Tabuik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(17 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox recurring event
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tabut-feest TMnr 10001137.jpg|jmpl|170px|Tabuik di [[Kota Solok]] (tahun 1910-1920)]]
| name = Tabuik
[[Berkas:Tabuik Pariaman.jpg|rt|lurus|jmpl|200px|Monumen Tabuik di pusat [[Pariaman]], [[Sumatra Barat]], [[Indonesia]].]]
| native_name =
'''Tabuik''' ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]: '''Tabut''') adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati [[Asyura]], gugurnya [[Husain bin Ali|Imam Husain]], cucu [[Muhammad]], yang dilakukan oleh masyarakat [[Minangkabau]] di daerah pantai [[Sumatra Barat]], khususnya di [[Kota Pariaman]]. Festival ini termasuk menampilkan kembali [[Pertempuran Karbala]], dan memainkan drum [[:en:tassa|tassa]] dan [[:en:dhol|dhol]]. ''Tabuik'' merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara [[Syi'ah]], akan tetapi penduduk terbanyak di [[Pariaman]] dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut [[Sunni]]. Di Bengkulu dikenal pula dengan nama [[Tabot]].
| native_name_lang =
[[Berkas:Tabuik festival.jpg|jmpl|170px|Tabuik diturunkan ke laut di Pantai [[Pariaman]], [[Sumatra Barat]], Indonesia]]
| logo =
| logo_alt =
| logo_caption =
| logo_size =
| image =Tabuik festival.jpg
| image_size =
| alt =
[[Berkas:Tabuik| caption = festival.jpg|jmpl|170px|Tabuik diturunkan ke laut di Pantai [[Pariaman]], [[SumatraSumatera Barat]], Indonesia]]
| status = aktif
| genre =
| date =
| begins =
| ends =
| frequency = setiap tahun
| venue =
| location =
| coordinates =
| country = [[Indonesia]]
| years_active =
| first =
| founder_name =
| last =
| prev =
| next =
| participants =
| attendance =
| capacity =
| area =
| budget =
| activity =
| leader_name =
| patron =
| organised =
| filing =
| people =
| member =
| sponsor =
| website =
| current =
| footnotes =
}}
'''Tabuik''' ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]: '''Tabut''') adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati [[Hari Asyura|Asyura]], gugurnya [[Husain bin Ali|Imam Husain]], cucu [[Muhammad]], yang dilakukan oleh masyarakat [[Minangkabau]] di daerah pantai [[SumatraSumatera Barat]], khususnya di [[Kota Pariaman]]. Festival ini termasuk menampilkan kembali [[Pertempuran Karbala]], dan memainkan drum [[:en:tassa|tassa]] dan [[:en:dhol|dhol]]. ''Tabuik'' merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara [[Syi'ah]], akan tetapi pendudukmayoritas terbanyakpenduduk di [[Pariaman]] dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut [[Sunni]]. Di Bengkulu dikenal pula dengan nama [[Tabot]].
 
Upacara melabuhkan ''tabuik'' ke laut dilakukan setiap tahun di [[Pariaman]] pada [[Hari Asyura|10 Muharram]] sejak [[1831]].<ref name="jpost">{{cite news
|last = Bachyul Jb
Baris 10 ⟶ 53:
|date = [[2006-03-01]]
|url = http://www.tmcnet.com/usubmit/2006/03/01/1422473.htm
|accessdate = 2007-01-27 }}</ref> Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim [[Syi'ah]] dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan [[Inggris]] di [[Sumatra]] bagian barat.
 
== Tahapan ==
[[Berkas:Tabuik Pariaman.jpg|rt|lurus|jmpl|200px|Monumen Tabuik di pusat [[Pariaman]], [[SumatraSumatera Barat]], [[Indonesia]].]]
Ritual pembuatan tabuik dimulai dengan pengambilan tanah dari sungai pada tanggal 1 Muharram. Tanah tersebut diletakkan dalam periuk tanah dan dibungkus dengan kain putih, kemudian disimpan dalam lalaga yang terdapat di halaman rumah tabuik. Lalaga adalah tempat berukuran 3x3 meter yang dipagari dengan parupuk, sejenis bambu kecil. Tanah yang dibungkus dengan kain putih adalah perumpamaan kuburan Husain. Tempat Ini akan diatapi dengan kain putih berbentuk kubah. Tanah tersebut akan dibiarkan disana sampai dimasukkan ke dalam tabuik pada tanggal Muharram.
 
Baris 19 ⟶ 63:
Pada tanggal 10 Muharram pagi, diadakan prosesi Tabuik naik pangkat, yaitu pemasangan bagian atas tabuik. Kemudian Tabuik diarak hingga akhirnya dibuang ke laut.<ref>{{Cite book|title=Atraksi Budaya Nusantara|last=Rita dkk|first=Nariswari|publisher=Pusat Data dan Analisis Tempo|year=2013|isbn=|location=Jakarta|pages=3}}</ref>
 
== Festival TabuikSejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tabut-feest TMnr 10001137.jpg|jmpl|170px|Tabuik di [[Kota Solok]] (tahun 1910-1920)]]
Festival Tabuik merupakan bagian dari cara masyarakat merayakan tradisi Tabuik secara tahunan. Ketika upacara adat ini sudah diakui oleh pemerintah sebagai bagian berharga dari kehidupan berbangsa, maka festival Tabuik pun menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Festival Tabuik sudah berlangsung sejak puluhan tahun, disebutkan bahwa festival ini sudah berlangsung sejak abad ke-19 Masehi. Festival Tabuik ini kini tidak hanya menjadi bagian dari adat masyarakat setempat semata melainkan juga menjadi salah satu bagian dari komoditas pariwisata daerah. FetivalFestival Tabuik dilaksanakan dalam satu rangkaian untuk menghormati atau sebagai hari perayaan peringatan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yang bernama HusseinHusain bin Ali. Peringatan ini selalu dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram sesuai dengan hari wafatnya cucu nabi Muhammad SAW HusseinHusain Bin Ali yang meninggal dalam perang di padang Karbala.<ref name=":0">https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/festival-tabuik-perhelatan-akbar-masyarakat-pariaman</ref>
 
Festival Tabuik sendiri merujuk pada penggunaan bahasa arab ‘tabut’ yang berarti peti kayu. Nama tersebut mengacu kepada legenda paska kematian cucu nabi, muncul makhluk seekor kuda bersayap dengan kepa manusia. Makhluk itu disebut Buraq. Dalam legenda itu dikisahkan bahwa peti kayu yang dibawa oleh kuda berkepala manusia itu berisi potongan jenazah Hussein. Berdasarkan legenda tersebutlah, maka dalam festival Tabuik selalu muncul makhluk tiruan buraq untuk mengusung peti kayu ‘tabut’ di atas punggungnya. Ritual ini sendiri baru muncul sekitar tahun 1826-1828 Masehi. Tabuik pada tahun-tahun tersebut kental dengan pengaruh Timur Tengah yang dibawa oleh keuturnan India penganut Syuah. Kemudian pada tahun 1910 terjadi perubahan bentuk perayaan guna menyesuaikan dengan adat istiadat masyarakat Minangkabau. Oleh karenanya, festival Tabuik menjadi seperti yang anda lihat saat ini. Festival Tabuik awalnya hanya ada satu yakni tabuik pasa. Perubahan itu terjadi sekitar tahun 1915 ketika ada segolongan masyarakat mengajukan supaya terwujud tabuik dalam bentuk lain. terjadilah kesepakatan tabuik di buat di dua daerah, satu di daerah Pasa sehingga disebtu dengan tabuik Pasa dan Tabuik Subarang yang dilaksanakan di seberang Sungai Pariaman.<ref name=":0" />
Baris 27 ⟶ 72:
 
== Prosesi Upacara dan Makna ==
Dalam setiap upacara adat di Indonesia, pasti ada makna di balik setiap rangkaian upacaranya. Rangakaian upacara Tabuik memiliki prosesi atau ritual yang disebut dengan Maarak Jari-jari. Makna dari ritual ini pernah dijelaskan oleh tokoh tetua Tabuik Nagari Subarang Nasrun Jon Travel.Tempo.co. Dikutip dari sumber, makna dari ritual Maarak Jari-Jari ialah pengumpamaan jasad cucu Nabi Muhammad SAW yang wafat karena terbunuh. Dalam prosesi tersebut diadakan replika atau bentuk tiruan jari-jari manusia yang dimasukkan ke dalam panja atau wajah. Tiruan ini kemudian diarak ke seluruh wilayah kota. Upacara ini dilanjutkan dengan upacara pertemuan atau prosesi yang disebut dengan ritual Basalisiah. Acara ini merupakan pertemuan kedua belah pihak antar pelaksana Tabuik.<ref name=":1">https://travel.tempo.co/read/1127726/asyura-makna-bentrokan-di-balik-pesta-budaya-tabuik-pariaman/full&view=ok{{Pranala mati|date=Oktober 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
jadi, dalam pelaksanaan ritual Tabuik akan ada dua belah pihak, katakanlah pihak selatan dan utara dari satu wilayah. Keduanya akan saling bertarung dalam saat Basalisiah berlangsung. Kedua kubu akan saling menyerang, mereka melemparkan gendang tasa sampai terjadi bentrokan. Tradisi ini sebagai pengingat perang yang pernah terjadi dan menewaskan HusseinHusain bin Ali cucu Nabi Muhammad SAW. Dalam pelaksanaan Basiliah sekilas seolah-olah masyarakat saling mendendam karena terjadi bentrokan. Sesungguhnya tidaklah demikian, karena pelaksanaannya hanyalah bagian dari upacara untuk menggambarkan cerita kematian Hussein. Sebelum Ritual Maarak Jari-jari dilaksanakan, sehari sebelumnya dilaksanakan Prosesi ritual [[maradai]]. Prosesi ini berisikan kegiatan masyarakat dalam meminta sumbangan. Dalam ritual ini masyarakat Tabuik akan melibatkan masyarakat untuk memberikan sumbangan seikhlasnya. Sumbangan yang didapatkan kemudian digunakan untuk pelaksanaan acara sampai selesai.<ref name=":1" />
 
== Urutan Upacara Tabuik ==
Dalam pelaksanaan upacara Tabuik ada urutan upacara yang harus dilaksanakan. Pertama, ritual mengambil tanah atau disebut juga dengan maambiak tanah. Ritual ini dimulai tanggal 1 muharram. Dalam prosesi ini, tetua upacara Tabuik akan mengambil segumpal tanah dari sungai. Aktivitas ini dilaksanakan di sore hari dan harus pada tanggal 1 Muharram. Upacara ini dimulai dengan arak-arakan yang diiringi dengan gendang tasa. Ritual mengambil tanah di sungai ini dilaksanakan oleh kedua kelompok Tabuik, baik itu Tabuik Pasa maupun Tabuik Subarang. Masing-masing tetua pelaksanaan upacara Tabuik mengambil tanah di wilayah yang berlawanan. Pemimpin upacara Tabuik Pasa mengambil dari sisi selatan sungai, sedangkan pemimpin dari Tabuik Subarang mengambil dari sisi utara sungai. Terkait dengan lokasi sungai, Tabuik Pasa mengambil sungai kecil yang berlokasi di Galombang. Sedangkan Tabuik Subarang mengambil tanah sungai yang Batang Piaman yang berlokasi di daerah Pauh.  Pengambilan tanah dilakukan oleh pemimpin upacara yang disebut dengan Tuo Tabuik. Di adalah seorang laki-laki yang mengenakan jubah putih. Jubah warna putih dipilih sebagai lambang kejujuran dan kesucian Husein. Waktu pengambilan tanah di sungai ialah sebelum shalat maghrib kemudian tanah dimasukkan yang dalam Daraga yang merupakan simbol Kuburan Husein. Pengambilan tanah ini memiliki makna berupa manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.<ref name=":2">https://ganaislamika.com/festival-tabuik-di-pariaman-4-delapan-prosesi-dalam-tabuik-1/</ref>
 
Seperti yang sudah disebutkan, dalam prosesi ini ada sebuah wadah yang disebut dengan Daraga. Daraga ini dibuat oleh warga sebelum dilaksanakan prosesi Maambiak Tanah. Kedua kelompok pelaksanaan Tabiak melaksanakan ritual membuat Daraga terlebih dahulu. Daraga adalah sebuah tempat yang dilingkari oleh pagar bambu. Pagar tersebut berbentuk segi empat dengan luas urang lebih 5 meter. kemudian dililit dengan kain putih. Prosesi kedua, setelah mengambil tanah atau disebut dengan ritual maambiak tanah, dilaksanakan prosesi kedua yang berupa menebang Batang Pisang atau disebut juga dengan istilah Manabang Batang Pisang. Pelaksanaan ritual menebang batang pisang dipersepsikan sebagai ketajaman pedang yang digunakan selama perang. Mebang batang pisang juga menjadi simbol untuk menuntut kematian Husein tersebut. ritual menebang batang pohon pisang ini dilakukan oleh seorang pria dengan pakaian silat. Batang pisang harus ditebang dalam sekali tebas. Tidak boleh dilakukan dengan dua sampai tiga kali tebas. Ada versi makna lain dari aktivitas menebas pohon ini bahwa ritual ini diibaratkan sebagai simbol tentara Yazid yang telah mengambil nyawa dan harga Husain. Batang pisang yang sudah ditebang kemudian disimpan di dalam Daraga.<ref name=":2" />
Baris 38 ⟶ 83:
Setelah proses kedua dilaksanakan, dilanjutkan proses ketiga yang berupa bacakak, ini berupa ritual tari perkelahian yang dilakukan oleh dua kelompok tabuik. Ritual ini sebagai representasi dua kelompok yang saling berperang. Upacara ini akan diiringi oleh gendang tansa. Tarian perkelahian ini merupakan simbol perang yang terjadi di Karbala, tempat di mana Husein terbunuh. Tarian yang menjadi simbol peperangan ini kemudian diakhiri di sore hari dan dilanjutkan dengan upacara selanjutnya yang disebut dengan Maatam yang jatuh tanggal 7 Muharram. Prosesi Maatam akan dilaksanakan setelah shalat dhuzur. Upacara Maatam dilaksanakan oleh para perempuan. mereka akan berjalan mengelilingi daraga sambil membawa peralatan ritual yang terdiri dari jari-jari, sorban, pedang, dan sesaji. Mereka mengiringi daraga sambil menangis dan meratap. Ritual ini sebagai simbol kesedihan dan meratapi kematian korban perang, tidak hanya kematian Husein yang diratapi tetapi juga seluruh keluarga yang telah ikut berperang dan gugur.<ref name=":2" />
 
Di samping itu, pada tanggal 7 muharram dilaksanakan upacara Maarak Jai-jari. Upacara ini disebut juga dengan Maarak panja. Upacara ini berupa tiruan jari-jari tangan yang menjadi simbol tubuh dan jari-jari tangan Husein serta pejuang lain yang tercincang. Hal ini juga menjadi simbol bukti kekejaman raja zalim. Upacara ini akan diiringi dengan hoyak tabuik lenong dan iringan bunyi gendang tasa.  Hoyak tabuik lenong sendiri merupakan tabuik berukuran kecil yang diletakkan di atas kepala para laki-laki. Setelah upacara ini selesai akan dilaksanakan upacara Maarak saroban yang diadakan di petang hari tanggal 8 Muharram. Ritual ini merupakan momen di mana para pelaksana upacara akan menginformasikan ke masyarakat kalau Husein sudah terbunuh dalam perang Karbala. Upacara ini juga diiringi dengan miniature tabuik lenong dan diiringi dengan gemuruh bunyi gendang tasa.<ref name=":3">https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/tabot-atau-tabuik/</ref>
 
Selanjutnya, hampir memasuki prosesi terakhir, di mana pelaksana upacara melaksanakan ritual tabuik naik pangkat yang dilaksanakan pada dini hari tanggal 10 Muharram. Upacara ini dilaksanakan menjelang fajar, di mana ada dua bagian tabuik yang sudah dibangun mulai disatukan menjadi tabuik utuh. Acara ini disebut sebagai tabuik naik pangkat karena tabuik yang sudah disatukan kemudian diusung ke jalan untuk dibawa ke pantai. Sebelumnya akan ada pesta hoyak tabuik yang dilaksanakan tepat ketika matahari terbit di tanggal 10 muharram. Dimulai sekitar pukul 09.00 Wib, para pelaksana tabuik akan membawa tabuik sepanjang jalan diiringi oleh bunyi gendang. Peristiwa ini akan mengundang masyarakat yang belum terlibat upacara dapat terlibat secara langsung. Acara ini hoyak tabuik akan berlansung sampai sore hari karena perjalanan menuju pantai akan berlangsung sampai turunnya matahari. Tepat saat itulah akan terjadi prosesi upacara tabuik dibuang ke laut. Pelaksanaannya tepat pada tanggal 10 muharram petang. Tabuik akan dilepas ke laut oleh kelompok nagari Pasa dan Subarang di antara warga yang menyaksikan yang sekaligus menjadi peserta upacara tabuik. Upacara terakhir ini bermakna, orang yang meninggal akan memiliki tempat kembali, masyarakat harus melepaskan mereka yang sudah meninggal dengan rela.<ref name=":3" />
Baris 54 ⟶ 99:
Jika awalnya, pelaksanaan Upacara Tabuik merupakan adat dari orang-orang Madras dan Bengali yang berpaham Syi’ah, kini upacara tabuik telah menjadi bagian dari masyarakat umumnya. Sehingga penyebutannya pun ada dua macam, upacara Tabuik bagi orang-orang Madras dan Bengali, sedangkan masyarakat umum menyebutnya pesta Budaya. Pesta atau festival budaya ini akhirnya tidak hanya dinikmati oleh orang-orang yang berkepentingan dengan inti upacara. Melainkan, dinikmati dan dirayakan pula bersama-sama oleh seluruh unsur masyarakat. Mereka bahkan mempromosikannya sebagai bagian dari wisata daerah. Kemeriahan dan kebersamaan itu ditunjukkan dari pelaksanaan upacara. Dua minggu sebelum tanggal 1 Muharram, masyarakat sudah membantu persiapan sekaligus menyiapkan rumahnya sendiri untuk menyambut upacara. Warga Pariaman membuat aneka camilan, seperti kue-kue khas Pariaman. Ketika wisatawan datang ke sini pada saat upacara Tabuik dilaksanakan, mereka akan dengan mudah menemukan kue-kue khas Pariaman yang jarang ada di hari-hari biasa. Di samping itu, selama prosesi upacara berlangsung, masyarakat akan membantu membuat tabuik. Seperti yang sudah diungkap bahwa tabuik merupakan peti mati, namun karena para pelaksana upacara ini beragama islam maka peti mati itu berwujud mirip dengan keranda.<ref name=":5">{{Cite journal|last=ASRIL|date=2002|title=Pertunjukan gandhang tambua dalam upacara ritual Tabuik di Pariaman Sumatera Barat|url=http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=18883|publisher=Universitas Gadjah Mada}}</ref>
 
Mereka membuat keranda ini memiliki dua bagian, terdiri atas bagian atas dan bagian bawah. Tinggi dari keranda ini sendiri bisa mencapai 12 meter. bagian atas mewakili bentuk menara yang dihiasi dengan bunga-bunga  dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan bagian bawahnya berbentuk seperti tubuh kuda yang memiliki sayap, berekor, dan memiliki kepala manusia. Wujud inilah yang merupakan wujud tabuik yang asli dan disebut dengan Buraq. Pesta budaya Pariaman inipun menjadi bagian dari kesatuan masyarakat Pariaman. Tak hanya itu, tapi juga menjadi kekayaan budaya bangsa yang harus dihormati keberadaannya karena memiliki fungsi laten yang sangat demokratis dan gotong royong di antara masyarakat pun terbentuk dengan baik sesuai dengan identitas bangsa Indonesia. Oleh karenanya, pelestarian upacara Tabuik dengan menjadikannya aset budaya dan dipromosikan sebagai salah satu festival atau wisata budaya di Pariaman tidak hanya akan membantu pelestariannya melainkan juga membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dengan arus masuk dan keluar turis ke daerah tersebut. pada kesempatan yang sama masyarakat dapat mempromosikan miniature-miniature hasil karya seni masyarakat sebagai souvenir kepada para turis yang datang. Pada kesempatan yang sama, makanan khas Tabuik juga dapat dipromosikan ke seluruh wisatawan yang datang. Di dalam setiap makanan terkandung kearifan lokal yang layak untuk dipahami seluruh bangsa Indonesia.<ref name=":5" />
 
== Wisata Budaya di Pariaman ==
Baris 60 ⟶ 105:
 
Festival budaya Tabuik masuk ke dalam agenda wisata setiap tahunnya. Untuk menambah atraksi dan tujuan wisata masyarakat dunia, festival budaya ditegaskan sebagai warisan budaya nasional yang harus dilindungi dan dilestarikan. Meskipun demikian, memang tidak dapat dipungkiri adanya perdebatan terkait pro dan kontra pelaksanaan budaya Tabuik oleh masyarakat yang berpandangan budaya tersebut memiliki indikasi sebagai budaya yang menyimpang dari ajaran islam. Akan tetapi, pesta budaya tabuik yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan pariwisata di Pariaman karena menjadi tujuan wisata internasional tidak dapat dilepaskan begitu saja. pemaknaan terhadap budaya inilah yang harus jadi perhatian pemerintah agar masyarakat tidak melihat bentuk fisiknya saja melainkan juga memberikan edukasi makna dibalik setiap prosesi acara. Pemahaman terhadap makna ini penting untuk diperhatikan oleh masyarakat luas karena dapat memberikan edukasi etika dan moral yang tinggi ke generasi mendatang. Kini, sebagai bagian yang cukup serius dari Pariwisata nasional, maka Kota Pariaman dan Festival Budaya Tabuik mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintahan. Termasuk juga dalam hal anggaran untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur dan sumber daya manusianya.<ref name=":6">https://sumbar.antaranews.com/berita/205163/festival-budaya-tabuik-destinasi-wisata-internasional</ref>
 
== Galeri ==
<gallery widths="160">
Berkas:Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat.jpg|2018
Berkas:Tabuik Pekanbaru.JPG
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tabut-feest TMnr 60046750.jpg|1915 atua 1935
Berkas:Budaya dan Tradisi di Sumbar (2).jpg
</gallery>
 
== Lihat pula ==
Baris 68 ⟶ 121:
{{reflist}}
 
=== Pranala luar ===
* {{commonscat}}[http://www.geocities.com/hollywood/trailer/4023/Sumatra2.html Photos of Tabuik Festival]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091024201804/http://geocities.com/hollywood/trailer/4023/Sumatra2.html |date=2009-10-24 }}
* [http://www.planetmole.org/06-03/tabuik-festival-sumatra-indonesia.html Tabuik Festival: Sumatra, Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20171211022845/http://www.planetmole.org/06-03/tabuik-festival-sumatra-indonesia.html |date=2017-12-11 }}
 
{{Islam di Indonesia}}
 
[[Kategori:Tradisi di Minangkabau]]
[[Kategori:Kota Pariaman]]
[[Kategori:Pertempuran Karbala]]