisme terhenti setelah [[Pemberontakan Malam Tahun Baru|pemberontakan di Silungkang 1927]]. Para aktivis komunis ditangkap, baik yang terlibat pemberontakan ataupun tidak. Banyak di antaranya yang dibuang ke [[Digul]].
 
== SumatraSumatera Barat: 1930-an ==
=== Merebaknya partai-partai politik ===
[[Berkas:Rasuna Said.jpg|ka|jmpl|[[Rasuna Said|HR Rasuna Said]], aktivis [[Persatuan Muslim Indonesia|Permi]]]]
Meskipun komunisme menjadi sangat populer pada dasawarsa 1920-an kaum agama yang tak setuju dengan ideologi baru itu pun tetap berkembang. Awal tahun 1920 berdiri PGAI (Persatuan Guru Agama Islam) dengan tujuan mengumpulkan ulama-ulama di SumatraSumatera Barat. Atas prakarsa H. Abdullah Ahmad tahun [[1924]] berdirilah sekolah Normal Islam di Padang. Sekolah ini dimaksudkan sebagai sekolah lanjutan, lebih tinggi daripada Sumatra Thawalib yang merupakan sekolah rendah.
 
Setelah melawat ke [[Jawa]] tahun [[1925]] dan bertemu pemimpin-pemimpin [[Muhammadiyah]] di sana Haji Rasul turut mendirikan cabang Muhammadiyah. Pertama di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang]] dan kemudian di [[Padang Panjang]]. Organisasi ini dengan cepat menjalar ke seluruh SumatraSumatera Barat.
 
Muhammadiyah berperan penting dalam menentang pemberlakuan [[Ordonansi Guru]] di SumatraSumatera Barat tahun [[1928]]. Dengan ordonansi ini guru agama diwajibkan melapor kepada pemerintah sebelum mengajar. Peraturan ini dipandang mengancam kemerdekaan menyiarkan agama. Sebelumnya Muhammadiyah di Jawa sudah memutuskan meminta ordonansi ini dicabut. Pada tanggal 18 Agustus 1928 diadakanlah rapat umum yang kemudian memutuskan menolak pemberlakuan ordonansi guru.
 
Meskipun terlibat dalam penolakan Ordonansi Guru, berbeda dengan organisasi komunis seperti Sarikat Rakyat, pada umumnya Muhammadiyah menghindari kegiatan politik. Penumpasan gerakan komunis tahun 1927 menyebabkan banyak anggota Sarekat Rakyat atau simpatisannya berpaling ke Muhammadiyah mencari perlindungan. Para anggota yang lebih radikal ini tidak puas dan kemudian banyak yang keluar untuk aktif dalam Persatuan Sumatra Thawalib. Organisasi ini pada tahun [[1930]] menjelma menjadi partai politik bernama [[Persatuan Muslim Indonesia]], disingkat '''Permi'''. Dengan asas Islam dan kebangsaan (nasionalisme) Permi dengan cepat menjadi partai politik terkuat di SumatraSumatera Barat, dan menyebar ke [[Aceh]], Tapanuli, [[Riau]], [[Jambi]] dan [[Bengkulu]]. Partai ini menjadi wadah utama paham Islam modernis. Tokoh-tokoh Permi yang terkenal antara lain Rasuna Said, Iljas Jacub, Muchtar Lutfi dan Djalaluddin Thaib.
 
Partai lain yang juga penting adalah [[PSII]] cabang SumatraSumatera Barat yang berdiri tahun 1928, dan [[PNI Baru]]. PSII SumatraSumatera Barat seperti Permi sangat kuat sikap anti-penjajahannya. Namun tidak seperti Permi yang berakar dari perguruan agama tokoh-tokoh PSII umumnya berasal dari pemimpin adat.
 
Cabang PNI Baru di [[Bukittinggi]] diresmikan [[Mohammad Hatta|Hatta]] tak lama setelah kepulangannya dari Belanda tahun 1932. Sebelumnya cabang Padang Panjang sudah didirikan oleh Khatib Sulaiman.
Baris 125:
=== Penumpasan ===
 
Pada pertengahan [[1933]] pemerintah [[Hindia Belanda]] mengeluarkan larangan berkumpul. Yang menjadi sasaran utama di SumatraSumatera Barat adalah Permi dan PSII. Sementara itu Rasuna Said sudah ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Jawa. Tokoh-tokoh Permi dan PSII awalnya dilarang bepergian, kemudian kedua partai dikenai larangan terbatas dalam mengadakan rapat umum. Pada akhirnya tokoh-tokoh Permi dan PSII ditangkap dan dibuang ke [[Digul]]. Permi akhirnya bubar pada 18 Oktober 1937.
 
Pada saat yang sama di Batavia tokoh-tokoh Partindo dan PNI Baru juga ditangkap. [[Sukarno]] diasingkan ke [[Flores]], Hatta dan [[Sjahrir]] ke Digul. Pimpinan PNI Baru cabang SumatraSumatera Barat sendiri dibiarkan bebas karena mereka membatasi kegiatan politik partai.
Sementara itu tokoh-tokoh PARI berhasil ditahan Belanda yang bekerja sama dengan dinas Intelijen [[Inggris]]. Tan Malaka, pimpinannya, lolos.
 
== Pendudukan Jepang ==
:''Lihat pula: [[Sumatera Barat pada masa pendudukan Jepang]]''
[[Jepang]] memasuki Padang pada 17 Maret 1942. Sukarno yang pada saat itu berada di Padang berhasil meyakinkan sebagian besar tokoh-tokoh nasionalis di SumatraSumatera Barat agar mau bekerja sama dengan Jepang.
 
Tahun 1943 Jepang memerintahkan pendirian [[Gyu Gun]] untuk membantu pertahanan. Gyu Gun di SumatraSumatera Barat dipimpin oleh Chatib Sulaiman yang memilih dan merekrut calon perwira dari SumatraSumatera Barat, Riau dan Jambi. Gyu Gun merupakan satu-satunya satuan ketentaraan yang dibentuk Jepang di SumatraSumatera Barat. Tentara Sukarela ini kemudian menjadi inti Divisi Banteng.
 
== Agresi Militer Belanda I dan II ==
[[Berkas:Bagindo Azizchan.jpg|jmpl|ka|210px|[[Bagindo Aziz Chan]], wali kota Padang yang gugur sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia|pahlawan bangsa]].]]
[[Agresi Militer Belanda I|Agresi militer Belanda pertama]] yang berlangsung dari [[Juli]] hingga [[Agustus]] 1947 juga menimbulkan korban jiwa di SumatraSumatera Barat. Suatu peristiwa kekerasan yang dilancarkan Belanda di [[kota Padang]] akhirnya merenggut nyawa [[Bagindo Aziz Chan]], seorang [[Daftar wali kota Padang|wali kota Padang]] yang kukuh mempertahankan wilayahnya dari pelanggaran yang dilakukan pihak Belanda. Bagindo Aziz Chan kemudian dikukuhkan sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia]].
 
Agresi militer Belanda yang kedua pada [[Desember]] 1948 ke [[Yogyakarta]] sebagai ibu kota [[Indonesia]] berhasil menguasai pusat pemerintahan dan menangkap [[Soekarno]], [[Hatta]], [[Sjahrir]], dan pemimpin lainnya. Peristiwa ini melumpuhkan pemerintahan Indonesia. [[Sjafruddin Prawiranegara]] kemudian membentuk pemerintahan darurat di SumatraSumatera Barat dengan ibu kota [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]. Ini menjadikan SumatraSumatera Barat sebagai pusat perjuangan melawan Belanda yang berkonsekuensi SumatraSumatera Barat menjadi sasaran utama penyerangan oleh militer Belanda. Terjadilah peperangan dan pengeboman di SumatraSumatera Barat yang dilancarkan pihak Belanda.
 
Dalam masa ini juga banyak berjatuhan korban, baik dari para pejuang maupun dari masyarakat sipil. Dalam suatu penyerangan oleh Belanda yang kemudian disebut sebagai "[[Peristiwa Situjuah]]", para pejuang kehilangan beberapa pemimpin dan puluhan pasukan pengawal, di antaranya [[Khatib Sulaiman]], [[Arisun Sutan Alamsyah]], [[Munir Latief]], dan lainnya.
Baris 151:
|last=Kahin
|first=Audrey
|title=Dari Pemberontakan ke Integrasi: SumatraSumatera Barat dan Politik Indonesia 1926-1998
|publisher=Yayasan Obor Indonesia
|date=2005
Baris 163:
{{Sejarah provinsi Indonesia}}
 
[[Kategori:Sejarah SumatraSumatera Barat| ]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia menurut provinsi|SumatraSumatera Barat]]