Rifa'ah al-Tahtawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 23465167 oleh 58.145.169.110 (bicara): WP:VAND (TW)
Tag: Pembatalan
 
(9 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pp}}
{{artikel bagus}}
{{Infobox scientist
|name = {{transl|ar|Rifa'ah Rafi' al-Tahtawi}}<br />{{lang|ar|{{larger|رفاعة رافع الطهطاوي}}}}
Baris 14 ⟶ 16:
|influenced = [[Muhammad Abduh]], [[Rasyid Ridha]]{{Sfn|Quadri|2021|p=113}}{{Sfn|Ahmad|2019|p=71–72}}<ref>{{Cite web|last=Ibrahim|first=Mahmoud A. A.|date=26 April 2018|title=Al-Tahtawi, Rifa’a (1801–1873) - Routledge Encyclopedia of Modernism|url=https://www.rem.routledge.com/articles/al-tahtawi-rifaa-1801-1873|website=www.rem.routledge.com|language=en|access-date=2022-01-29}}</ref>
}}
'''Rifa'ah Rafi' al-Tahtawi''' ({{lang-ar|رفاعة رافع الطهطاوي|translit=Rifā‘ah Rāfi‘ al-Ṭahṭāwī}}, {{lahirmati||15|10|1801||27|5|1873}}) adalah seorang penulis, [[guru]], dan juga intelek [[Mesir]] yang lahir dipada tahun 1801 di Tahta, Mesir.{{Sfn|Iggers|2013|p=88}} Dia menjadi salah satu pembaru pemikiran Islam kenamaan di Mesir. Gagasan pemikirannya adalah mendialogkan antara gagasan pemikiran barat yang saat itu dipengaruhi pemikiran [[modernisme]] dengan gagasan pemikiran Islam yang sering disebut sebagai [[Modernisme Islam]]. Gagasan tersebut mempengaruhimemengaruhi beberapa ulama pembaru lainnya seperti [[Muhammad Abduh]]. Dia menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah kenamaan yang bernama "Sekolah Bahasa" pada tahun 1853 yang kelak akan menjadi bagian dari [[Universitas Ain Shams]].
 
Lahir di kota kecil di sebelah selatan Mesir yang bernama Tahta, [[Kegubernuran Suhaj|Suhaj]] pada tahun 1801, Rifa'ah pada awalnya lahir dari keluarga yang berkecukupan dan terpandang. Namun orang tuanya jatuh miskin karena hartanya diambil oleh [[Muhammad Ali dari Mesir|Muhammad Ali Pasya]], seorang Gubernur Mesir pada saat itu, dikarenakan beban pajak yang sangat tinggi. Hal itu membuat keluarga Rifa'ah berpindah dari Tahta menuju Kota [[Girga]]. Dia kemudian ditinggal sendirian oleh ayahnya dan dititipkan pada paman dari jalur ibunya. Di Girga, dia bisa mengenyam pendidikan umum dan tetap dapat melanjutkan pendidikannya hingga ke [[Universitas Al-Azhar|Al-Azhar]] dengan biaya yang dikeluarkan oleh keluarga ibunya. Selama mengenyam pendidikan di Al-Azhar, dia menjadi anak kesayangan dari salah satu gurunya yaitu Hasan Al-Attar.
 
Setelah lulus, dia sempat mengajar di Al-Azhar selama dua tahun dan menjadi imam untuk tentara Mesir saat itu. Pada akhirnya, dia kemudian dikirim ke [[Prancis]] pada tahun 1826 dari misi beasiswa yang diberikan oleh Muhammad Ali Pasya berkat rekomendasi dari Hasan Al-Attar sendiri. Di Prancis, Rifa'ah mempelajari berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti [[ilmu bumi]], [[teknik]], [[sejarah]], bahkan [[politik]]. Dia mempelajari beragam disiplin ilmu tersebut dikarenakan dia ingin menerjemahkan beberapa literatur [[bahasa Prancis]] ke bahasa Arab guna untuk meningkatkan transfer pengetahuan barat ke dunia [[Islam]] khususnya di Mesir. Beberapa tim penguji di Prancis benar-benar mengakui kemampuan Rifa'ah dalam menerjemahkan dan pada bidang inilah, Rifa'ah mempunyai peran besar dalam mempengaruhimemengaruhi pemikiran ulama Mesir berikutnya yang pada akhirnya menjadi sumbangsih terbesarnya.
 
Rifa'ah terkenal dengan gagasan patriotisme tanah airnya. Dalam karyanya yang berjudul "''The Extraction of Gold or an Overview of Paris''" ia menggambarkan betapa pentingnya rasa persatuan untuk Mesir karena tanpa rasa persatuan itu, Mesir akhirnya mudah terkoyak oleh para penjajah. Mengambil analogi dari peradaban [[Romawi]] yang sebegitu kuatnya tetapi akhirnya terbelah menjadi dua. Mesir juga dulunya kuat dan menjadi salah satu negeri yang memulai peradaban, tetapi Mesir kini mengalami sesuatu yang hina, yaitu penjajahan karena kurangnya rasa persatuan diantara para warganya. Selain karena itu, Rifa'ah juga dikenal atas idenya mengenai evolusi [[Syari'ah|syariah]] yang dia percaya bahwa syariah itu senantiasa bergerak mengikuti perkembangan zaman, bukan sebagai sesuatu yang kaku sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang pada masanya. Di samping itu, Rifa'ah juga berpendapat dalam bidang pendidikan bahwa pendidikan juga layak ditempuh bagi para wanita yang pada saat itu di Mesir, pendidikan bagi seorang wanita adalah hal yang masih dianggap makruh untuk dijalankan.
Baris 25 ⟶ 27:
===Kehidupan masa muda===
[[Berkas:Sohag in Egypt.svg|jmpl|220x220px|Letak [[Kegubernuran Suhaj]] di [[Mesir]]. Kota Tahta yang menjadi tempat kelahiran Rifa'ah, berada di kegubernuran ini.]]
Rifa'ah al-Tahtawi lahir dari pasangan Rafi' al-Tahtawi dengan Fatimah binti Syaikh Ahmad Al-Farghali pada tanggal 15 Oktober 1801 di Kota [[Tahta, Mesir|Tahta]], [[Eyalet Mesir|Mesir]] yang berada di bagian pusat yang agak menjorok ke selatan dekat dengan tepi barat [[sungai Nil]]. Rifa'ah terlahir dari keluarga aristokrat yang berkecukupan. Dari ayahnya, silsilahnya sampai pada [[Husain bin Ali]] sehingga membuatnya termasuk ke dalam kelompok Sayyid. Sedangkan dari ibunya, dia memiliki kakek yang menjadi seorang ulama yang bernama Syaikh Ahmad Al-Farghali. Silsilah kakeknya sampai pada [[Bani Khazraj|suku Khazraj]] yang ada di [[Madinah]].{{Sfn|Hadi|2018|p=21–22}} Dia lahir ketika bertepatan dengan perginya tentara [[Prancis]] dari Mesir. Rifa'ah merasakan hidup berkecukupan selama empat tahun sebelum Muhammad Ali berkuasa dan menjadi Khedive di wilayah Mesir dan Sudan pada tahun 1805. Pada awal masa pengangkatannya, Muhammad Ali ditugaskan untuk mengamankan sumber aliran ekonomi Mesir yang pada saat itu mengalami peperangan. Dia mengambil semua tanah Iltizam di Mesir serta meningkatkan pajak petani kepada para tuan tanah hingga mereka tak dapat membayarnya dan kemudian menyita properti mereka.{{Sfn|Vatikiotis|1991|p=54–55}}
 
Salah satu yang terdampak dari kebijakan Muhammad Ali tersebut adalah orang tua Rifa'ah. Rifa'ah yang sebelumnya hidup dalam keadaan yang berkecukupan menjadi berbalik miskin setelah dikeluarkannya kebijakan Muhammad Ali tersebut.{{Sfn|Supardjo|1975|p=64}} Dengan keadaan itu, ayah Rifa'ah terdorong untuk berpindah dari Tahta menuju Girga untuk tinggal bersama kerabatnya yang bernama Abu Qatanah saat Rifa'ah berusia dua belas tahun. Meski begitu, ayahnya memilih untuk berpindah-pindah tempat lagi seperti ke Kota [[Kegubernuran Qina|Qina]], kemudian ke Farshut dan seterusnya hingga dia meninggalkan Rifa'ah sendirian dan Rifa'ah pun memutuskan untuk kembali ke Tahta dan tinggal bersama paman dari jalur ibunya.{{Sfn|Hadi|2018|p=23}}
Baris 38 ⟶ 40:
Hasan Al-Attar sesungguhnya merupakan seorang anak dari [[apoteker]] yang kemudian dia berkeliling ke negara-negara Islam seperti Lebanon dan Suriah untuk mempelajari berbagai bidang disiplin ilmu. Dia bahkan sering bertemu dengan ilmuwan-ilmuwan Prancis yang datang bersama dengan [[Napoleon]] saat kedatangan Kaisar Prancis tersebut ke Mesir. Dengan pertemuannya dengan ilmuwan-ilmuwan tersebut, Al-Attar mengetahui bahwa dunia Islam mengalami kemunduran atas peradaban Barat.{{Sfn|Hadi|2018|p=25}}{{Sfn|Heyworth|1939|p=962}}
 
Ketika Prancis berhasil diusir pergi dari Mesir dan [[Muhammad Ali dari Mesir|Muhammad Ali]] berkuasa, Al-Attar kembali menuju Mesir dan segera bersahabat dengan Muhammad Ali. Dia mendukung kebijakan Muhammad Ali untuk mereformasi pendidikan Mesir dan menjadikan dia diangkat sebagai Rektor Universitas Al-Azhar. Karena keakrabannya dengan Al-Attar, Rifa'ah mendapatkan beberapa disiplin ilmu yang tak diajarkan di Al-Azhar seperti [[geografi]], [[sejarah]], dan juga [[sastra]]. Semua ilmu ini dia dapatkan secara percuma karena Al-Attar memang menyayangi Rifa'ah. Menurut J. Heyworth-Dunne dan M. Fazlurrahman Hadi, Al-Attar merupakan orang yang menginspirasi dan memotivasi Rifa'ah sehingga gaya pemikirannya sangat mempengaruhimemengaruhi Rifa'ah. Karena Al-Attar, dia mempunyai kesadaran bahwa umat Islam terutama di Mesir mengalami kemunduran yang sangat jauh dibandingkan dengan masyarakat Barat.{{Sfn|Hadi|2018|p=25–26 dan 83}}{{Sfn|Heyworth|1939|p=962}}
 
Setelah lima tahun menempuh perkuliahan di Al-Azhar, Rifa'ah akhirnya lulus pada tahun 1821. Kelulusannya membuat Rifa'ah diberi kepercayaan oleh dosen sebelumnya untuk menjadi dosen pengajar di Al-Azhar selama beberapa tahun.{{Sfn|Hadi|2018|p=26}} Dengan rekomendasi dari Al-Attar, dia diangkat untuk menjadi seorang imam di angkatan militer Mesir yang sepenuhnya berada dalam kontrol orang-orang [[Bangsa Turki|Turki]] pada tahun 1824.{{Sfn|Heyworth|1939|p=963}}
Baris 50 ⟶ 52:
Pada tanggal 19 Oktober 1830, Rifa'ah mengambil ujian di bidang terjemahan terakhir di Paris. Tim penguji memeriksa dua belas buku hasil terjemahan Rifa'ah untuk diuji dan dia dinyatakan lulus.{{Sfn|Hadi|2018|p=28–29}} Sama seperti lamanya ia kuliah di Al-Azhar, Rifa'ah menghabiskan waktu belajarnya di Prancis selama lima tahun. Dia akhirnya pulang ke Mesir pada tahun 1831. Setibanya di Kairo, Rifa'ah kemudian bekerja sebagai guru dan penerjemah di sekolah medis di pemukiman [[:en:Abu Zaabal|Abu Za'bal]] yang didirikan pada tahun 1827. Dua tahun setelah bekerja di sana, dia dipindahkan ke sekolah artileri di Turah pada tahun 1833 untuk menerjemahkan karya geometri dan ilmu militer.{{Sfn|Heyworth|1939|p=964}}
 
Pada tahun 1834, dia pergi menuju Tahta kembali dan tidak keluar dari kota tersebut dikarenakan adanya [[wabah]] yang menyebar di Mesir. Selama dia tinggal di Tahta, dia menerjemahkan karya Maltbrun mengenai geografi dan sekembalinya dia ke Kairo, dia mempresentasikan karyanya kehadapan Muhammad Ali yang pada akhirnya membuat Rifa'ah dipromosikan sebagai hadiahnya.{{Sfn|Heyworth|1939|p=965}}
 
Pada tahun 1837, Rifa'ah menjadi kepala sekolah dari [[Madrasah al-Alsun|Sekolah Bahasa]]. Sekolah ini sebelumnya bernama Sekolah Penerjemah pada bulan Juni tahun 1836 dan didirikan oleh Ibrahim Efendi. Namun, sekolah itu direorganisasi pada Januari 1837 dan diubah namanya menjadi Sekolah Bahasa dengan ditunjuknya Rifa'ah sebagai kepala sekolah barunya. Meski namanya menunjukkan bahwa sekolah tersebut terkait dengan bidang bahasa, tetapi bukan hanya bahasa saja yang diajarkan di sekolah tersebut. Sekolah itu juga mengajarkan ilmu matematika, sejarah, hukum Islam, geografi dan [[akuntansi]] di samping pelajaran bahasa Arab, [[Bahasa Turki|Turki]], Prancis dan [[Bahasa Italia|Italia]].{{Sfn|Heyworth|1939|p=965–966}}{{Sfn|Hadi|2018|p=29}}
 
Pada tahun 1848, [[Abbas I dari Mesir|Abbas Pasya]] diangkat menjadi gubernur menggantikan ayahnya. Nasib Rifa'ah kemudian menjadi terpuruk karena Sekolah Bahasa yang dia arahkan ditutup paksa. Ia lalu dipindahkan ke [[Khartoum]], [[Sudan]] untuk mengurus sebuah sekolah dasar baru yang didirikan oleh pemerintah.<ref name=":0">{{Cite web|title=Rifāʿah Rāfiʿ al-Ṭahṭāwī {{!}} Egyptian scholar {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/biography/Rifaah-Rafi-al-Tahtawi|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2021-12-18}}</ref>{{Sfn|Hill|2020|p=57}} Pada saat itu, Sudan masih menjadi bagian dari Mesir. Selain karena reputasinya yang terkenal kaku dan fanatik,{{Sfn|Thorne|1984|p=8}} Abbas melakukan pembuangan tersebut kemungkinan besar juga karena desakan dari sebagian ulama yang menjadi rival Rifa'ah dan memandangnya sebagai orang yang sesat.{{Sfn|Heyworth|1939|p=967}} Meski begitu, Rifa'ah tetap menjalankan kewajibannya tersebut dengan sukarela sebagaimana dia mengajar di Sekolah Bahasa.{{Sfn|Heyworth|1939|p=967}}
 
=== Meninggal ===
Selepas mengalami nasib buruk pada masa pemerintahan Abbas, Rifa'ah diperlakukan dengan baik oleh [[Muhammad Sa'id Pasya]]. Dia ditarik kembali ke Kairo untuk bekerja di bawah departemen Eropa. Selain itu, dia juga mengajar di sebuah sekolah militer di Haud Al-Marsud. Sekolah militer tersebut selain mengajarkan ilmu kemiliteran, juga mengajarkan ilmu bahasa, akuntansi, dan juga arsitektur serta teknik sipil. Namun, lima tahun berselang sekolah tersebut akhirnya ditutup karena tak ada sekolah lain yang buka pada masanya. Dia akhirnya berkarier untuk terakhir kalinya di departemen penerjemahan pada masa pemerintahan [[Ismail Pasha]] hingga akhir hayatnya.{{Sfn|Heyworth|1939|p=967}}
 
Menurut {{Interlanguage link|Muhammad Imara|ar|محمد عمارة}}, Rifa'ah meninggal dikarenakan sebuah [[penyakit]]. Dia dinyatakan meninggal pada tanggal 27 Mei 1873 pada usia 72 tahun di Kota Kairo. Jenazahnya disalatkan pada esok harinya di masjid Al-Azhar serta dikuburkan di sebuah pemakaman keluarga yang letaknya tak jauh dari Universitas Al-Azhar.{{Sfn|Hadi|2018|p=23–24}}
 
== Karya-karya ==
Rifa'ah al-Tahtawi dikenal sebagai penerjemah yang cakap dan tekun karena dia memiliki banyak sekali karya terjemahan.<ref name=":0" /> Seringnya aktivitas penerjemahan yang dia lakukan membuat karyanya sebagian besar adalah karya terjemahan. Kebanyakan karya terjemahannya merupakan hasil penerjemahan dari buku-buku berbahasa Prancis yang dia baca. Meskipun begitu, tidak sedikit juga dia membuat karya orisinilorisinal yang berkaitan tentang tema tertentu seperti [[pendidikan]], agama, dan sejarah serta satu karya memoarnya yang sangat terkenal.<ref>{{Cite web|last=Gran|first=Peter|date=19 Januari 2006|title=Tahtawi in Paris|url=http://weekly.ahram.org.eg/2002/568/cu1.htm|website=web.archive.org|access-date=2022-01-29|archive-date=2006-01-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20060119200537/http://weekly.ahram.org.eg/2002/568/cu1.htm|dead-url=unfit}}</ref>
=== Karya terjemahan ===
Rifa'ah memulai kariernya sebagai penerjemah buku ketika ia datang ke Prancis pada tahun 1826. Tidak seperti penerjemah pada umumnya, dia tidak fokus menerjemahkan buku pada bidang ilmu tertentu saja, melainkan dia menerjemahkan buku dari berbagai bidang ilmu seperti politik, sejarah, matematika, filsafat, geografi, dan fisika. Oleh sebab itu, buku terjemahannya memiliki tema yang beragam. Menurut [[Harun Nasution]], Rifa'ah memilih untuk tidak fokus pada satu tema tertentu agar "pembaca-pembaca Arab akan dapat mengetahui ilmu-ilmu pengetahuan barat yang ia rasa perlu mereka ketahui untuk kemajuan mereka."{{Sfn|Hadi|2018|p=28}}[[Berkas:Montesquieu – De l'esprit des loix, 1749 – BEIC 6817234.jpg|kiri|jmpl|Sampul cetakan pertama dari buku ''De l'Espirit des loix'' karya [[Montesquieu]]. Buku ini kemudian diterjemahkan oleh Rifa'ah dalam bahasa Arab menjadi ''Rūh al-Qawānin.''|250x250px]]Buku pertama yang dia terjemahkan merupakan buku yang berisi tentang ilmu [[metalurgi]] yang berjudul ''Principes métallurgiques,'' atau yang dia terjemahkan kedalam bahasa Arab menjadi ''Mabādi’ al-‘Ulūm al-Ma’daniyah'' ("Prinsip-prinsip Ilmu Metalurgi" dalam bahasa Indonesia) yang dicetak di Mesir setelah dia kirim.{{Sfn|Hadi|2018|p=27}}
 
Karya terjemahan lain yang terkenal darinya ialah ''Rūh al-Qawānin'' serta ''Al-Aqd Al-Ijtimā'i''. ''Rūh al-Qawānin'' merupakan terjemahan dari karya Montesquieu yang judul aslinya adalah ''De l'espirit des Lois.'' Buku tersebut berisi tentang teori politik yang dicetuskan oleh Montesquieu. Penerjemahan buku ini ke bahasa Arab oleh Rifa'ah membuat ide-ide [[demokrasi]] dan modernisme berkembang cepat di Mesir. Selain buku tersebut, Rifa'ah juga menerjemahkan karya Jean-Jacques Rousseau yang berjudul ''Du contrat social'' yang dia terjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ''Al-Aqd Al-Ijtimā'i''. Sama seperti sebelumnya, buku ini juga berisi tentang teori politik Rousseau.{{Sfn|Hadi|2018|p=27–28}}
 
Saat Rifa'ah mengambil [[ujian]] di bidang penerjemahan ketiga pada tanggal 19 Oktober 1830, dia menyajikan kedua belas buku terjemahannya yang diantaranya adalah ''Tārikh al-Iskandar al-Akbar'' (Sejarah Alexander Agung), ''Usul al-Ma’ādin'' (Prinsip-Prinsip Pertambangan), ''Dāirat al-‘Ulūm fi Akhlāq al-Umam wa ‘Awāidahum'' (akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa) dan lain sebagainya. Dia pun dinyatakan lulus setelah menunjukkan kedua belas buku terjemahannya tersebut.{{Sfn|Hadi|2018|p=28}}
Baris 72 ⟶ 74:
Muhammad Imarah membuat catatan mengenai sebagian judul buku hasil terjemahan Rifa'ah yang pernah diterbitkan di Mesir. Sebagian besar buku tersebut terbit setelah Rifa'ah pulang ke Mesir dari Prancis. Dalam catatan tersebut, terdapat satu buku yang diterbitkan saat dia berada di Prancis yang berjudul ''Jughrafiyah Saghirah'' yang terbit pada tahun 1830. Buku lainnya yang terbit pada dekade [[1830-an]] antara lain adalah ''al-Ma’adin al-Nafi’ah li Tadbir Ma’ayish al-Khalaiq'' dan ''al-Ma’adin al-Nafi’ah li Tadbir Ma’ayish al-Khalaiq'' (1832), ''Kitab Qudama’ al-Falasifah'' (1836), dan ''al-Mantiq'' serta ''Tarikh Qudama’ al-Masriyyin'' yang terbit pada tahun 1838. Dicatat pula buku yang terbit pada sekitar tahun 1850-1870-an seperti ''Mabadi’ al-Handasah'' (1854), ''Ta’rib al-Qanun al-Madani al-Faransawi'' (1866), ''Risalah al-Ma’adin'' (1867), dan ''Ta’rib Qanun al-Tijarah'' (1868).{{Sfn|Hadi|2018|p=33}}
 
=== Karya orisinilorisinal ===
==== Memoar ====
[[Berkas:Rihlah French Edition Cover.jpg|jmpl|282x282px|Sampul buku ''Rihlah'' cetakan tahun 2012 oleh penerbit Actes Sud dalam edisi bahasa Prancis.]]
Baris 80 ⟶ 82:
 
==== Humaniora ====
Rifa'ah juga pernah membuat beberapa karya yang berkaitan dengan ilmu [[humaniora]]. Karya-karya tersebut berkaitan dengan ilmu [[Linguistik|kebahasaan]], sejarah, teologi Islam, dan [[pedagogi|kependidikan]]. Seumur hidupnya, Rifa'ah setidaknya diketahui telah menulis dua buku yang bertemakan tentang kebahasaan, hal yang dirasa wajar mengingat latar belakangnya sebagai seorang penerjemah. Buku-bukunya yang berkaitan tentang kebahasaan semuanya berkisar mengenai bahasa Arab, bukan pada bahasa lainnya. Buku pertamanya mengenai kebahasaan adalah ''Jamal Al-Ajrūmiyah''. Terbit pada tahun 1863, buku ini berisi tentang uraian perihal syair-syair bahasa Arab dari sisi gramatikal.{{Sfn|Hadi|2018|p=32}}
 
Buku kebahasaan lainnya yang pernah dia terbitkan adalah ''al-Tuhfat al-Maktabiyah li Taqrib al-Lughah al-‘Arabiyah'' (dalam bahasa Indonesia berarti ''Mahakarya Perpustakaan Untuk Mempermudah Pembelajaran Bahasa Arab)''. Buku ini terbit enam tahun setelah buku bertema kebahasaan pertamanya, yaitu pada tahun 1869, oleh percetakan Hajar. Tidak seperti sebelumnya, buku ini lebih menjabarkan mengenai cara-cara untuk menyederhanakan [[kalimat]] dalam bahasa Arab yang dengan penyederhanaan tersebut, diharapkan dapat mempermudah pemula untuk belajar bahasa Arab dengan lebih baik.{{Sfn|Hadi|2018|p=32}}
 
Dikarenakan sebagian besar hidupnya dia habiskan untuk menjadi guru, maka Rifa'ah pun juga pernah menulis satu buku mengenai hal yang bersifat [[Pedagogi|pedagogispedagogi]]s. Judul buku tersebut ialah ''Al-Murshid al-Amīn fi Tarbiyat al-Banāt wa al-Banīn'' (Petunjuk Pendidikan Bagi Putra dan Putri). Di dalam buku tersebut, ia mengemukakan pendapatnya bahwa tidak hanya laki-laki yang berhak mendapatkan pendidikan, tetapi para perempuan juga. Karena itu, rekan laki-laki maupun perempuan memiliki kesetaraan. Buku ini menerangkan perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan sehingga dalam menghadapi keduanya, diperlukan gaya pendidikan yang tidak sama. Selain itu, buku tersebut juga menegaskan pentingnya mengarahkan pendidikan untuk tujuan nasional. Buku ini diketahui pertama kali dicetak ketika Rifa'ah meninggal dunia pada tahun 1873.{{Sfn|Hadi|2018|p=30}}
 
Selain dari ketiga buku tersebut, Rifa'ah menulis buku bertemakan sejarah dengan judul ''Anwār Taufiq al-Jalīl fi Akhbar Misra wa Tauthiqi Bani 'Ismā'il'' (Cahaya Kedamaian Agung Mengenai Berita-berita Mesir dan Pengukuhan Keturunan Ismail). Buku tersebut sebenarnya adalah sebuah ensiklopedia yang berisi dua jilid yang jilid kedua dari buku tersebut memiliki judul yang berbeda. Jilid pertama dari buku tersebut diterbitkan pada tahun 1868, berisi tentang sejarah negeri Mesir dari zaman [[Mesir Kuno|Firaun]], [[Makedonia (kerajaan kuno)|Makedonia]], [[Kekaisaran Romawi|Romawi]], hingga pada kelahiran [[Nabi Muhammad]] yang kemudian dengan para [[Sahabat Nabi|sahabat]] beliau membuat [[Penaklukan Mesir oleh Muslim|ekspansi Arab]] berlanjut ke Mesir.{{Sfn|Hadi|2018|p=31}} Sedangkan jilid kedua dari buku itu diberi judul ''Nihāyat al-Ijāz fi Sirah Sākin al-Hijāz'' (Akhir Sejarah Singkat Penduduk Hijaz) dan diterbitkan pada tahun 1873 ketika ia meninggal. Jilid kedua berisi tentang penjabaran sejarah Nabi Muhammad serta struktur politik, peradilan, dan sistem administrasi yang ada pada kota Madinah di zaman Rasul.{{Sfn|Hadi|2018|p=32}}
 
Dia juga menulis buku mengenai teologi pembaharuan yang berjudul ''Manāhij al-Albāb al-Misriyah fi Mabāhij al-Adāb al-Asriyah'' (Metode Bagi Orang Mesir untuk Mengetahui Literatur Modern). Diterbitkan pada tahun 1869, buku dengan tebal 450 halaman tersebut berisi tentang pendapat Rifa'ah mengenai [[modernisasi]]. Dalam buku itu dia mencoba untuk menjelaskan tentang pentingnya modernisasi untuk kemajuan dalam seluruh bidang, utamanya di bidang ekonomi dengan harapan supaya umat Islam dan khususnya bangsa Mesir dapat merasakan kesejahteraan hidup.{{Sfn|Hadi|2018|p=31}}
 
Dalam hal keislaman, dia menulis sebuah buku berjudul ''Al-Qaul al-Sadīd fi al-Ijtihad wa al-Taqlid'' (Perkataan yang Benar Mengenai Ijtihad dan Taklid). Buku ini menjelaskan tentang pemikiran Rifa'ah perihal macam-macam [[ijtihad]] beserta syarat-syarat yang harus dijalani seperti ijtihad mutlak, ijtihad fatwa, serta ijtihad dalam rangka mazhab. Buku ini sebenarnya merupakan buku yang dipersiapkan untuk memperkuat argumentasinya pada bukunya yang berjudul ''Manāhij al-Albāb''.{{Sfn|Hadi|2018|p=31}}
Baris 143 ⟶ 145:
== Pemikiran ==
=== Nasionalisme dan politik ===
Ideologi [[nasionalisme]] memasuki Mesir pada sekitar akhir abad kedelapan belas dan awal abad kesembilan belas bersamaan dengan pendudukan Mesir oleh Napoleon dari Prancis.{{Sfn|Agusta|2011|p=42–43}} Ideologi nasionalisme sebenarnya masih relatif baru bagi umat Islam saat itu. Rifa'ah merupakan seorang pemikir dari sekian cendekiawan Mesir yang menerima dan menganjurkan nasionalisme yang saat itu dia sebut sebagai [[patriotisme]].{{Sfn|Agusta|2011|p=47}}
 
Nasionalisme yang dikenalkan oleh Rifa'ah didasarkan pada gagasan cinta tanah air dan kebangsaan. Rifa'ah mengatakan bahwa [[kebijaksanaan]] seorang raja dapat dianggap sesuai apabila semua rakyat dapat dipersatukan oleh satu bahasa mereka, kesetiaan mereka terhadap pemerintah yang sah, dan juga oleh syariat Allah. Meskipun Rifa'ah menekankan pentingnya syariat menjadi dasar negara, Rifa'ah tidak menghendaki diskriminasi antar agama dan berharap justru dengan diletakkannya syariah, melainkan kedudukan semua warga negara menjadi setara.{{Sfn|Esposito|2007|p=9–10}}
 
Dalam nasionalisme yang diusung Rifa'ah, ia tidak menghendaki adanya perasaan partisanisme yang membuat bangsa Mesir menjadi terpecah-belah di dalam permusuhan. Dia mengatakan bahwa sudah menjadi ketentuan [[Tuhan]] untuk membuat manusia bersatu dengan harapan bahwa persatuan tersebut dapat membuat manusia saling bekerja sama untuk membangun tanah air mereka. Menurutnya, dengan syariat seharusnya negara tidak membeda-bedakan putra tanah air berdasarkan agama mereka, apalagi memecah belah mereka, karena mereka sama kedudukannya.{{Sfn|Esposito|2007|p=10}}
 
Rifa'ah juga mengkritik beberapa penguasa terdahulu yang memiliki sikap anti-kritik. Beberapa penguasa yang bersikap semacam itu menurutnya membuat warga negara tak mendapatkan hak-hak perlindungan dari negaranya. Akibatnya, rakyat tak akan lagi mau menanggung [[kewajiban]] untuk membela negara dan membangunnya. Akan tetapi, Rifa'ah di sisi lain juga menganjurkan bahwa daripada selalu menuntut hak, warga negara yang dianggap patriot lebih menuntut kewajiban mereka dalam membela dan membangun tanah air.{{Sfn|Esposito|2007|p=10}}
 
Dalam karyanya yang berjudul "''The Extraction of Gold or an Overview of Paris''", dia juga menekankan pentingnya patriotisme. Menggunakan contoh dari kerajaan Romawi, Rifa'ah menulis bahwa dikarenakan penguasa yang tiran, kualitas patriotisme warga negaranya menjadi menurun. Hal itu mengakibatkan mundurnya Romawi dan membuatnya terpecah belah. Setelah sekian lama berjaya, kerajaan tersebut akhirnya runtuh hanya dengan berkurangnya [[kesetiaan]] rakyatnya yang diakibatkan oleh penguasa yang buruk. Rifa'ah memberikan pendapat bahwa masyarakat Mesir tidak perlu sungkan untuk melihat realitas kekaisaran Romawi yang runtuh sebagai pelajaran dan meniru kebangkitan Eropa setelah runtuhnya kekaisaran Romawi tersebut melalui rasa cinta terhadap tanah air.{{Sfn|Gelvin|2016|p=178–179}}
Baris 157 ⟶ 159:
Rifa'ah mencatat bahwa tugas dari semua rasul yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan prinsip agama adalah bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang beradab dan jauh dari kebiadaban. Dia percaya bahwa prinsip nilai Islam itu sempurna bahkan para [[Filsafat Barat|pemikir barat]] dengan segala upayanya masih belum dapat menyaingi hukum Islam. Dari prinsip nilai tersebutlah kemudian turun menjadi [[Fikih|ilmu fikih]] dan segala cabang-cabangnya.{{Sfn|Esposito|2007|p=11–12}}
 
Bagi Rifa'ah, hukum Islam atau yang umum disebut fikih merupakan suatu hukum yang dia anggap sebagai hukum yang rasional. Menurutnya, hukum Islam setara dengan hukum-hukum moral atau naluri dalam pemikiran barat. Dia menunjukkan bahwa fikih memiliki banyak sekali penilaian terhadap baik dan buruk suatu perbuatan serta norma-norma yang tercipta, dengan tujuan untuk menciptakan keteraturan sipil yang nantinya akan melahirkan peradaban. Rifa'ah menjelaskan mengenai peran pengetahuan manusia yang dapat menyelamatkannya dari bencana. Menurutnya, Tuhan telah menciptakan nilai-nilai intrinsik dalam semua benda yang benda-benda tersebut akan mempunyai karakteristiknya sendiri. Api bersifat panas, air yang dalam akan menenggelamkan, [[racun]] yang mematikan, semua itu adalah contoh dari karakteristik dalam sebuah benda. Menurut Rifa'ah, syariat Islam sangat sesuai dengan karakteristik yang terkandung dalam hukum alam tersebut.{{Sfn|Esposito|2007|p=12}}
 
Selain daripada semua itu, Rifa'ah juga meyakini bahwa syariat dapat berubah mengikuti zaman yang dialami oleh manusia. Dia menganggap bahwa syariat sebagai dasar agama Islam bukanlah sesuatu yang statis.{{Sfn|Maryanto|2018|p=10}}{{Sfn|Mustahdi|2014|p=172}} Dikatakan dalam bukunya yang berjudul ''Al''-''Qaul al-Sadīd fi al-Ijtihad wa al-Taqlid'', Rifa'ah berpendapat bahwa syariat dapat berkembang dengan dibukanya pintu [[ijtihad]]. Akan tetapi, Rifa'ah sendiri tak pernah mengatakan secara lantang akan terbukanya pintu ijtihad karena gagasan tersebut dianggap sangat radikal oleh orang-orang pada masanya.{{Sfn|Khoiro|2019|p=41–42}}
Baris 172 ⟶ 174:
yang baik, mencakup segala macam ilmu pengetahuan. Tak mengherankan, jika kemudian di negara tersebut terdapat banyak pahlawan-pahlawan dari golongan wanita yang juga sangat berkesan pada hati para suaminya.|quotesource={{Sfn|Hadi|2018|p=48}}|by=Rifa'ah}}
 
Rifa'ah berpendapat bahwa apabila para wanita dapat belajar untuk membaca, menulis, dan berargumen dengan baik, maka itu dapat membuat wanita dianggap tidak remeh dan akhirnya dapat bekerja di banyak sektor.{{Sfn|Ahmad|2019|p=64}} Rifa'ah menganggap bahwa dengan bekerjalah, para wanita dapat mengangkat derajat dirinya. Bekerja dapat membuat seorang wanita tidak lagi bergantung pada pemberian orang lain sekaligus membuatnya menjauhi perkara yang tidak berguna seperti menggunjing atau melakukan [[gosip|gibah]] dengan sesama wanita lain yang akhirnya menjerumuskan mereka pada tindakan dosa.{{Sfn|Khoiro|2018|p=44}}
 
Dalam hal pendidikan, Rifa'ah juga meyakini bahwa kunci pendidikan yang paling utama menurutnya terletak pada [[keluarga]].{{Sfn|Ahmad|2019|p=65}} Orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan terbaik bagi putra dan sekaligus putrinya. Pendidikan bagi anak lelaki maupun anak perempuan menurut Rifa'ah harus disetarakan dan diseimbangkan, karena dengan hal itu, membuat para wanita dan laki-laki dapat bergaul dengan baik tanpa adanya kesalahpahaman.{{Sfn|Khoiro|2018|p=43-44}}
 
Rifa'ah dalam bukunya yang berjudul ''Al-Murshid al-Amīn fi Tarbiyat al-Banāt wa al-Banīn'' menganjurkan adanya [[kurikulum]] pendidikan yang pada saat itu, beberapa institusi pendidikan seperti Al-Azhar tidak pernah mendidik para pelajarnya secara sistematis. Dia mengatakan bahwa dasar dari kurikulum pendidikan bertumpu pada dua hal, yaitu kebutuhan masyarakat setempat dan minat peserta didik.{{Sfn|Ahmad|2019|p=64}} Pendidikan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat menurutnya dapat membuat seorang peserta didik menjadi seorang yang berguna bagi masyarakat tersebut. Sedangkan di sisi lain, pendidikan berbasis minat peserta didik baginya juga memiliki dasar yang sama, yaitu supaya anak tersebut dapat menjadi orang yang dapat berkontribusi pada perkembangan negara dan peradaban. Rifa'ah sangat menyayangkan apabila seorang peserta didik menjalani pendidikan yang tidak sesuai minatnya. Dia beranggapan bahwa jika hal itu terjadi, maka anak tersebut tak dapat berkontribusi secara optimal yang justru malah memberikan dampak negatif kepada anak tersebut. Di sini dia menekankan pentingnya peran orang tua. Orang tua baginya harus mengerti apa minat dan bakat anak tersebut supaya anak itu dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.{{Sfn|Hadi|2018|p=51–52}}
Baris 182 ⟶ 184:
=== An-Nahdah ===
{{main article|An-Nahdah}}
An-Nahdah merupakan sebuah gerakan kebudayaan yang berkembang pada paruh waktu abad kesembilan belas hingga awal abad keduapuluhkedua puluh di negara berbahasa Arab seperti [[Mesir]], [[Lebanon]], dan [[Suriah]] yang mereka pernah menjadi wilayah dari [[Kesultanan Utsmaniyah|kekaisaran Utsmaniyah]]. Gerakan ini juga umum dinamai sebagai "Kebangkitan Arab".{{Sfn|Selim|2019|p=02}} Gerakan tersebut muncul sebagai reaksi atas keterkejutan budaya di saat [[Napoleon Bonaparte]] melakukan [[Kampanye Prancis di Mesir dan Suriah|invasi ke Mesir]] dan membawa kebudayaan Prancis yang modern ke sana. Pada saat itu, orang-orang Arab di Mesir merasa sadar bahwa diri mereka mengalami ketertinggalan dalam banyak bidang akibat dari datangnya kebudayaan barat yang dibawa oleh Napoleon. Ditambah dengan reformasi pendidikan yang digalangkan oleh Muhammad Ali, maka lahirlah beberapa tokoh-tokoh yang terkenal berkontribusi atas kebangkitan pengetahuan bangsa Arab saat itu.<ref>{{Cite web|title=Nahda ("Awakening," in Arabic) {{!}} Encyclopedia.com|url=https://www.encyclopedia.com/politics/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-releases/nahda-awakening-arabic|website=www.encyclopedia.com|access-date=2022-01-03}}</ref>
 
Kemampuan Rifa'ah dalam bahasa Prancis mengantarkannya sebagai seorang penerjemah ulung yang berperan dalam transmisi ilmu pengetahuan barat ke dunia Arab saat itu. Beberapa karya penerjemahannya menjadi kunci atas terbukanya orang Arab terhadap pengetahuan dari barat khususnya dari Prancis dan menginspirasi beberapa gerakan pendidikan dan [[modernisme Islam]]. Salah satu karya orisinilnyaOrisinalnya yang berjudul ''Takhlīs al-Ibriz fī Talkhīs Barīz'' menjadi salah satu karyanya yang terkenal.{{Sfn|Gesink|2009|p=29}} Dia menuliskan pandangan hidupnya di dalam buku itu. Buku tersebut menjelaskan saran dari Rifa'ah supaya Mesir tidak perlu segan untuk belajar dari peradaban lain terutama peradaban Eropa. Dia sangat mendukung reformasi dalam berbagai bidang di Mesir dan pentingnya penyesuaian reformasi tersebut dengan budaya Islam. Beberapa karya terjemahannya juga memiliki pengaruh dalam menjembatani Mesir ke dalam gerakan An-Nahdah.{{Sfn|Gran|2020|p=68}}
 
=== Universitas Ain Shams ===
{{main article|Universitas Ain Shams}}
[[Berkas:Faculty of Alsun-12.JPG|kiri|jmpl|Bangunan dari Fakultas Al-Alsun saat ini.]]
[[Universitas Ain Shams]] merupakan sebuah [[perguruan tinggi]] yang dibangun pada tahun 1950 di Kairo, Mesir. Pada awalnya, universitas ini bernama Universitas Ibrahim Pasha dan perguruan tinggi ini termasuk ke dalam perguruan tinggi tertua ketiga di Mesir.<ref>{{Cite web|date=2021-11-27|title=Ain Shams University|url=https://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/ain-shams-university|website=Times Higher Education (THE)|language=en|access-date=2021-12-18}}</ref>
 
Universitas ini menyediakan 14 fakultas, yang salah satunya adalah fakultas kebahasaan atau dalam bahasa aslinya disebut sebagai ''Kulliyāt Al-Alsun'' (bahasa Arab: كلية الالسن).<ref>{{Cite web|date=2009-08-15|title=Statistics-Ain Shams University|url=http://net.shams.edu.eg/Statistics.asp|website=web.archive.org|access-date=2021-12-18|archive-date=2009-08-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20090815170042/http://net.shams.edu.eg/Statistics.asp|dead-url=unfit}}</ref> Fakultas mengajarkan berbagai banyak bahasa seperti bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Prancis, [[bahasa Spanyol]], [[bahasa Italia|Italia]], [[bahasa Jerman|Jerman]], [[bahasa Mandarin|Cina]], [[bahasa Korea|Korea]], [[bahasa Jepang|Jepang]] dan berbagai rumpun bahasa lain seperti [[rumpun bahasa Slavia]], dan [[rumpun bahasa Semitik]] serta masih banyak lagi.<ref name=":3">{{Cite web|title=Faculty of Alsun|url=https://www.dbse.co/universities/4500|website=www.dbse.co|language=en|access-date=2022-01-03}}</ref> Fakultas ini didirikan pada tahun 1973, tetapi fakultas ini berdiri dari dasar "Sekolah Bahasa" yang dikepalai oleh Rifa'ah Rifa'ah.<ref>{{Cite web|title=Prof. Dr. Salwa Rashad, Dean of Faculty of Al-Alsun, Ain Shams University|url=https://asu.edu.eg/503/page/prof-dr-salwa-rashad-dean-of-faculty-of-al-alsun-ain-shams-university#:~:text=I%20assure%20that%20the%20students%20of%20Faculty%20of,long%20history%20in%20cultural%20life%20through%20different%20ages.|website=Ain Shams University|access-date=2021-12-18|archive-date=2021-09-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20210922165912/https://asu.edu.eg/503/page/prof-dr-salwa-rashad-dean-of-faculty-of-al-alsun-ain-shams-university#:~:text=I%20assure%20that%20the%20students%20of%20Faculty%20of,long%20history%20in%20cultural%20life%20through%20different%20ages.|dead-url=yes}}</ref>
 
Banyak sumber yang menyebutkan bahwa mengenai pendirian Sekolah Bahasa, Rifa'ah sering disematkan sebagai pendiri asalnya. Akan tetapi menurut Heyworth-Dunne, pernyataan itu bukanlah pernyataan yang benar. Sekolah Bahasa sebenarnya didirikan pada bulan Juni tahun 1836 oleh Ibrahim Efendi dengan nama "Sekolah Penerjemah" di bekas bangunan istana Mohammed Bey Al-Alfi{{Sfn|Heyworth|1939|p=965–966}} yang didirikan pada tahun 1790-an dan pernah menjadi [[tempat tinggal]] Napoleon saat dia menginvasi Mesir.<ref>{{Cite web|date=April 2001|title=Historic House Museums: Conserving and restoring the Harawi and Al-Sinnari houses in Cairo|url=http://unesdoc.unesco.org/images/0012/001229/122989e.pdf|website=Museum International.|page=22-35|access-date=03 Januari 2022}}</ref>
Baris 235 ⟶ 237:
*{{Cite book|last=أمين|first=حسين أحمد|last2=الكرمة|first2=دار|date=2019-04-19|url=https://books.google.co.id/books?id=GWiTDwAAQBAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=المائة الأعظم في تاريخ الإسلام|publisher=Al-Karma Books|language=ar|ref={{sfnref|Amin|2019}}}}
{{refend}}
 
[[Kategori:Kelahiran 1801]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim]]
[[Kategori:Tokoh Mesir]]
[[Kategori:Kematian 1873]]