Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nunujumro (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Menghapus Nade_Ali.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Didym; alasan: per c:Commons:Deletion requests/File:Nade Ali.jpg.
 
(18 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
{{refimprove}}
{{Sufisme}}
'''Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah''' atau Thoriqoh Qoodiriyah Naqsyabandiyah adalah perpaduan dari dua buah tarekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah yang didirikan oleh [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi]] di [[Makkah]] pada awal abad ke-13 hijrah/ abad ke-19 M.<ref>https://syariathakikattarikatmakrifat.wordpress.com/2010/08/25/tarikat-qadiriah-naqsyabandiah-tqn/</ref> Dan termasuk tarekat yang mu'tabarah (diakui keabsahannya).<ref>http://www.nu.or.id/post/read/55506/habib-luthfi-tarekat-samaniyah-tidak-sesat</ref>
 
'''ThariqahTarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah''', ataujuga Thoriqohditulis Qoodiriyah'''Tarekat Qadiriyah-Naqsyabandiyah''', adalah perpaduan dari dua buah tarekat besar, yaitu Thariqah[[Tarekat Qadiriyah]] dan Thariqah[[Tarekat NaqsabandiyahNaqsyabandiyah]] yang didirikan oleh [[Syaikh:en:Hazrat AchmadIshaan|Mahmud Khotibal-Alavi]] dan [[Bahauddin al-Bukhari Alan-SyambasiNaqsyabandi|Bahaudin]] di [[Makkah]] pada awal abad ke-13 hijrahhijriah/ abad ke-19 M.<ref>https://syariathakikattarikatmakrifat.wordpress.com/2010/08/25/tarikat-qadiriah-naqsyabandiah-tqn/</ref> DanTarekat termasukini adalah tarekat yang ''mu'tabarah'' (diakui keabsahannya).<ref>http://www.nu.or.id/post/read/55506/habib-luthfi-tarekat-samaniyah-tidak-sesat<t/ref{{Pranala mati|date=Maret 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}>
== Latar belakang ==
Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah adalah sebuah tarekat yang berdiri pada abad XIX M. oleh seorang sufi besar asal [[Indonesia]], [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi]]. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika intelektual umat [[Islam]] [[Indonesia]] pada saat itu cukup memberikan sumbangan yang berarti bagi sejarah peradaban Islam, khususnya di Indonesia. Kemunculan tarekat ini dalam sejarah sosial intelektual umat Islam Indonesia dapat dikatakan sebagai jawaban atas keresahan umat akan merebaknya ajaran ''wihdah al-wujud'' yang lebih cenderung memiliki konotasi panteisme dan kurang menghargai syariat Islam. Jawaban ini bersifat moderat, karena selain berfaham syari'at sentris juga mengakomodasi kecenderungan mistis dan sufistis masyarakat Islam Indonesia.{{cn}}
 
SILSILAH THORIQOH QODIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH(TQN)
Pesatnya perkembangan tarekat ini rupanya tidak terlepas dari corak dan pandangan kemasyarakatan. Contoh kiprah kemasyarakatan termasuk dalam masalah politik yang diperankan oleh mursyid tarekat ini memberikan isyarat bahwa tarekat ini tidak anti duniawi (pasif dan ekslusif). Dengan demikian, kesan bahwa tarekat adalah lambang kejumudan sebuah peradaban tidak dapat dibenarkan.{{cn}}
 
ALLAH SWT-
Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Syekh Sufi besar yang saat itu menjadi Imam Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah, [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi]] al-Jawi (w.1878 M). Dia adalah ulama besar nusantara yang tinggal sampai akhir hayatnya di [[Makkah]]. [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi]] adalah mursyid Thariqah Qadiriyah.{{cn}}
Jibril AS-
Muhammad SAW-
Sayyidina Ali KRW-
Sayyidina Husain bin Ali-
Syeikh Zainal ‘Abidin-
Syeikh Muhammad
Bakir.-
Imam Ja’far Shodiq-
Syeikh Musal-Kadlim-
Syeikh Abul Hasan Ali-
Syeikh Ma’rufil Karakhi-
Syeikh Saris-Saqothi-
Syeikh Abul Qosim Junaidil-baghdadi-
Syeikh Abu Bakar Asy-Syabili-
Syeikh Abdul Wahid At-Tamimi-
Syeikh Abul Faraj Ath-Thurthusi-
Syeikh Abul Hasan Ali Al-Hakari-
Syeikh Abu Sa’id Al- Mubarah-
Sulthonul ‘Auliya’ Syeikh Abdul Qodir Jaelani-
Syeikh Abdul ‘Aziz-
Syeikh Muhammad Al-Hattaki-
Syeikh Syamsuddin-
Syeikh Syarifuddin-
Syeikh Nuruddin-
Syeikh Waliyuddin-
Syeikh hisamuddin-
Syeikh Yahya-
Syeikh Abu Bakar-
Syeikh Abdur Rokhim-
Syeikh Ustman-
Syeikh Abdul Fatah-
Syeikh Muhammad murad-
Syeikh Syamsuddin-
Syeikh Ahmad Khotib Asy-Syambasi-
Syeikh Muhammad Jabal Qubais-
Syeikh hasanil Bisri Al-Ghoruti-
Syeikh Abas bin Afandi Al-Ilyasa-
Syeikh Muhammad Hidayat bin Sukandi Asy-Sumda'i-
Syeikh Muhammad Nur Al-achadiyyatillah Asy-Syumathroni.
Sumber;
Nurmedianet blogspot.com</ref>
 
== Latar belakang ==
Sebagai seorang mursyid yang kamil mukammil [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi]] sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam tradisi thariqoh Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu bagi yang telah mempunyai derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas ada pusat penyebaran Thariqah Naqsabandiyah di kota suci [[Makkah]] maupun di [[Madinah]], maka sangat dimungkinkan dia mendapat bai'at dari tarekat tersebut. Kemudian dia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Thariqoh Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada murid-muridnya, khususnya yang berasal dari Indonesia.<ref>http://www.suryalaya.org/tqn1.html</ref>
Mahmud al-Alavi yang dijuluki ''Hazrat Ishaan'' dan pengikut tarekat [[Tarekat Naqsyabandiyah|Naqsyabandiyah]] mendukung kepemimpinan sebagai penerus sah [[Muhammad|Nabi Muhammad]] pada kesempatan garis biologis tertentu yang telah dicapai oleh Sayyid Mir Jan (putra Mahmud al-Alavi) sebagai ''Khwaja-e-Khwajagan-Jahan'', yang berarti "Khwaja dari semua Khwaja di dunia". Garis ini juga dianggap sebagai garis pemimpin Qadiriyah. Mereka semua turun dari satu sama lain.<ref>Tazkare Khwanadane Hazrat Eshan(Stammesverzeichnis der Hazrat Ishaan Kaste)(verfasst und geschriben von: Yasin Qasvari Naqshbandi Verlag: Talimat Naqshbandiyya in Lahore), p. 281</ref>
 
[[File:Grave of Eshan Shah, Sayyid Mir Jan and Sayyid Mahmud Agha in Lahore.jpg|thumb|Makam [[:en:Hazrat Ishaan|Mahmud]], dimakamkan di sebelah keturunannya Sayyid Mir Jan dan Mahmud II (Moinuddin).]]
Syaikh Ahmad Khatib memiliki banyak wakil, di antaranya adalah: Syaikh Abdul Karim dari [[Banten]], Syaikh Ahmad Thalhah dari [[Cirebon]], dan Syaikh Ahmad Hasbullah dari [[Madura]], Muhammad Isma'il Ibn Abdul Rahim dari [[Bali]], Syaikh Yasin dari [[Kedah]] [[Malaysia]], Syaikh Haji Ahmad dari [[Lampung]] dan Syaikh Muhammad Makruf Ibn Abdullah al-Khatib dari [[Palembang]].{{cn}} Mereka kemudian menyebarkan ajaran tarekat ini di daerah masing-masing.{{cn}}
 
Penyebaran ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah di daerah [[Sambas]] [[Kalimantan Barat]] (asal Syaikh Ahmad Khatib) dilakukan oleh dua orang wakilnya yaitu Syaikh Nuruddin dari Philipina dan Syaikh Muhammad Sa'ad putra asli Sambas. Baik di Sambas sendiri, maupun di daerah-daerah lain di luar pulau Jawa, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah tidak dapat berkembang dengan baik. Keberadaan tarekat ini di luar pulau Jawa, termasuk di beberapa negara tetangga berasal dari kemursyidan yang ada di pulau Jawa. Penyebab ketidakberhasilan penyebaran tarekat ini di luar pulau Jawa adalah karena tidak adanya dukungan sebuah lembaga permanen seperti pesantren.{{cn}}
 
Setelah Syaikh Ahmad Khatib wafat (1878), pengembangan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dilakukan oleh salah seorang wakilnya yaitu Thalhah bin Talabudin bertempat di kampung Trusmi Desa [[Kalisapu, Gunungjati, Cirebon]]. Selanjutnya disebut Guru Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah untuk daerah [[Cirebon]] dan sekitarnya. Salah seorang muridnya yang bernama Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang kemudian dikenal sebagai Pendiri [[Pondok Pesantren Suryalaya]]. Setelah berguru sekian lama, maka dalam usia 72 tahun, mendapat ''khirqah'' (pengangkatan secara resmi sebagai guru dan pengamal) Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dari gurunya Mama Guru Agung Syakh Tolhah Bin Talabudin (dalam silsilah urutan ke-35). Selanjutnya [[Pondok Pesantren Suryalaya]] menjadi tempat bertanya tentang Thoreqat Qadiriyah Naqsabandiyah.{{cn}}
 
Dengan demikian, Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad dalam silsilah Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah berada pada urutan ke-[[36]] setelah Tholhah bin Talabudin.{{cn}}
 
Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad di kalangan murid-muridnya dikenal dengan panggilan [[Abah Sepuh]]. Karena usia memang sudah tua atau sepuh, saat itu usianya sekitar [[115]] tahun. Di antara murid-muridnya ada yang paling menonjol dan memenuhi syarat untuk melanjutkan kepemimpinannya. Murid tersebut adalah putranya sendiri yang ke-5, [[Abah Anom]], K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin diangkat sebagai ([[Wakil talqin|wakil Talqin]]) dan sering diberi tugas untuk melaksanakan tugas-tugas keseharian.{{cn}}
 
Oleh karena itu para ikhwan tarekat memanggil "Abah Anom" (Kyai Muda) karena usianya sekitar [[35]] [[tahun]]. Sepeninggal Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad sebagai mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang berpusat di [[Pondok Pesantren Suryalaya]] dilanjutkan oleh Tajul Arifin atau K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom) sampai sekarang, mempunyai wakil talqin yang cukup banyak dan tersebar di 35 wilayah, termasuk [[Singapura]] dan [[Malaysia]].{{cn}}
 
== Inti ajaran tarekat ==
 
* [[Muhammad]] meramalkan kedatangan keturunannya yaitu [[Muhammad al-Baqir]].<ref>https://www.al-islam.org/story-holy-kaaba-and-its-people-smr-shabbar/fifth-imam-muhammad-ibn-ali-al-baqir; Muhammad ordered Jabir bin Abdullah to say salams to Muhammad Baqir, the Imam of time</ref>
Ajarah Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari karya Fathul Arifin yang merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis oleh salah seorang muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini dibukukan di [[Makkah]] pada tahun [[1295]] H. Kitab ini memuat tentang tata cara, baiat, ''talqin'', zikir, ''muqarobah'' dan silsilah Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
* [[Muhammad al-Baqir|Muhammad Baqir]] meramalkan kedatangan keturunannya yaitu Ali al-Ridha.<ref>https://www.youtube.com/watch?v=AzqX5xH-sSw ; "people they were always asking for the appearance of al-Ridha (yad´ un al Ridha min Ale Muhammad)"(4:55)</ref>
* [[Ali al-Rida|Ali al-Ridha]] meramalkan kedatangan keturunannya yaitu [[Muhammad al-Mahdi]]<ref>Günther/Lawson in Roads to Paradise: Eschatology and Concepts of the Hereafter in Islam, p. 623 f.</ref>
* [[Muhammad al-Mahdi]] dan ayahnya Hasan al Askari serta adiknya Sayyid Ali Akbar meramalkan kedatangan [[Abdul Qadir al-Jailani|Abdul Qadir]], sang ''Mohyuddin'', pembaru iman. Ini menunjukkan bahwa Imamah setelah Muhammad al-Mahdi terus menjangkau kerabatnya Abdul Qadir al-Jailani.<ref>Skeikh Abu Muhammad in Kitab Makhzaanul Qadiriyya</ref>
* [[Abdul Qadir al-Jailani]] meramalkan kedatangan keturunannya yaitu [[Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi|Bahauddin]].<ref>Imam Abu‟l Hasan „Ali ash-Shattanawfi Nuruddin Alli Ibn Jaleel in Bahjat al Asrar</ref><ref>Shaykh Muhammad ibn Yahya al-Tadifi al-Hanbali in Qalaid Jawahir</ref>
* [[Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi|Bahauddin]] meramalkan kedatangan keturunannya yaitu Mahmud al-Alavi yang dijuluki ''Hazrat Ishaan''.<ref>David Damrel in Forgotten grace: Khwaja Khawand Mahmud Naqshbandi in Central Asia and Mughal India, p. 67</ref>
* Hazrat Ishaan dan keluarganya meramalkan kedatangan Sayyid Mir Jan yang dijuluki ''Khwaja dari semua Khwaja''.<ref>Tazkare Khwanadane Hazrat Eshan(Stammesverzeichnis der Hazrat Ishaan Kaste)(verfasst und geschriben von: Yasin Qasvari Naqshbandi Verlag: Talimat Naqshbandiyya in Lahore), p. 281</ref>
 
Khwaja Khawand Mahmud al-Alavi, yang dikenal oleh para pengikutnya sebagai ''Hazrat Ishaan'' diarahkan untuk menyebarkan Naqsyabandiyah wa Qadiriyah di [[Kesultanan Mughal|Mughal]], [[India]]. Pengaruhnya sebagian besar tetap di [[lembah Kashmir]], dimana Baqi Billah telah memperluas tatanan di bagian lain India.<ref>[https://www.google.de/books/edition/Expanding%20Frontiers%20in%20South%20Asian%20and%20W/h0%20xhdCScQkC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA156&printsec=frontcover Richards, p. 156]</ref> Mahmud adalah orang suci yang signifikan dari tarekat karena ia adalah keturunan darah langsung di generasi ke-7 [[Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi|Bahaudin]], pendiri tarekat<ref>[https://www.google.de/books/edition/Expanding%20Frontiers%20in%20South%20Asian%20and%20W/h0%20xhdCScQkC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA156&printsec=frontcover Fazili, p. 147]</ref> dan menantunya Alauddin Attar.<ref>[https://www.google.de/books/edition/The%20Naqshbandiyya/FxGnysn9QFwC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA52&printsec=frontcover Weizmann, p. 52]</ref>
Penggabungan inti ajaran kedua tarekat tersebut adalah karena pertimbangan logis dan strategis. Kedua tarekat tersebut memiliki inti ajaran yang saling melengkapi, terutama jenis dan metode dzikirnya. Di samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu sama-sama menekankan pentingnya [[syari'at]] dan menentang paham Wihdatul Wujud, Thariqah Qadiriyah mengajarkan ''Dzikir Jahar Nafi Itsbat'', sedangkan Thariqah Naqsabandiyah mengajarkan Dzikir Sirri Ism Dzat. Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efisien. Dalam kitab ''Fath al-'Arifin'', dinyatakan tarekat ini tidak hanya merupakan penggabungan dari dua thorekat tersebut.{{cn}}
 
Karena hal inilah Mahmud mengklaim hubungan spiritual langsung dengan [[Leluhur|leluhurnya]] [[Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi|Bahaudin]].<ref>[https://www.google.de/books/edition/Expanding%20Frontiers%20in%20South%20Asian%20and%20W/h0%20xhdCScQkC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA156&printsec=frontcover Fazili, p. 147]</ref> Selanjutnya Mahmud memiliki sejumlah besar bangsawan sebagai murid, menyoroti pengaruh populernya di [[Kesultanan Mughal|Kekaisaran Mughal]].<ref>[https://www.google.de/books/edition/The%20Mughal%20Empire/HHyVh29gy4QC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA103&printsec=frontcover Johnson/Richars, p. 103]</ref> Penekanan utamanya adalah untuk menyoroti ajaran [[Sunni]] [[Ortodoksi|ortodoks]].<ref>[https://www.google.de/books/edition/The%20Mughal%20Empire/HHyVh29gy4QC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA103&printsec=frontcover Johnson/Richars, p. 103]</ref> Putra Mahmud, Moinuddin, dimakamkan di [[Khanqah]] mereka bersama dengan istrinya yang merupakan putri Kaisar Mughal.
Tetapi merupakan penggabungan dan modifikasi ajaran inti dari lima tarekat, yaitu:
# Tarekat Qadiriyah,
# Tarekat Naqsyabandiyah
# Tarekat Anfasiyah,
# Junaidiyah, dan
# Tarekat Muwafaqah (Samaniyah).
 
Ini adalah situs [[ziarah]] dimana para peziarah melakukan [[salat]] berjamaah, yang dikenal sebagai ''Khoja-Digar'' diadakan untuk menghormati Bahaudin pada peringatan kematiannya 3 [[Rabiulawal|Rabiul Awwal]] dari [[Kalender candra|kalender lunar]] Islam. Amalan ini termasuk ''Khatm Muazzamt'' adalah amalan yang kembali ke Mahmud dan putranya Moinuddin.<ref>[https://www.google.de/books/edition/Expanding%20Frontiers%20in%20South%20Asian%20and%20W/h0%20xhdCScQkC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA156&printsec=frontcover Fazili, p. 147]</ref>
Karena yang diutamakan adalah ajaran Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka tarekat tersebut diberi nama Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Disinyalir tarekat ini belum berkembang di kawasan lain (selain kawasan [[Asia Tenggara]]), meskipun secara personal para penganutnya sudah tersebar di hampir seluruh penjuru dunia.{{cn}}
 
Penduduk Kashmir memuliakan Mahmud dan keluarganya karena mereka dianggap sebagai kebangkitan Naqsyabandiyah di [[Kashmir]].<ref>[https://www.google.de/books/edition/Flower%20Garden/1iVTEAAAQBAJ?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA106&printsec=frontcover Shah, p. 106]</ref> Mahmud digantikan oleh putranya Moinuddin dan keturunan mereka sampai garis itu mati pada abad kedelapan belas.<ref>[https://www.google.de/books/edition/The%20Naqshbandiyya/FxGnysn9QFwC?hl=de&gbpv=1&dq=khwaja+khawand+mahmud&pg=PA52&printsec=frontcover Weizmann, p. 52]</ref> Namun garis ini dihidupkan kembali oleh seorang keturunan [[:en:Hazrat Ishaan|Mahmud]] pada generasi ke-8 yang disebut [[:en:Sayyid Mir Jan|Sayyid Mir Jan]], yang memusatkan aliran ini di [[Lahore]]. Sayyid Mir Jan dimakamkan di sebelah [[:en:Hazrat Ishaan|Mahmud]] di makamnya di Lahore.<ref>[https://www.proquest.com/docview/303945507/fulltextPDF?source=fedsrch&accountid=98641 Damrel, p. 287]</ref>
Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap ''tawadlu'' dan ''ta'dhim'' [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi]] terhadap pendiri kedua tarekat tersebut. Dia tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan tata cara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut dengan nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat ini adalah hasil ijtihadnya.
 
Imam Naqsyabandiyah wa Qadiriyah saat ini yang dianggap sebagai penerus sah [[Abdul Qadir al-Jailani]] adalah Sayyid Raphael Dakik, yang bertindak sebagai pemimpin lawan [[Kerajaan Afganistan|Kerajaan Afghanistan]]. Beliau adalah keturunan genetik dari leluhurnya Abdul Qadir al-Jailani melalui garis yang disebutkan di atas. Dia menyoroti bahwa tak ada perbedaan antara [[Tarekat Naqsyabandiyah|Naqsyabandiyah]] dan [[Tarekat Qadiriyah|Qadiriyah]] serta bahwa Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah kelanjutan dari Qadiriyah melalui penerus sah Abdul Qadir al-Jailani.<ref>http://www.sayyidraphaeldakik.com</ref><ref>http://www.hazrat-ishaan.com</ref>
Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran inti dalam tarekat ini diyakini paling efektif dan efisien untuk menghantarkan pengamalnya kepada tujuan tertinggi yakni Allah swt. Ajaran sufistik dalam tarekat ini selalu berdasarkan pada [[Al-Qur'an]], [[Al-Hadits]], dan perkataan para 'ulama arifin dari kalangan Salafus shalihin. Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu:
* tentang kesempurnaan suluk,
* adab(etika),
* dzikir, dan
* muraqabah.<ref>http://www.dokumenpemudatqn.com/p/amaliyah-ikhwan-tqns.html</ref>
 
== Referensi ==
{{reflistref-list}}
 
== Pranala luar ==
* [https://syariathakikattarikatmakrifat.wordpress.com/2010/08/25/tarikat-qadiriah-naqsyabandiah-tqn// tarikat-qadiriah-naqsyabandiah-tqn]
* [http://www.dokumenpemudatqn.com/p/amaliyah-ikhwan-tqns.html/ amaliyah-ikhwan-tqns]
 
[[Kategori:OrganisasiTarekat Islam di IndonesiaSufi]]