Pembicaraan:Kongres Bahasa Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muazzqi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Notification of altered sources needing review) #IABot (v2.0.9.5
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 5:
== Kongres Bahasa Jawa VI tahun 2016 ==
===Latar Belakang===
Bahasa dan sastra Jawa hidup di tengah-tengah perkembangan masyarakat yang semakin modern. Kita ingin menjadikan kota-kota di berbagai daerah semakin maju dan mampu menyejahterakan masyarakatnya. Beberapa ahli telah mengidentifikasi beberapa daerah perkotaan berdasarkan jumlah penduduk dengan menggunakan tiga kriteria, yaitu perkembangan ekonomi, perkembangan sosial, dan perkembangan lingkungan hidup untuk diberi predikat “'''kota cerdas'''”.  Berdasarkan jumlah penduduk, kota di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kota yang berpenduduk hingga 200.000 jiwa, kota yang berpenduduk 200.000 – 1.000.000 jiwa, dan kota yang berpenduduk di atas 1.000.000 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk itu, kemudian diidentifikasi berdasarkan tiga kriteria.
 
Atas dasar kriteria di atas, kota-kota di Provinsi DIY, Jateng, dan Jatim yang terpilih sebagai kota cerdas 2015 adalah sebagai berikut. ''Pertama'', predikat kota cerdas berpenduduk 1 juta ke atas di raih Kota Surabaya dan Kota Semarang.  ''Kedua'', predikat kota cerdas berpenduduk 200.000 - 1.000.000 diraih oleh Kota Yogyakarta, Kota Surakarta, dan Kota Malang. ''Ketiga'', kota cerdas berpenduduk hingga 200.000 diraih oleh Kota Magelang, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kota Salatiga.
 
Berdasarkan penentuan kota-kota cerdas di Indonesia, nampaknya arah pembangunan bangsa dan negara kita akan diarahkan menjadi kota cerdas berdasarkan kriteria di atas. Di samping itu, harus diakui bahwa sebaran penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan pada tahun 1950  hanya 26%, dan pada tahun 2025 nanti akan menjadi 85% (Budiman Tanuredjo, akun @hariankompas).
 
Kita tidak boleh menutup mata terhadap kehidupan generasi muda sekarang. Mereka hidup di tengah-tengah gegap-gempitanya teknologi yang memberi paparan berbagai informasi, bahkan sampai pada sumber-sumber penghidupan yang dapat menyejahterakan  mereka pun terpapar melalui teknologi.
 
Dengan semakin akrapnya teknologi internet, gadget dan teknologi lain, bahasa dan sastra Jawa akan mengambil posisi di mana? Perkembangan ekonomi melalui peningkatan  kualitas SDM, pengelolaan sumber daya alam untuk menyejahterakan masyarakat, hubungan sosial kemasyarakatan yang semakin  heterogen, bahasa Jawa berada di tengah-tengah himpitan perubahan zaman. 
 
Jika potret di atas dipakai sebagai dasar membuat kebijakan pengembangan, pelestarian, dan pendidikan bahasa dan Sastra Jawa, kita tidak mungkin lagi hanya kembali bernostalgia ke masa lampau bahwa bahasa Jawa pernah berjaya karena memiliki nilai adi luhung. Kita tidak mungkin bernostalgia seperti itu, sementara realita perubahan masyarakat dan perencanaan pembangunan bangsa ke depan tidak mungkin kembali  ke masa lampau.
 
Dengan tantangan  seperti itu, kita tidak mungkin hanya berpikir secara konvensional. Masyarakat Jawa harus bangkit berpikir kreatif dan inovatif  agar dapat melakukan hal-hal yang spektakuler sehingga bahasa Jawa mampu memberikan sumbangan terhadap pembangunan dan pembentukan kepribadian  nasional di zaman modern. 
 
Namun, di sisi lain harus diakui bahwa para pemegang tampuk pimpinan di tingkat Provinsi, Kabupaten/kota   tidak boleh lalai dengan kondisi bahasa Jawa di daerah masing-masing. Keberadaan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah, memerlukan dukungan politik anggota DPRD, Gubernur, Bupati/Walikota.
 
Secara metaforis dapat dikatakan bahwa “mata air” budaya Jawa adalah bahasa Jawa. Bahkan, sebagian ruh kebudayaan nasional teraliri nilai-nilai bahasa dan sastra Jawa yang manifestasinya  disebut budaya Jawa. Konsep-konsep kebudayaan nasional sudah teraliri budaya Jawa, seperti semangat ''gotong royong'', sikap ''lembah manah'', slogan “''ngono ya ngono'', ''ning aja ngono''”, ''angon rasa'', ''adu rasa'' adalah ruh budaya Jawa yang telah diterima sebagai unsur kebudayaan nasional. 
 
Namun, dewasa ini ”debit mata air” itu semakin mengecil. Bahasa Jawa sudah tidak banyak memunculkan nilai-nilai baru yang dapat “mengaliri” budaya nasional. Hal ini tidak boleh dibiarkan dan masyarakat Jawa harus mau ''cancut tali wanda'' untuk ber''-triwikrama.''
 
Makna ''triwikrama'' dapat ditafsirkan secara filosofis sebagai kemampuan untuk mengerahkan segala pikiran, perasaan, dan tenaga untuk mengubah diri sendiri menjadi sosok baru di luar kekuatan apapun dari yang dipikirkan atau dirasakan sebelumnya.
''Triwikrama'' dapat dimaknai sebagai gerakan reformasi. Melalui Kongres Bahasa Jawa VI, masyarakat Jawa harus mampu membangunkan segala kekuatan untuk mereformasi permasalahan yang dihadapi masyarakat Jawa berkaitan dengan kondisi bahasa Jawa yang selama ini telah mengecilkan “''debit''” budaya Jawa. Tiga hal yang perlu direformasi adalah (a) bagaimana mereformasi bahasa Jawa agar terus berkembang dan mampu memperbesar “''debit”'' budaya Jawa?, (b) bagaimana mereformasi bahasa Jawa agar tetap terjaga kelestariannya dan tidak punah dari kehidupan masyarakat Jawa?, dan (c) bagaimana mereformasi pendidikan bahasa Jawa agar dapat dilaksanakan dan diwariskan kepada generasi muda? Tiga pemikiran baru itulah masyarakat Jawa harus ''cancut tali wanda''  memfokuskan Kongres Bahasa Jawa VI agar terisi dengan pemikiran baru.
 
===Tema Kongres===
“BASA JAWA TRIWIKRAMA” Pengoptimalan Peran Bahasa dan Sastra Jawa di Kabupaten dan Kota yang Berakarkan Budaya Jawa untuk Memperkuat Kebudayaan Nasional.'' Subtema :
* '''Pengembangan'''
# Kebijakan pengembangan bahasa dan sastra Jawa berkaitan dengan pergeseran penduduk dari perdesaan ke perkotaan  untuk mendukung pengembangan kota cerdas dan kehidupan “generasi Y” di tengah-tengah era teknologi informasi dan era digitalisasi.
# Menggali nilai-nilai bahasa dan sastra Jawa di desa budaya sebagai akar budaya Jawa untuk memperkuat kebudayaan nasional
# Pemetaan penutur bahasa Jawa di lingkungan masyarakat perbatasan  propinsi dalam rangka penataan bahan ajar dan penggiatan kiprah Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
# Pemetaan pemakaian BJ di daerah perkotaan untuk mewujudkan kota cerdas
# Pengembangan istilah BJ untuk mendukung perkembangan kota cerdas sebagai ''branding'' produk-produk lokal untuk memasuki pasar MEA
Baris 46:
# Pengoptimalan aksara Jawa dan Penyebarluasannya
* '''Pendidikan'''
# Kebijakan pendidikan BJ di sekolah   untuk membangun kota cerdas
# Pengoptimalan peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) BJ dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa.
# Strategi pembelajaran BJ untuk membangun kota cerdas di era teknologi informasi dan digitalisasi
# Pembelajaran BJ berbasis BJ krama di jenjang pendidikan dasar dan menengah
# Pembelajaran di PAUD dan SD kelas rendah (kelas I-III) di daerah perkotaan dengan pengantar  bahasa Jawa.
# Pengembangan materi pembelajaran BJ ''krama alus'' untuk membangun kota cerdas di zaman modern.
# Pengoptimalan   pendidikan BJ pada anak-anak di keluarga muda.
 
===Peserta Kongres===
Baris 59:
* Biaya transportasi peserta utusan dari ketiga provinsi ditanggung oleh provinsi masing-masing.
* Akomodasi dan konsumsi peserta utusan dari ketiga provinsi selama kongres ditanggung oleh provinsi DIY.
* Peserta umum dari tiga provinsi (DIY, Jateng, Jatim)   yang makalahnya dinyatakan diterima oleh panitia berstatus sebagai utusan provinsi dan memperoleh fasilitas transportasi.
* Peserta umum dari luar DIY, Jateng dan Jatim yang makalahnya dinyatakan diterima oleh panitia hanya akan memperoleh fasilitas akomodasi dan konsumsi.
* Peserta umum yang berminat mengikuti kongres tetapi tidak menjadi utusan dan tidak menjadi pemakalah dapat menghubungi panitia atau mengunjungi website http://kongresbahasajawa.org/
Baris 69:
# '''Pemakalah utama:'''
#* '''Sultan Hamengku Buwono X''' (Gubernur DIY)
#* '''Topik''': Bahasa Jawa sebagai akar budaya Jawa untuk memperkokoh keistimewaan  Daerah Istimewa Yogyakarta.
#* '''H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P.''' (Gubernur Provinsi Jawa Tengah)
#* '''Topik''': Kebijakan Provinsi Jawa Tengah dalam Pengoptimalan Pengembangan, Pelestarian, dan Pendidikan  Bahasa dan Sastra Jawa beserta dialeknya sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa.
#* '''Dr. H. Soekarwo, S.H., M.Hum''' (Gubernur Provinsi Jawa Timur)
#* '''Topik''': Kebijakan Provinsi Jawa Timur dalam Pengembangan, Pelestarian, dan Pendidikan Bahasa Jawa sebagai Bahasa Ibu di Wilayah Jawa Timur
Baris 83:
 
Tempat:
* Pembukaan        : di Kraton Kasultanan Yogyakarta.
* Sidang-sidang    : di Hotel Inna Garuda Jl. Malioboro Yogyakarta
 
'''Tanggal-Tanggal Penting'''
Baris 115:
'''DINAS KEBUDAYAAN DIY'''
 
Jalan Cendana no 11, Semaki, Yogyakarta,  55166.
 
Email : [[Mailto:kongresbahasa.jawa@gmail.com|kongresbahasa.jawa@gmail.com]]
 
Telepon : (0274) 588697
 
== External links found that need fixing (Oktober 2023) ==
 
Hello fellow editors,
 
I have found one or more external links on [[Kongres Bahasa Jawa]] that are in need of attention. Please take a moment to review the links I found and correct them on the article if necessary. I found the following problems:
*http://openlibrary.org/books/OL956760M/Kongres_Bahasa_Jawa_Semarang_15-20_Juli_1991 is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20200517201249/https://openlibrary.org/books/OL956760M/Kongres_Bahasa_Jawa_Semarang_15-20_Juli_1991 to the original URL.
 
When you have finished making the appropriate changes, please visit [[:m:InternetArchiveBot/FAQ|this simple FaQ]] for additional information to fix any issues with the URLs mentioned above.
 
This notice will only be made once for these URLs.
 
Cheers.—[[User:InternetArchiveBot|'''<span style="color:darkgrey;font-family:Courier New">InternetArchiveBot</span>''']] <span style="color:green;font-family:Rockwell">([[:en:User talk:InternetArchiveBot|Melaporkan kesalahan]])</span> 4 Oktober 2023 14.23 (UTC)
Kembali ke halaman "Kongres Bahasa Jawa".