Filsafat olahraga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Elis (WMID) (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231010)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Filsafat olahraga''' adalah cabang dari ilmu [[filsafat]] yang berupaya menganalisa konsep akan [[olahraga]] sebagai kegiatan manusia. Beberapa isu yang dibahas dalam filsafat olahraga di antaranya dari aspek [[metafisika]], filsafat [[etika]] dan [[moral]], [[filsafat hukum]], [[filsafat politik]], dan [[estetika]].<ref name="Reid">{{cite book|last1=Reid|first1=Heather|title=Introduction to the Philosophy of Sport (Elements of philosophy)|publisher=Rowman & Littlefield Publishers|date=September 2012|pages=|isbn=0742570622}}</ref> Perspektif filosofis pada olahraga berawal di [[Yunani Kuno]] dan kemudian kembali berkembang pada abad ke-20 berkat [[Paul Weiss]] dan Howard Slusher.<ref name="Reid" /><ref>Quinton, Anthony (August 21, 1969) [http://www.nybooks.com/articles/archives/1969/aug/21/locker-room-metaphysics/?pagination=false Locker Room Metaphysics] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20151024182039/http://www.nybooks.com/articles/archives/1969/aug/21/locker-room-metaphysics/?pagination=false |date=2015-10-24 }}. nybooks.com</ref><ref name="Kretchmar">{{cite book|editor1-last=Massengale|editor1-first=John D.|editor2-last=Swanson|editor2-first=Richard A.|title=The History of Exercise and Sport Science|url=https://archive.org/details/historyofexercis0000unse_j4c8|publisher=Human Kinetics Publishers|date=November 1996|author=Kretchmar, R. Scott|chapter=Chapter Six: Philosophy of Sport|pages=[https://archive.org/details/historyofexercis0000unse_j4c8/page/181 181]|isbn=0873225244}}</ref>
 
Perspektif filosofis olahraga juga melihat hubungan metafisika antara olahraga dengan [[Seni|kesenian]] dan [[permainan]], permasalahan etika terkait nilai-nilai dan keadilan, serta isu-isu sosiopolitis pada umumnya.<ref name="Reid" />
Baris 9:
 
=== Masa Kontemporer (abad ke-19 dan seterusnya) ===
Filsafat olahraga kembali bangkit berkat karya filsuf dari [[Universitas Yale]] Paul Weiss yang berjudul ''Sport: A Philosophical Inquiry'' pada tahun 1969. Weiss melihat karya-karya terkait filsafat olahraga sebagai refleksi elitisme akademis. Dalam pandangannya, olahraga selalu dipandang sebagai budaya rendah.<ref>Shouler, Kenneth (2003) [http://philosophynow.org/issues/41/If_Life_is_Finite_Why_am_I_Watching_this_Damn_Game If Life is Finite, Why am I Watching this Damn Game?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161126002321/https://philosophynow.org/issues/41/If_Life_is_Finite_Why_am_I_Watching_this_Damn_Game |date=2016-11-26 }} ''Philosophy Now''</ref>
 
Pada abad ke-19, perspektif filosofis akan olahraga dan aktivitas fisik hanya sedikit didiskusikan dalam reformasi pendidikan kala itu dengan menguatnya pandangan umum bahwa kegiatan-kegiatan tersebut meningkatkan kesehatan. Manfaat kesehatan dan pendidikan dari aktivitas fisik dipandang sebagai komponen kehidupan publik. Banyak pendukung pendidikan olahraga yang melihat olahraga dari aspek filosofis dengan mengkaji dari segi [[teleologi]], [[dualisme]] pikiran dan tubuh, serta [[metafisika]] sebagai model "ke-manusia-an" dan "ke-orang-an". Filsafat politik turut memengaruhi pandangan umum terkait olahraga sebagai jawaban atas permasalahan sosial dan politik pada masa itu dan mengembangkan konsep tanggung jawab masyarakat dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab.<ref name="Kretchmar" />
Baris 18:
 
== Permasalahan dalam filsafat olahraga ==
Saat menghadapi persoalan rumit, seorang filsuf mesti mampu membedakan mana argumen yang masuk akal maupun argumen yang lemah, dan itu semua harus masuk akal serta sesuai dengan kaidah-kaidah filsafat. Dalam filsafat itu sendiri, mengajukan pertanyaan yang tepat dan tajam agar dapat menelaah persoalan secara jernih jauh lebih penting daripada menemukan jawaban. <ref>{{Cite book|last=Ryall|first=Emily|date=2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Philosophy_of_Sport/-bD1CwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=philosophy+of+sport&printsec=frontcover|title=Philosophy of Sport|publisher=Bloomsbury Publishing|isbn=978-1-4081-8858-3|pages=7|url-status=live}}</ref>
 
Ada tiga cabang utama dalam filsafat yaitu [[epistemologis]], [[ontologis]] dan [[aksiologis]]. Epistemologis merupakan suatu upaya untuk mendapatkan pengetahuan dengan jalan memberikan batasan yang jelas atas pengetahuan tersebut; dalam ontologi, suatu objek diteliti secara mendalam agar diperoleh hakikat atas objek tersebut; sementara itu, aksiologis lebih mengarah kepada nilai-nilai pengetahuan serta manfaat pengetahuan tersebut. <ref>{{Cite book|last=Kusbandrijo|first=Bambang|date=2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Dasar_Dasar_Logika/4oGWDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=dasar+dasar+logika&printsec=frontcover|title=Dasar-dasar Logika|location=Jakarta|publisher=Penerbit Kencana|isbn=978-602-422-061-7|pages=10-11|url-status=live}}</ref>
 
Epistemologis, ontologis, dan aksiologis merupakan landasan untuk menelaah soal filsafat olahraga. Pembahasan ontologis lebih berfokus kepada teori tentang hakikat dalam ilmu keolahragaan; pembahasan epistemologis mengarah kepada jalan pikiran atau logika yang membentuk suatu argumen; serta kajian aksiologis yang membahas masalah nilai dan manfaat olahraga, baik secara etis, estetis, ataupun politis. <ref>{{Cite book|last=Mutohir|first=Toho Cholik|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Kajian_Ilmu_Keolahragaan_Ditinjau_Dari_F/UAIhEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=filsafat+olahraga&printsec=frontcover|title=Kajian Ilmu Keolahragaan Ditinjau dari Filsafat Ilmu|location=Sidoarjo|publisher=Zifatama Jawara|isbn=978-623-7748-68-7|pages=6-7|url-status=live}}</ref>
 
Pengertian mengenai olahraga terkait dengan epistemologi dalam filsafat, dan itu merupakan hal yang mendasar ketika aturan pokok dalam olahraga dibuat. Peraturan dalam olahraga dibuat secara praktis dan tidak terbebani oleh teori karena perubahan yang terjadi di lapangan, dan bukan karena adanya interpretasi ulang atas peraturan tersebut. Karakter konseptual dari olahraga sebaiknya dilihat sebagai produk yang berbeda ketika aturan pokok berubah. Hal ini terdengar ambigu ataupun kontradiktif sehingga masalah ini sebaiknya dilihat dari sudut pandang seorang filsuf esensialis yang bernama [[Ludwig Wittgenstein]].<ref>{{Cite book|last=Bertman|first=Martin A|date=2007|url=https://www.google.co.id/books/edition/Philosophy_of_Sport/GMMoQzdd5yQC?hl=id&gbpv=1&dq=philosophy+of+sport&pg=PA12&printsec=frontcover|title=Philosophy of Sport|publisher=Humanities Insights|isbn=978-1847600264|pages=8-9|url-status=live}}</ref>
Baris 32:
 
== Aliran dalam filsafat olahraga ==
Perkembangan yang begitu pesat dalam ilmu pengetahuan menyebabkan filsafat olahraga dapat dianalisis dengan berbagai  ilmu dan pendekatan seperti [[fenomenologi]], [[eksistensialisme]], [[pragmatisme]], [[Marxisme baru]], [[teori kritis]], [[hermeneutisme]], [[strukturalisme baru]], [[pascastrukturalisme]], dan sebagainya. Dan yang tak boleh luput adalah pendekatan filsafat yang berkembang di negara-negara Asia, baik filsafat modern maupun tradisional. <ref>{{Cite journal|last=Breivik|first=Gunnar|date=2019|title=From philosophy of sport to philosophies of sports?|url=https://nih.brage.unit.no/nih-xmlui/bitstream/handle/11250/2726944/Breivik%2BJPhilosSport%2B2019.pdf?sequence=1&isAllowed=y|journal=|volume=|issue=|pages=5|access-date=2022-02-18|archive-date=2022-02-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220218051232/https://nih.brage.unit.no/nih-xmlui/bitstream/handle/11250/2726944/Breivik+JPhilosSport+2019.pdf?sequence=1&isAllowed=y|dead-url=no}}</ref>
 
Filsafat olahraga dapat dilihat dari sudut pandang penonton acara olahraga maupun oleh pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan olahraga, baik itu atlet sendiri, pelatih, wasit, dan sebagainya. <ref>{{Cite journal|last=Breivik|first=Gunnar|date=2019|title=From ‘philosophy of sport’ to ‘philosophies of sports’?|url=https://nih.brage.unit.no/nih-xmlui/bitstream/handle/11250/2726944/Breivik%2BJPhilosSport%2B2019.pdf?sequence=1&isAllowed=y|journal=|pages=16|access-date=2022-02-18|archive-date=2022-02-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220218051232/https://nih.brage.unit.no/nih-xmlui/bitstream/handle/11250/2726944/Breivik+JPhilosSport+2019.pdf?sequence=1&isAllowed=y|dead-url=no}}</ref>
 
Ada empat sumber dasar dalam filsafat olahraga yang bisa dijadikan sebagai bahan refleksi. Pertama, fakta dan fenomena olahraga tergantung dari tujuan olahraga (olahraga untuk prestasi, olahraga untuk rekreasi, olahraga untuk kesehatan). Kedua, filsafat secara umum dan secara spesifik. Ketiga, metodologi umum dan metodologi khusus yang diterapkan pada berbagai aliran filsafat. Keempat, ilmu spesialis yang lain. <ref>{{Cite journal|last=Kosiewicz|first=Jerzy|date=2008/2009|title=Philosophy of Sport from
the Institutional, Content Related
and Methodological Viewpoint|url=https://sciendo.com/pdf/10.2478/v10141-009-0001-5|journal=|volume=XLVI|pages=8|doi=10.2478/v10141-009-0001-5|access-date=2022-02-18|archive-date=2022-02-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220218051229/https://sciendo.com/pdf/10.2478/v10141-009-0001-5|dead-url=no}}</ref>
 
=== Olimpisme ===
[[Piagam OlympicOlimpiade]] yang dideklarasikan pada tahun 1914 menyatakan bahwa [[olimpisme]] adalah filosofi hidup yang mesti menjunjung tinggi kualitas tubuh, karsa, serta pikiran terintegrasi secara utuh. Olimpisme merupakan suatu pandangan hidup yang mengarahkan olahraga kepada budaya serta pendidikan sehingga manusia merasa bergembira serta bersukacita dalam usaha tanpa merasa terbebani. <ref>{{Cite book|last=L Reid|first=Heather|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_the_Philosophy_of_Sport/qcIqo7AR2wMC?hl=id&gbpv=1&dq=philosophy+of+sport&printsec=frontcover|title=Introduction to the Philosophy of Sport|publisher=Rowman & Littlefield Publishers, Inc|isbn=978-0-7425-7062-7|pages=19|url-status=live}}</ref> Filosofi politik dari ''Olympic Games'' berlandaskan prinsip seperti persahabatan, saling memahami, serta bermain adil. Beberapa prinsip tersebut dapat ditafsirkan secara beragam oleh para atlet lintas budaya dan sejarah sehingga dibutuhkan suatu pemahaman yang luwes tanpa harus terjadi pembelokkan makna. Dengan demikian, filosofi olimpisme dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan multikultur.<ref>{{Cite book|last=L Reid|first=Heather|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_the_Philosophy_of_Sport/qcIqo7AR2wMC?hl=id&gbpv=1&dq=philosophy+of+sport&printsec=frontcover|title=Introduction to the Philosophy of Sport|publisher=Rowman & Littlefield Publisher, Inc|isbn=978-0-7425-7062-7|pages=26|url-status=live}}</ref>
 
=== Hermeneutisme ===
Filsafat hermeneutik adalah suatu metode tradisional yang berbasis pada ide bahwa manusia menerjemahkan realitas secara ontologis, dan interpretasi tersebut merupakan suatu proses yang dinamis dan akan terus berlangsung. Hal ini dapat diterapkan ketika memahami kegiatan olahraga. <ref>{{Cite book|last=Welters|first=Ron|date=2018|url=https://repository.ubn.ru.nl/bitstream/handle/2066/196531/196531.pdf?sequence=1&isAllowed=y|title=Cycling for Life: Towards a Sustainable Philosophy of Endurance Sport|publisher=Radboud University|isbn=9789402811926|pages=131-132|url-status=live|access-date=2022-02-18|archive-date=2022-02-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220218051831/https://repository.ubn.ru.nl/bitstream/handle/2066/196531/196531.pdf?sequence=1&isAllowed=y|dead-url=no}}</ref>
 
=== Formalisme ===
[[Formalisme]]—meminjam istilah dari ilmu sastra—merupakan suatu pandangan yang berlandaskan pada peraturan-peraturan formal dalam olahraga. <ref>{{Cite book|last=Mc Fee|first=Graham|date=2004|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sport_Rules_and_Values/G5EGMjaXeocC?hl=id&gbpv=1&dq=philosophy+of+sport+graham+mc+fee&printsec=frontcover|title=Sport, Rules, and Values|location=Canada|publisher=Routledge|isbn=0-203-29987-6|pages=15|url-status=live}}</ref> Sebagaimana yang diutarakan oleh [[William G. Morgan|William J Morgan]] bahwa peraturan olahraga merupakan sesuatu yang mengikat sebagai kekuatan legitimatif, yang mengindikasikan bahwa para atlet bermain secara jujur dan memenangkan pertandingan atau kejuaraan dengan tidak melanggar peraturan.<ref>{{Cite book|last=L Reid|first=Heather|date=2012|url=https://www.google.co.id/books/edition/Introduction_to_the_Philosophy_of_Sport/qcIqo7AR2wMC?hl=id&gbpv=1&dq=philosophy+of+sport&printsec=frontcover|title=Introduction to the Philosophy of Sport|publisher=Rowman & Littlefield Publisher, Inc|isbn=978-0-7425-7062-7|pages=50|url-status=live}}</ref>
 
=== Filsafat Timur ===
Baris 55:
 
=== Pragmatisme ===
Para filsuf beraliran pragmatis seperti [[William James]] dan [[John Dewey]] berusaha untuk mendalami mengapa olahraga dapat membuat hidup menjadi penting serta berharga. <ref>{{Cite book|last=Welters|first=Ron|date=2018|url=https://repository.ubn.ru.nl/bitstream/handle/2066/196531/196531.pdf?sequence=1&isAllowed=y|title=Cycling for Life: Towards a Sustainable Philosophy of Endurance Sport|publisher=Radboud University|isbn=9789402811926|pages=187|url-status=live|access-date=2022-02-18|archive-date=2022-02-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20220218051831/https://repository.ubn.ru.nl/bitstream/handle/2066/196531/196531.pdf?sequence=1&isAllowed=y|dead-url=no}}</ref> Ada beberapa kemiripan antara filsafat Timur dengan [[pragmatisme]] Amerika. Pertama, ajaran filsafat berpengaruh terhadap sikap dan karakter. Kedua, filsafat Timur berfokus kepada hal-hal praktis dan bersifat luwes. <ref name=":0" /><!--- lanjutkan dari sini, dan Anda dapat menghapus komentar ini. --->
 
== Referensi ==