Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(47 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox rail
|railroad_name = Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen
|logo_filename = Staatstramwegen op Zuid-Sumatra Logo.png
|image logo_size = 100px
|image = KAARTEN SGD - Plan tot den aanleg van een spoorweg in Zuid-Sumatra.jpeg
|image_size = 200px
|image_caption = Jaringan rel ZSS (garis merah tebal) pada tahun 1911
|type = Divisi dari [[Staatsspoorwegen]]
|locale = [[Sumatera Selatan]] dan [[Lampung]]
Baris 11 ⟶ 13:
|successor_line = [[Kereta Api Indonesia]] ([[Divisi Regional III Palembang]] dan [[Divisi Regional IV Tanjungkarang|IV Tanjungkarang]])
|gauge = {{railGauge|1067 mm}}
|length = 264529 kilometer
|hq_city = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Kota Bandar Lampung]], Hindia Belanda
}}
'''Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen (ZSS)''' atau '''Staatstramwegen op Zuid-Sumatra (SZS)''' adalah divisi dari [[Staatsspoorwegen]] yang mengoperasikan kereta api di [[Sumatera Selatan]] dan [[Lampung]]. Perusahaan ini mengoperasikan jalur-jalur kereta api untuk mengangkut penumpang, hasil bumi, dan [[batu bara]] di wilayah Sumatera Selatan dan Lampung. Saat ini jalur-jalurnya termasuk dalam [[Divisi Regional III Palembang]] dan [[Divisi Regional IV Tanjungkarang|IV Tanjungkarang]].
 
== Sejarah ==
Untuk mendukung pengembangan daerah-daerah terpencil di wilayah Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung, pada tahun 1903 diajukan sebuah konsesi pembangunan jalur kereta api di wilayah tersebut. Proposal konsesi itu diberi judul ''Rapport der Spoorwegwerken Midden in Zuid Sumatra'', diusulkan oleh Ir. K.J.A. Ligtvoet. Konsesi ini mengharuskan keterlibatan Pemerintah Kolonial dalam pengembangannya.<ref>{{Cite book|title=Sejarah Daerah Bengkulu|last=Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah|first=|publisher=Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=1978|isbn=|location=Jakarta|pages=147}}</ref>
Jalur ini diresmikan pada tanggal 3 Agustus 1914 oleh [[Staatsspoorwegen]] op Zuid-Sumatra (ZSS), divisi dari Staatsspoorwegen (SS). Selanjutnya pembangunan diarahkan ke [[Kota Palembang]], dengan dibagi menjadi dua wilayah kerja yaitu Lampung dan Palembang. Pada tanggal 22 Februari 1927 Palembang dan Bandar Lampung akhirnya bisa terhubung, dengan ditandainya peresmian segmen ke arah Blambangan Umpu oleh Kepala Jawatan SS.<ref name="verslag">{{cite book|title=Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië]]|city=Batavia|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|year=1924}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/38139980|title=Sejarah perkeretaapian Indonesia|last=Nusantara.|first=Tim Telaga Bakti|last2=Indonesia.|first2=Asosiasi Perkeretaapian|date=1997-|publisher=Angkasa|isbn=9796651688|edition=Cet. 1|location=Bandung|oclc=38139980}}</ref>
 
JalurUntuk inimewujudkannya, diresmikanpemerintah padamembentuk tanggaldivisi 3dari AgustusStaatsspoorwegen 1914yang olehdiberi [[Staatsspoorwegen]] opnama Zuid-Sumatra (ZSS),Staatsspoorwegen. divisiJalur daripertamanya Staatsspoorwegenadalah Pelabuhan Panjang menuju Tanjungkarang (SSpusat kota Bandar Lampung) pada tanggal 3 Agustus 1914. Selanjutnya pembangunan diarahkan ke [[Kota Palembang]], dengan dibagi menjadi dua wilayah kerja yaitu Lampung dan Palembang. Pada tanggal 22 Februari 1927 Palembang dan Bandar Lampung akhirnya bisa terhubung, dengan ditandainya peresmian segmen ke arah Blambangan Umpu oleh Kepala Jawatan SS.<ref name="verslag">{{cite book|title=Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië]]|cityauthor=Staatsspoorwegen|place=Batavia|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|year=1924}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/38139980|title=Sejarah perkeretaapian Indonesia|last=Nusantara.|first=Tim Telaga Bakti|last2=Indonesia.|first2=Asosiasi Perkeretaapian|date=1997-|publisher=Angkasa|isbn=9796651688|edition=Cet. 1|location=Bandung|oclc=38139980}}</ref>
 
Perpanjang menuju [[Stasiun Tanjung Enim|Tanjung Enim]] juga dibangun untuk pengangkutan batu bara. Segmen pertamanya adalah segmen Prabumulih menuju [[Stasiun Gunung Megang|Gunung Megang]] yang diresmikan pada tanggal 1 Desember 1916. Kemudian diresmikan perpanjangannya ke arah [[Stasiun Muara Enim|Muara Enim]] pada tanggal 2 April 1917, dan terakhir sampai di Tanjung Enim pada tanggal 1 September 1919.<ref name="verslag" /> Selanjutnya, pada awal dekade 1930-an jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Lubuklinggau dan diresmikan pada pertengahan tahun 1933.<ref>{{cite book|title=Bouwen in de Archipel: burgerlijke openbare werken in Nederlands-Indië 1800-2000|last=Kop|first=Jan|publisher=Walburg Pers|year=2004}}</ref>
 
Belanda pada awalnya tidak begitu tertarik menghubungkan seluruh Sumatra dengan kereta api. Belanda pun membagi wilayah Sumatra menjadi dua bagian: Pantai Barat dan Pantai Selatan, ditinjau dari budaya, bentang alam, dan komposisi sosial masyarakatnya. Justru yang mempersatukan seluruh Sumatra adalah [[Jalan Raya Lintas Sumatra]] yang digagas pada tahun 1916. Bahkan, dengan adanya hubungan jalan raya ini, praktis pengangkutan hasil-hasil perkebunan di Sumatra terutama kelapa sawit dan karet menjadi semakin lancar dan menyebabkan harga-harganya di pasar melambung. Selain itu, justru impor mobil pribadi dan truk juga meningkat tajam; tercatat pada tahun 1924–1926 jumlah mobil pribadi yang diimpor naik dari 539 menjadi 3.059 unit. Adapun truk yang diimpor meningkat tajam dari 94 menjadi 1.172 unit.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/949742193|title=Menuju sejarah Sumatra : antara Indonesia dan dunia|last=Anthony.|first=Reid,|date=2011|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9789794617755|location=Jakarta|oclc=949742193}}</ref>
Kesuksesan yang diraih SS menginspirasi perusahaan ini pernah menyusun ''masterplan'' agar seluruh Sumatra terhubung dengan rel kereta api, namun [[Depresi Besar]] (zaman malaise) yang terjadi di akhir dekade 1920-an menyebabkan rencana ini gagal.<ref>{{Cite news|url=http://nasional.kompas.com/read/2008/08/16/12311273/Sejarah.Jalur.KA.Lampung.Palembang|title=Sejarah Jalur KA Lampung-Palembang|work=[[Kompas.com]]|language=en|access-date=2018-02-26|date=2008-08-16}}</ref>
 
Rencana masterplan yang terwujud hanyalah segmen Muara Enim–Lahat–Lubuklinggau (mulai dibangun tahun 1927) yang akhirnya selesai pada pertengahan kuartal pertama dekade 1930-an, tepatnya pada tanggal 1 Juni 1933. Pembangunan yang cukup lama dari segmen ini dikarenakan adanya dua terowongan yang beroperasi, yaitu [[Terowongan Gunung Gajah]] dan [[Terowongan Tebing Tinggi]], yang membutuhkan waktu dua tahun hingga rampung sepenuhnya pada tahun 1932. Segmen terakhirnya, Muara Saling–Lubuklinggau selesai pada tanggal 1 Juni 1933.<ref name="bukuperingatan" />
 
== Jalur yang dibangun ==
Berikut adalah jalur kereta api yang dibangun oleh perusahaan ini.<ref>{{nl}} Reitsma, S. A.: Korte geschiedenis der Nederlandsch-Indische spoor- en tramwegen; Batavia (Jakarta) – Weltevreden 1928</ref>
{| class="wikitable"
|-
! Jalur !! Segmentasi lintas !! Waktu Pembukaan !! Panjang Lintasan Rel (km) !! Keterangan
|-
| rowspan="12" | [[Jalur kereta api Panjang–Prabumulih|Panjang–Prabumulih]] || Panjang–Tanjungkarang || 3 Agustus 1914 || 12 ||
|-
| Tanjungkarang–Labuanratu || 1 Maret 1915 || 5 ||
|-
| Labuanratu–Tegineneng || 1 November 1915 || 22 ||
|-
| Tegineneng–Haji Pemanggilan || 1 Februari 1917 || 24 ||
|-
| Haji Pemanggilan–Blambangan Pagar || 1 Februari 1918 || 14 ||
|-
| Blambangan Pagar–Kotabumi || 2 Januari 1921 || 20 ||
|-
| Kotabumi–Cempaka || 1 Juni 1923 || 8 ||
|-
| Cempaka–Negararatu || 1 Mei 1926 || 10 ||
|-
|Negararatu–Martapura
|21 Maret 1927
|69
|
|-
| Martapura–Baturaja || 16 November 1925 || 33 ||
|-
| Baturaja–Peninjawan || 1 Juli 1923 || 38 ||
|-
| Peninjawan–Prabumulih || 15 September 1922 || 56 ||
|-
| colspan="2" | Percabangan Garuntang–Telukbetung || 27 Mei 1921 || 4 ||
|-
| colspan="2" | [[Jalur kereta api Kertapati–Prabumulih|Kertapati–Prabumulih]]|| 1 November 1915 || 78 ||
|-
| colspan="2" | Percabangan Muara Enim–Tanjung Enim || 1 September 1919 || 13 ||
|-
| rowspan="5" |[[Jalur kereta api Lubuklinggau–Prabumulih|Lubuklinggau–Prabumulih]] || Prabumulih–Gunung Megang || 1 Desember 1916 || 44 ||
|-
| Gunung Megang–Muara Enim || 2 April 1917 || 29 ||
|-
| Muara Enim–Lahat || 21 April 1924<ref name="bukuperingatan">{{cite book|author=|title=Buku-peringatan lima puluh tahun kota-pradja Palembang|year=1960|place=Palembang|publisher=Rhma Publishing House}}</ref>|| 37 ||
|-
|Lahat–Tebing Tinggi–Muara Saling
|1 November 1932<ref name="bukuperingatan" />
|86
|
|-
|Muara Saling–Lubuklinggau
|1 Juni 1933<ref name="bukuperingatan" />
|30
|
|}
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
{{Daftar perusahaan kereta api di Hindia Belanda}}