Sastra Jawa-Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wintang Wuwur (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Thesillent (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
 
== Pengaruh budaya Jawa ==
{{referensi}}
Antara bagian barat pulau Jawa, tempat tinggal [[suku Sunda]] dan bagian timur, tempat tinggal [[suku Jawa]] yang sejati, sejak zaman dahulu kala sudah terjadi hubungan secara intensif. Sebenarnya batas timur budaya Sunda pada [[abad ke-5]] Masehi diperkirakan berada kurang lebih di garis antara daerah yang sekarang disebut [[Kendal]] dan [[Dieng]] dan sekarang terletak di [[provinsi]] [[Jawa Tengah]].{{fact}} Namun akibat ekspansi sukubangsa Jawa menuju ke barat, perbatasan antara budaya Sunda dan budaya Jawa berada lebih ke barat yaitu di sekitar [[Indramayu]], [[Cirebon]] sampai ke [[Cilacap]]. {{Fact}} Kemudian ada pula beberapa [[enklave]] di Jawa, terutama di [[Banten]] dan beberapa desa di [[Karawang]].{{fact}}
 
Pengaruh-pengaruh budaya Jawa juga sudah terlihat dalam karya-karya sastra Sunda Kuno. Ditemukan ada beberapa kata-kata serapan dari bahasa Jawa (Kuno) dan beberapa karya [[sastra Jawa Kuna]] banyak pula yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Sunda Kuno. Bahkan [[naskah]] tertua sastra Jawa Kuno berasal dari daerah [[Sunda]] di [[Jawa Barat]]. Misalkan naskah [[kakawin Arjunawiwaha]] yang tertua dan sekaligus naskah [[lontar]] (atau sebenarnya [[nipah]]) tertua pula berasal dari daerah sekitar [[Bandung]]. Naskah ini sekarang disimpan di [[Perpustakaan Nasional RI]] dan bertarikhkan tahun [[1334]] Masehi. Selain Arjunawiwaha masih ada karya-karya sastra Jawa Kuno yang berasal dari daerah Sunda, seperti misalkan [[Kunjarakarna]].
Baris 13 ⟶ 14:
Namun pengaruh yang efeknya lebih terasa dan lestari terjadi pada [[abad ke-16]] dengan penyebaran [[agama]] [[Islam]] di pulau Jawa serta ekspansi kerajaan [[Mataram II]] yang dipimpin oleh [[Sultan Agung]]. Sultan Agung ingin mempersatukan pulau Jawa dan sekitarnya dalam kerangka negara kesatuan Mataram. Meski [[hegemoni]] Mataram atas Jawa Barat berakhir pada tahun [[1705]], pengaruh budaya Jawa tidaklah berakhir, justru malah diperkuat dengan ditetapkannya bahasa Jawa sebagai bahasa resmi pemerintahan di Jawa Barat dan diputuskannya pemakaian sistem pembagian administratif Jawa. Pembagian administratif model Jawa ini adalah pembagian daerah kepada [[kabupaten]]-kabupaten yang berbeda-beda.
 
Bahasa Jawa dipakai oleh para cendekiawan Sunda. Bahasa Jawanya disebut "basa Jawareh (basa Jawa sawareh)". DisebutHal demikiantersebut dikarenakan bahasa Jawa tersebutJawanya telah dipengaruhi oleh kata-kata dari bahasa Sunda.
 
.....Nganti suwe basa Jawa dadi basane para pintêr ing tanah Pêsundhan. Sêrate para bupati mêsthi nganggo aksara lan basa Jawa. Nanging basane Jawa iku nganggo dicampuri têmbung Sundha, lan dijênêngake basa Jawarèh (= Jawa sawarèh = Jawa mung saperangan).....
 
Terjemahan bebas: Telah lama bahasa Jawa menjadi bahasa para cendikiawan di tanah Pasundan. TulisanTulisannya para bupati pasti memakai huruf dan bahasa Jawa. Akan tetapi, bahasa Jawa tersebut dicampur kata-kata dari bahasa Sunda, dan bahasa terseburtersebut dinamai bahasa Jawareh (Jawa separuh)....
 
Dikutip dari Babad Tanah Jawi lan Sakiwa-tengenipun. Dikarang oleh L. Van Rijckevorsel, seorang direktur Normaalschool Ambarawa.
Baris 40 ⟶ 41:
* [[Carita Ratu Galuh]]
* [[Carita Purwaka Caruban Nagari]]
* [[CaritaWirid WarugaNur GuruMuhammad]]
* [[Kitab Waruga Jagat]]
* [[Layang Syekh Gawaran]]