Soeman Hasiboean: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
|||
(61 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku Mandailing|Mandailing]]|[[Hasibuan]]}}
{{periksa terjemahan|en|Soeman Hasiboean}}
{{Infobox person
| name = Soeman
| image = Suman Hs in Lontar Foundation film on Suman Hs (02.42).jpg
| image_size =
| birth_date = {{Birth date|1904|4|4|df=y}}
| birth_name = Soeman Hasibuan
| birth_place = [[Bengkalis]], [[Riau]], [[Hindia Belanda]]
| death_date =
| death_place = [[Pekanbaru]], [[Riau]], [[Indonesia]]▼
| known_for = Promosi pendidikan, penulisan
| notable_works = {{plainlist|
* ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan''
* ''[[Kawan Bergeloet]]''
}}
| parents =
| religion = Islam{{sfn|Tanjungpinang, 2014}}
| nationality = [[Indonesia]]
| ethnicity = [[Suku
▲|death_place = [[Pekanbaru]], [[Riau]]
}}
'''Soeman
Pada masa [[pendudukan Jepang di Hindia Belanda]] (1942–1945) dan kemudian [[Revolusi Nasional Indonesia|revolusi]], Soeman—meskipun ia tetap seorang
Sebagai seorang pengarang, Soeman menulis cerita-cerita yang bertemakan [[suspens]] dan humor, menggambarkan fiksi detektif dan petualangan Barat serta [[sastra Melayu klasik]]. Karya tulis
== Kehidupan awal ==
Soeman lahir di [[Bengkalis]], [[Riau]], [[Hindia Belanda]], pada 1904.{{efn|Tanggal tidak dicatat. Soeman kemudian menyatakan bahwa ia diberitahukan tahun kelahirannya oleh ayahnya, namun ia tidak memastikan apakah informasi tersebut akurat {{harv|Kasiri|1993|p=92}}.}} Ayahnya
Di Bengkalis, Wahid dan Turumun menanam [[nanas]] dan [[kelapa]]. Wahid juga mengajarkan [[ngaji]], yang membuatnya meraih pemasukan dari keluarga Muslim.<ref>{{harvnb|Tanjungpinang, 2014}}; {{harvnb|Muhammad|2002|p=201}}; {{harvnb|Kasiri|1993|p=93}}.</ref> Karena ayahnya mengajar di rumahnya, Soeman
Bercita-cita menjadi guru, Soeman berupaya masuk kursus untuk menjadi guru potensial di [[Medan]], [[
Setelah lulus, Soeman menemukan pekerjaan di HIS Siak Sri Indrapura, sebuah [[Hollandsch-Inlandsche School|sekolah berbahasa Belanda untuk murid-murid pribumi]] di [[Kesultanan Siak Sri Indrapura|Siak Sri Indrapura]],
==
Soeman mulai menulis pada 1923 tak lama setelah menyelesaikan pendidikannya.{{sfn|Kasiri|1993|p=106}}
[[Berkas:Pertjobaan Setia (2nd edition), cover.jpg|
Karya tersebut disusul oleh ''Pertjobaan Setia'' pada 1931, sebuah novel
Soeman menerbitkan novel lainnya, ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan'', pada 1932. Novel tersebut
Antara 1932 dan 1938, Soeman menerbitkan dua novel berikutnya, ''Kasih Tersesat'' (diserialisasikan dalam ''Pandji Poestaka'' pada 1932) dan ''Teboesan Darah'' (diterbitkan dalam ''Doenia Pengalaman''<!--Issue 8, April edition--> pada 1939).<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Jassin|1963|p=309}}</ref> Novel ''Teboesan Darah'' menandai kembalinya Sir Joon, yang muncul dalam beberapa cerita detektif lainnya karya pengarang lainnya.<ref>{{harvnb|Teeuw|2013|p=72}}; {{harvnb|Jedamski|2009|pp=
== Penjajahan Jepang dan Revolusi Nasional Indonesia ==
Setelah Jepang menjajah Hindia Belanda pada 1942, Soeman diangkat menjadi kepala sekolah oleh pasukan penjajah. Ia
Meskipun [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] dibuat pada 17 Agustus 1945, beritanya tidak mencapai Riau sampai bulan September. Pada bulan berikutnya, Soeman terpilih pada Komite Nasiona Indonesia untuk Pasir Pengaraian yang baru dibentuk, dan kemudian menjadi ketuanya. Pada masa jabatannya, ia menghadapi perselisihan antara bekas staf kolonial yang lebih menginginkan
Setelah [[Operasi Kraai]] pada 1948, ketika pasukan Belanda menduduki ibu kota republik di [[Yogyakarta]] dan menangkap sebagian besar anggota pemerintahan Sukarno, Soeman menjadi komandan pasukan [[gerilya]] di Riau. Di samping melanjutkan perjuangan, ia ditugaskan untuk menjadi para pejuang baru untuk mendukung sebaba-sebab republik. Dalam misi tersebut, ia ikut membantu dengan jaringan ekstensifnya sebagai guru sekolah jangka panjang, dan beberapa pejuang Soeman adalah mantan muridnya sendiri. Meskipun para pasukannya berada di bawah senjata, Soeman memimpin mereka dalam pertarungan melawan pasukan [[pribumi]] yang bersekutu dengan Belanda selama beberapa kali.<ref>{{harvnb|Rampan|2000|p=455}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=100–101}}.</ref>
==Pengajar dan kehidupan selanjutnya==▼
Setelah [[Konferensi Meja Bundar]] pada 1949, Soeman dipanggil ke Pekanbaru dan diangkat menjadi kepala cabang regional dari [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Indonesia)|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]]. Tugas utamanya adalah mebdirikan kembali dan menyusun kembali sistem pendidikan di Riau setelah tiga tahun pendudukan dan empat tahun revolusi. Laci-laci digunakan untuk kayu bakar, bangunan-bangunan sekolah digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari pasukan musuh, dan sebagian besar penduduk tidak dapat menghadiri kelas secara giat. Selain itu, departemen tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk mendukung pembangunan kembali. Pada tiga tahun berikutnya, Soeman memimpin proyek-proyek [[kerja komunal]] yang didedikasikan untuk memulihkan fasilitas pendidikan Riau dan meraih bantuan sukarela dari masyarakat.{{sfn|Kasiri|1993|pp=101–102}}▼
▲== Pengajar dan kehidupan selanjutnya ==
Peristiwa tersebut disusul oleh periode pembangunan infrastruktur pendidikan lanjutan. Untuk membantu para guru SD melanjutkan pendidikan mereka, Soeman mengambil gambar dalam pendirian sebuah SMP swasta pada 1953.{{efn|Sebagian besar guru hanya menempuh pendidikan tingkat SD {{harv|Kasiri|1993|p=102}}.}} Pada tahun berikutnya, ia membantu pendirian SMA Setia Dharma, SMA pertama di Riau. Menteri Pendidikan [[Mohammad Yamin]] menghadiri acara pembukaannya, dimana Soeman membandingkan situasi di Riau dengan Aceh dan Sumatra Utara dan menyatakan bahwa orang-orang di Riau seolah-olah dianaktirikan. Ia meminta Yamin untuk mengirimkan guru-guru pemerintah untuk mendukung Setia Dharma. Meskipun Yamin keberatan dengan permintaan Soeman dan tidak mengirimkan satu pun guru ke Setia Dharma, ia memerintahkan sebuah SMA negeri dibuka di Riau.{{sfn|Muhammad|2002|pp=201–202}}▼
▲Setelah [[Konferensi Meja Bundar]] pada 1949, Soeman dipanggil ke Pekanbaru dan diangkat menjadi kepala cabang regional dari [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Indonesia)|Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]]. Tugas utamanya adalah
▲Peristiwa tersebut disusul oleh periode pembangunan infrastruktur pendidikan lanjutan. Untuk membantu para guru SD melanjutkan pendidikan mereka, Soeman mengambil gambar dalam pendirian sebuah SMP swasta pada 1953.{{efn|Sebagian besar guru hanya menempuh pendidikan tingkat SD {{harv|Kasiri|1993|p=102}}.}} Pada tahun berikutnya, ia membantu pendirian SMA Setia Dharma, SMA pertama di Riau. Menteri Pendidikan [[Mohammad Yamin]] menghadiri acara pembukaannya, dimana Soeman membandingkan situasi di Riau dengan Aceh dan
==Gaya dan proses kreatif==▼
[[Berkas:Lontar Foundation film on Suman Hs.webm|thumb|Sebuah cerita pendek tentang Soeman, buatan [[Yayasan Lontar]]]]▼
Soeman mengkredit kisah-kisah petualangan [[Alexandre Dumas]] dan pengarang-pengarang serupa, yang ia baca dalam terjemahan, untuk memahami genre petualangan dan detektif. Soeman memahami penggunaan [[suspens]] pada cerita-cerita tersebut, yang diset dalam karya-karya yang biasanya mempengaruhi para pengarang Melayu seperti [[Marah Rusli]].{{sfn|Kasiri|1993|pp=109–110}} Menurut kritikus kebudayaan [[Sutan Takdir Alisjahbana]], Soeman, dalam pembangunan suspensnya, memimikkan kisah-kisah detektif Barat ketimbang mengadaptasi gaya penyetingan Timur.{{sfn|Alisjahbana|1941|p=12}}▼
Soeman melanjutkan bekerja untuk mendirikan sekolah-sekolah baru di Riau. Pada akhir 1950an, melihat berkembangnya sekolah-sekolah dari organisasi [[Kekristenan di Indonesia|Kristen]], Soeman, dengan bekerja dengan Muslim lainnya di Riau, mulai mendirikan sekolah-sekolah Islam pada tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Pada 1961, Gubernur Riau [[Kaharuddin Nasution]] mengundang Soeman dan mengajaknya untuk bergabung dengan Badan Pemerintah Harian{{efn|Fungsinya sama dengan Badan Perwakilan Regional.}} dari pemerintah provinsi.{{efn|Setelah kemerdekaan Indonesia, Riau menjadi bagian dari Provinsi Sumatra Tengah. Sutradara Tengah terbagi dalam tiga provinsi ([[Sumatera Barat]], [[Jambi]], dan Riau) di bawah hukum No. 61 1958.}} Ia dan Yayasan Pendidikan Islam bekerja dengan pemerintah untuk mendirikan [[Universitas Islam Riau]].<ref>{{harvnb|Muhammad|2002|p=202}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=104–105}}.</ref> Soeman menghadiri acara pembukaan formal-nya 1962.{{sfn|Kasiri|1993|p=105}}
==Warisan==▼
[[Berkas:Soeman HS Library, Pekanbaru, Indonesia.jpg|thumb|[[Perpustakaan Soeman HS]] di [[Pekanbaru]]]]▼
Karya-karya Soeman seringkali digunakan untuk mengajarkan sastra untuk murid-murid SMP dan SMA, utamanya di Riau, dimana pada 1970an, karya-karya tersebut didistribusikan oleh pemerintah provinsi.{{sfn|Kasiri|1993|p=114}} Salah satu cerita pendek Soeman, "Papan Reklame", masuk dalam sebuah bacaan terbitan [[Cornell University Press]] untuk murid-murid asal Indonesia,{{sfn|Wolff|1978|p=161}} dan [[HB Jassin]] memasukkan salah satu puisi Soeman, "Iman", dalam antologi ''Pudjangga Baroe'' (1963).<ref>{{harvnb|Nasution|1998|loc=21:50}}; {{harvnb|Jassin|1963|p=310}}.</ref> Pada 1993, ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan'' diadaptasi ke dalam sebuah serial televisi buatan [[August Melasz]].{{sfn|Eneste|2001|p=50}}▼
Meskipun ia secara resmi pensiun sebagai guru untuk bergabung dengan Badan Pemerintah Harian, dari 1960an Soeman terlibat dalam beberapa yayasan pendidikan. Ia menjabat sebagai direktur jenderal Yayasan Lembaga Pendidikan Islam serta ketua badan kepengurusan Setia Dharma, Yayasan Pendidikan Riau, dan Lembaga Sosial Budaya Riau. Ia juga mengutamakan hubungan dengan pemerintah provinsi; pada 1966, ia secara resmi menjadi bagian dari Dewan Perwakilan Regional, dan pada 1976, atas rekomendasi Gubernur Arifin Achmad, ia naik [[haji]] menggunakan kas negara.{{efn|Dalam sebuah wawancara 1989, Soeman berkata bahwa ia menganggap rekomendasi Achmad sebagai sebuah permintaan atas reaksi gubernur terhadap kritikan Soeman yang ditujukan kepada kebijakan-kebijakannya {{harv|Kasiri|1993|p=117}}.}}<ref>{{harvnb|Eneste|1981|p=92}}; {{harvnb|Kasiri|1993|pp=116–118}}</ref>
Sampai akhir hayat Soeman, buku-bukunya hanya sedikit diterbitkan ulang dan dibicarakan,<ref>{{harvnb|Muhammad|2002|p=203}}; {{harvnb|Nasution|1998|loc=3:41}}</ref> dan sebuah profil 2014 buatan Pusat Tanjungpinang untuk Penyajian Nilai-Nilai Kebudayaan menyebut Soeman sebagai seorang pengajar dan penulis yang terlupakan.{{sfn|Tanjungpinang, 2014}} Namun, karya-karya Soeman masih diantologikan, dan pada 2008, [[Perpustakaan Soeman HS]] di Pekanbaru dinamakan dengan namanya. Rancangannya mengingatkan pada alas baca [[al-Qur'an]] dan merefleksikzn budaya Islam Melayu, perpustakaan berdinding kaca dan enam lantai tersebut dioperasikan olen pemerintah Riau.<ref>{{harvnb|Tanjungpinang, 2014}}; {{harvnb|Herawati|Yogiyanti|2015}}.</ref> Pada 2010, Yayasan Sagang secara anumerta menganugerahkan Soeman dengan Penghargaan Sagang Kencana untuk jasa-jasanya dalam menyajikan budaya Melayu.{{sfn|''Riau Pos'' 2015, Peraih Anugerah Sagang}}▼
Soeman meninggal di [[Pekanbaru]] pada 8 Mei 1999. Ia masih aktif dalam berbagai aspek pendidikan di Riau sampai tahun sebelumnya. {{sfn|Rampan|2000|p=455}}
==Pengakuan==▼
Soeman telah dikategorikan sebagai pengarang kecil dari periode ''Poedjangga Baroe''. Sarjana sastra Indonesia asal Belanda [[A. Teeuw]] menyatakan bahwa, meskipun puisi Soeman umumnya berbentuk konvensional,{{sfn|Teeuw|2013|p=47}} cerita-cerita detektifnya "tidak bersahaja namun enak dibaca". Namun, ia menganggap kumpulan cerita pendek Soeman, ''Kawan Bergeloet'', karya buatannya paling terkenal dalam bidang sastra, memiliki sketsa "sangat terobservasi dan tergambar secara realistis".{{sfn|Teeuw|2013|p=73}} Sementara itu, Alisjahbana memuji penggunaan inovatif Melayu Soeman namun menganggap alur cerita pengarang tersebut tidak konsenkuensial dan tidak logis, dengan akting naratif "seperti anak-anak yang mengkilatkan permainannya dengan sekejap mata, namun juga langsung menyembunyikannya untuk membangkitkan rasa penasaran pada temannya".{{efn|Asli: "... ''seperti kanak-kanak jang mengilatkan sekedjap mata permainannja, tetapi segera menjemboenjikannja poela oentoek membangkitkan 'keinginan hendak tahoe' pada temannja.''"}} Ia menganggap karya Soeman baik untuk dibaca karena nilai hiburannya.{{sfn|Alisjahbana|1941|pp=9–10}}▼
▲== Gaya dan proses kreatif ==
▲[[Berkas:Lontar Foundation film on Suman Hs.webm|
▲Soeman mengkredit kisah-kisah petualangan [[Alexandre Dumas]] dan pengarang-pengarang serupa, yang ia baca dalam terjemahan, untuk memahami genre petualangan dan detektif. Soeman memahami penggunaan [[suspens]] pada cerita-cerita tersebut, yang diset dalam karya-karya yang biasanya mempengaruhi para pengarang Melayu seperti [[Marah Rusli]].{{sfn|Kasiri|1993|pp=109–110}} Menurut kritikus kebudayaan [[Sutan Takdir Alisjahbana]], Soeman, dalam pembangunan suspensnya, memimikkan kisah-kisah detektif Barat ketimbang mengadaptasi gaya penyetingan Timur.{{sfn|Alisjahbana|1941|p=12}} Namun, pengaruh-pengaruh tradisional tampak dalam karya-karya Soeman. Ia mengkredit unsur-unsur komedi dari cerita-cerita pendeknya untuk aspek-aspek humor pada [[cerita rakyat Melayu|sastra cerita rakyat Melayu]] seperti kisah "[[Lebai Malang]]".{{sfn|Kasiri|1993|pp=109–110}}
Penyair [[Eka Budianta]] menyatakan bahwa teman umum dalam karya-karya Soeman adalah memperkuat cinta dan kemampuannya untuk mengatasi masalah.{{sfn|Nasution|1998|loc=9:12–9:57}} Soeman menulis kekuatan cinta dan pernikahan atas dasar cinta dalam menanggapi perlakuan wanita dalam budaya ''[[adat]]'' (tradisional). Di kalangan Melayu Riau, [[pernikahan perjodohan]] adalah hal umum, dan wanita terkadang dinikahkan dengan seorang pria yang lebih tua dari ayahnya. Sebelum pernikahan, wanita muda tidak boleh ke luar dan tidak diperkenankan berinteraksi dengan pria manapun kecuali orang-orang yang dipilih suaminya.{{sfn|Kasiri|1993|pp=107–108}} Selain itu, Soeman menggunakan ''Kasih Tak Terlarai'' untuk mengkritik kesalahan asuh anak yatim piatu setelah diadopsi.{{sfn|Kasiri|1993|pp=107–108}}
Beberapa karakter buatan Soeman tidak teridentifikasi sebagai [[Pribumi-Nusantara]], yang meliputi Nona (nama umum di kalangan [[Tionghoa Indonesia|etnis Tionghoa]]) dan Sir Joon (orang [[orang Indo|Eurasia]]). Hal tersebut merupakan bagian dari sebuah penawaran untuk menghibur para pembaca dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, serta orang-orang yang tinggal di Singapura.{{sfn|Kasiri|1993|p=109}} Hal tersebut juga menyajikan kritikan lembut bagi Soeman. Dalam sebuah wawancara, Soeman berkata: "Roman saya selalu mendobrak adat yang kaku. Nah, untuk menggambarkan itu, sengaja saya pilih tokoh orang asing, yang lebih diterima jika memberontak adat. Itu hanya strategi kepengarangan, biar cerita kita diterima."{{sfn|Muhammad|2002|p=203}}
[[Diksi]] Soeman dalam cerita-cerita pendek buatannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang Sumatra timur-nya, dengan pengucapan Melayu dan pengaruh [[bahasa Jawa|Jawa]] yang lebih sedikit ketimbang beberapa penulis kontemporer.{{sfn|Rosidi|1968|p=36}} Namun, seperti halnya para penulis sejawatnya dari generasi ''Poedjangga Baroe'', ia tetap menggunakan istilah [[sastra Melayu klasik|Melayu klasik]] seperti ''alkisah'' dan ''maka''. Ia dikritik karena menggunakan kalimat yang bertele-tele ketimbang sastra sebelumnya, bukannya berupaya untuk menggunakan gaya yang lebih ringkas dan langsung dan menghindari kiasan.{{sfn|Kasiri|1993|pp=112–113}} Dalam sebuah artikel 1936, Alisjahbana berkata bahwa, di tangan Soeman, "bahasa Melayu yang telah kaku dan beku dikarenakan susunan tetap dan aturannya, menjadi cair kembali".{{efn|Asli: "''... bahasa Melajoe lama jang telah kakoe dan bekoe oleh karena telah tetap soesoenan dan atjoeannja, mendjadi tjair kembali...''"}}{{sfn|Alisjahbana|1941|p=5}}
▲== Warisan ==
▲[[Berkas:Soeman HS Library, Pekanbaru, Indonesia.jpg|
▲Karya-karya Soeman
▲Sampai akhir hayat Soeman, buku-bukunya hanya sedikit diterbitkan ulang dan dibicarakan,<ref>{{harvnb|Muhammad|2002|p=203}}; {{harvnb|Nasution|1998|loc=3:41}}</ref> dan sebuah profil 2014 buatan Pusat Tanjungpinang untuk Penyajian Nilai-Nilai Kebudayaan menyebut Soeman sebagai seorang pengajar dan penulis yang terlupakan.{{sfn|Tanjungpinang, 2014}} Namun, karya-karya Soeman masih diantologikan, dan pada 2008, [[Perpustakaan Soeman HS]] di Pekanbaru dinamakan dengan namanya. Rancangannya mengingatkan pada alas baca [[al-Qur'an]] dan
▲== Pengakuan ==
▲Soeman telah dikategorikan sebagai pengarang kecil dari periode ''Poedjangga Baroe''. Sarjana sastra Indonesia asal Belanda [[A. Teeuw]] menyatakan bahwa, meskipun puisi Soeman umumnya berbentuk konvensional,{{sfn|Teeuw|2013|p=47}} cerita-cerita detektifnya "tidak bersahaja namun enak dibaca". Namun, ia menganggap kumpulan cerita pendek Soeman, ''Kawan Bergeloet'', karya buatannya paling terkenal dalam bidang sastra, memiliki sketsa "sangat terobservasi dan tergambar secara realistis".{{sfn|Teeuw|2013|p=73}} Sementara itu, Alisjahbana memuji penggunaan inovatif Melayu Soeman namun menganggap alur cerita pengarang tersebut tidak konsenkuensial dan tidak logis, dengan akting naratif "seperti anak-anak yang mengkilatkan permainannya dengan sekejap mata,
Dalam sebuah film yang menyoroti Soeman yang dibuat oleh [[Yayasan Lontar]], Budianta menyatakan bahwa:
{{quote|text=Karya-karyanya boleh dikata sedikit. Karya-karyanya boleh dikata kurang disukai, tidak terlalu monumental, tetapi kehadiran Soeman Hs sebagai penulis cerita humor dan penulis cerita detektif, itu tidak bisa diabaikan. Kalau kita mau bercerita tentang pelopor penulis humor atau pelopor cerita detektif, Soeman Hs itu bapaknya. Dia bisa dianggap bapak cerita humor dan detektif.|sign=Eka Budianta|source=dalam {{harvtxt|Nasution|1998|loc=11:30–12:08}}}}
== Daftar pustaka pilihan ==
==Catatan penjelas==▼
{{col-begin}}
{{col-2}}
* ''Kasih Tak Terlarai'' (novel, 1929)
* ''Pertjobaan Setia'' (novel, 1931)
* ''Mentjahari Pentjoeri Anak Perawan'' (novel, 1932)
{{col-2}}
* ''Kasih Tersesat'' (novel, 1932)
* ''Teboesan Darah'' (novel, 1939)
* ''[[Kawan Bergeloet]]'' (kumpulan cerita pendek; 1941)
{{col-end}}
▲== Catatan penjelas ==
{{notelist}}
== Referensi ==
{{reflist|20em}}
== Karya yang dikutip ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite book
Baris 105 ⟶ 133:
|last=Balai Pustaka
}}
* {{cite book
|title=Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern
|trans_title=Lexicon of Modern Indonesian Literature
Baris 131 ⟶ 159:
| ref = harv
}}
▲ |title=Wisata Edukasi ke Perpustakaan Soeman HS Pekanbaru
|trans_title=Educational Tourism to the Soeman HS Library, Pekanbaru
|language=Indonesian
|work=
|url=http://ceritaanda.viva.co.id/news/read/715863-wisata-edukasi-ke-perpustakaan-soeman-hs-pekanbaru
|last1=Herawati▼
|first1=Elly▼
|last2=Yogiyanti
|first2=Nadira Octova
|date=28 December 2015
|accessdate=16 April 2016
|archiveurl=
|archivedate=
|ref=harv
|dead-url=no
}}▼
▲ }}
* {{cite book
| last = Jassin
Baris 160 ⟶ 188:
| ref = harv
}}
* {{cite book
|url=https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/15074/Jedamski%20-%20Holmes%20Essay.pdf?sequence=7
|archivedate=
|archiveurl=
|accessdate=3 September 2012
|publisher=Rodopi
Baris 178 ⟶ 206:
|series=Cross/Cultures
|volume=119
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|chapter=Soeman Hs: Guru yang Berjiwa Guru
Baris 221 ⟶ 250:
| ref = harv
}}
* {{Cite book
|title=Bayang Baur Sejarah: Sketsa Hidup Penulis-penulis Besar Dunia
|trans_title=The Blending Shadows of History: Sketches of the Lives of the World's Greatest Writers
Baris 233 ⟶ 262:
|isbn=978-979-668-401-4
}}
* {{cite video
|last = Nasution
|first = Arswendy
|url = http://sea.lib.niu.edu/islandora/object/SEAImages%3AYL-PG-006-SOEMAN-MFE
|year = 1998
|title = Soeman Hasibuan
|medium = streamed video
|language = Indonesian
|publisher = [[Lontar Foundation]]
|oclc = 56795585
|ref = harv
}}
* {{cite news
Baris 253 ⟶ 282:
|date=12 October 2015
|accessdate=16 April 2016
|archiveurl=
|archivedate=
|ref={{sfnRef|''Riau Pos'' 2015, Peraih Anugerah Sagang}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite book
|title=Leksikon Susastra Indonesia
|trans_title=Lexicon of Indonesian Literature
Baris 283 ⟶ 313:
|first=Ajip
}}
* {{cite web
|title=Soeman HS: Tokoh Sastra dan Pendidikan yang Terlupakan
|trans_title=Soeman HS: A Forgotten Figure in Literature and Education
Baris 289 ⟶ 319:
|publisher=Tanjungpinang Center for Preserving Cultural Values
|accessdate=12 April 2016
|archiveurl=
|date=6 June 2014
|archivedate=
|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbtanjungpinang/2014/06/06/soeman-hs-tokoh-sastra-pendidikan-yang-terlupakan/
|ref={{sfnRef|Tanjungpinang, 2014}}
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|author-link=A. Teeuw
Baris 318 ⟶ 349:
{{refend}}
==
* [http://melayuonline.com/ind/personage/dig/252 perjalan hidup Soeman Hs] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100926211746/http://melayuonline.com/ind/personage/dig/252 |date=2010-09-26 }} pada situs melayuonline.com
* [http://melayuonline.com
{{lifetime|1904|1999}}
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
Baris 333 ⟶ 361:
[[Kategori:Tokoh Riau]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Artikel yang mengandung rekaman video]]
|