Siti Manggopoh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib) |
OrophinBot (bicara | kontrib) |
||
(20 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Person
|name= Siti Manggopoh
|image=
|caption=
|birth_date=
|birth_place= {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam
|death_date=
|death_place= {{flagicon|Indonesia}} Gasan Gadang, [[Batang Gasan, Padang Pariaman|Batang Gasan]], [[Padang Pariaman]], [[Sumatera Barat]]
|restingplace=Taman Makam Pahlawan Siti Manggopoh, Lubuk Basung, Agam, Sumatera Barat
|occupation=
|known for= Pemimpin [[Perang Belasting]]
|spouse= Hasik Bagindo Magek<ref>https://m.liputan6.com/regional/read/4337415/mengunjungi-masjid-siti-manggopoh-saksi-bisu-perang-belasting</ref><ref>https://jpnn.com/amp/news/siti-manggopoh-kepala-pemberontak-dari-ranah-minang</ref>
|parents= Sutan Tariak (ayah)<br>Mak Kipap (ibu)
}}
'''Siti Manggopoh''' (lahir di {{lahirmati|[[Manggopoh, Lubuk Basung, Agam
== Riwayat ==
[[Berkas:Makam Siti Manggopoh.jpg|jmpl|Kompleks Makam Pejuang Perang Manggopoh]]
Pada tahun 1908, Siti melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (''belasting''). Peraturan ''belasting'' dianggap bertentangan dengan [[adat Minangkabau]], karena tanah adalah kepunyaan komunal atau kaum di [[Ranah Minang|Minangkabau]]. Pada tanggal [[16 Juni]] [[1908]], Belanda sangat kewalahan menghadapi tokoh perempuan Minangkabau ini, sehingga meminta bantuan kepada tentara Belanda yang berada di luar [[nagari]] Manggopoh. Perang ini kemudian dinamai Perang Belasting.
Dengan siasat yang diatur sedemikian rupa oleh Siti, dia dan pasukannya berhasil menewaskan 53 orang serdadu penjaga benteng. Sebagai perempuan, Siti Manggopoh cukup mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Ia memanfaatkan naluri keperempuanannya secara cerdas untuk mencari informasi tentang kekuatan Belanda tanpa hanyut dibuai rayuan mereka.
Ia pernah mengalami konflik batin ketika akan mengadakan penyerbuan ke benteng Belanda. Konflik batin tersebut adalah antara rasa keibuan yang dalam terhadap anaknya yang erat menyusu di satu pihak dan panggilan jiwa untuk melepaskan rakyat dari kezaliman Belanda di pihak lain. Namun ia segera keluar dari sana dengan memenangkan panggilan jiwanya untuk membantu rakyat.
Tanggung jawabnya sebagai ibu dilaksanakan kembali setelah melakukan penyerangan. Bahkan anaknya, Dalima, dia bawa melarikan diri ke [[hutan]] selama 17 hari dan selanjutnya dibawa serta ketika ia ditangkap dan dipenjara 14 bulan di [[Lubuk Basung, Agam]], 16 bulan di [[Kota Pariaman|Pariaman]], dan 12 bulan di [[Kota Padang|Padang]]. Mungkin karena anaknya masih kecil atau karena alasan lainnya, akhirnya Siti Manggopoh dibebaskan. Namun suaminya dibuang ke [[Kota Manado|Manado]].
==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.sufiz.com/kisah-mujahid/siti-manggopoh-singa-betina-dari-sumatera-barat.html "Siti Manggopoh, Singa Betina dari Sumatera Barat"], ''Sufi Zona''
* {{id}} [http://reviandi.wordpress.com/2008/04/27/singa-betina-itu-siti-manggopoh/ "Singa Betina itu Siti Manggopoh"], ''Blog Reviandi''
{{DEFAULTSORT:Manggopoh, Siti}}▼
{{lifetime|1880|1960|}}
▲{{DEFAULTSORT:Manggopoh, Siti}}
[[Kategori:Pejuang kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh pejuang yang dibuang]]
[[Kategori:Tokoh pejuang Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
|