Halloween: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Reformat 1 URL (Wayback Medic 2.5)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231010)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
Baris 50:
{{multiple image|footer=Pada Malam Para Kudus, umat Kristen di beberapa belahan dunia mengunjungi [[pemakaman]] untuk berdoa dan menempatkan bunga serta lilin pada makam orang yang mereka cintai.<ref>{{en}} ''Arising from Bondage: A History of the Indo-Caribbean People'' (Ron Ramdin), New York University Press, page 241</ref> Foto atas memperlihatkan [[Kekristenan di Bangladesh|umat Kristen di Bangladesh]] menyalakan lilin di atas makam, sementara foto bawah memperlihatkan umat [[Lutheran|Kristen Lutheran]] berdoa dan menyalakan lilin di depan [[crucifix|salib]].|width=250|align=left|direction=vertical| image1=Halloween Bangladesh.jpg|image2=Halloween Sweden.png}}
 
Pada akhir abad ke-12 hari-hari tersebut menjadi [[Hari raya wajib (Katolik)|hari raya wajib]] di seluruh Eropa dan mencakup berbagai tradisi seperti membunyikan [[lonceng gereja]] bagi jiwa-jiwa di [[api penyucian]]. Selain itu, "merupakan hal yang lazim bagi para [[juru siar kota|juru siar]] mengenakan pakaian serba hitam untuk berpawai di jalan-jalan, membunyikan sebuah bel dengan suara memilukan dan menyerukan kepada semua umat Kristen yang berkehendak baik untuk mengenang jiwa-jiwa yang malang tersebut."<ref>{{en}} The World Review - Volume 4, University of Minnesota, page 255</ref> Ada pendapat yang mengatakan bahwa ''souling'', yaitu kebiasaan membuat dan berbagi [[kue jiwa]] bagi semua jiwa yang telah di[[baptis]],<ref name=AFP>{{en}} {{cite book|first = Nicholas|last = Rogers|title = Halloween: From Pagan Ritual to Party Night|url = https://archive.org/details/halloweenfrompag0000roge_z6e8|location =|publisher = Oxford University Press|year = 2001|pages = 28–30[https://archive.org/details/halloweenfrompag0000roge_z6e8/page/28 28]–30|isbn = 0-19-514691-3 }}</ref> merupakan asal mula ''trick-or-treating''.<ref name=Britannica/> Kebiasaan tersebut berawal dari, setidaknya, abad ke-15<ref name=hutton374-375>Hutton, pp.374–375</ref> dan ditemukan di berbagai penjuru Inggris, [[Flandria]], [[Jerman]], dan [[Austria]].<ref name=miles/> Sekelompok kaum miskin, sering kali anak-anak, pergi dari pintu ke pintu sepanjang Masa Para Kudus untuk mengumpulkan kue-kue jiwa sebagai imbalan atas [[Doa bagi orang yang telah meninggal dunia|doa bagi yang telah meninggal dunia]], khususnya jiwa-jiwa para teman dan kerabat sang pemberi kue-kue tersebut.<ref name=hutton374-375/><ref name=Dodge/><ref name="DeMello2012">{{en}} {{cite book|last=DeMello|first=Margo|title=A Cultural Encyclopedia of the Human Face|year=2012|publisher=ABC-CLIO|isbn=9781598846171|page=167}}</ref> Kue jiwa juga dipersembahkan bagi jiwa-jiwa itu untuk dimakan,<ref name=miles/> atau diberikan kepada kaum miskin yang berkeliling tersebut —yang dipandang mewakili mereka.<ref>{{en}} Cleene, Marcel. ''Compendium of Symbolic and Ritual Plants in Europe''. Man & Culture, 2002. p.108.</ref> Sebagaimana [[roti salib panas]] dalam tradisi [[Prapaskah]], kue jiwa pada Masa Para Kudus sering kali ditandai dengan sebuah [[salib Kristen|salib]], mengindikasikan bahwa pembuatan kue-kue itu dimaksudkan sebagai [[Derma#Kekristenan|derma]].<ref name="Levene2016">{{en}} {{cite book|last=Levene|first=Alysa|title=Cake: A Slice of History|url=https://archive.org/details/cakesliceofhisto0000leve|accessdate=13 October 2016|date=15 March 2016|publisher=Pegasus Books|language=English|isbn=9781681771083|page=[https://archive.org/details/cakesliceofhisto0000leve/page/44 44]}}</ref> [[Shakespeare]] menyebut ''souling'' dalam komedinya ''[[The Two Gentlemen of Verona]]'' (1593).<ref>''The Two Gentlemen of Verona'' Act 2, Scene 1.</ref>
 
Mengenai kebiasaan mengenakan kostum, Prince Sorie Conteh, seorang pendeta Kristen, menuliskan: "Secara tradisi diyakini bahwa jiwa mereka yang telah meninggal dunia mengembara di bumi sampai pada Hari Semua Orang Kudus, dan Malam Para Kudus merupakan kesempatan terakhir bagi yang telah meninggal untuk melakukan pembalasan kepada musuh-musuh mereka sebelum beralih ke [[eskatologi Kristen|dunia berikutnya]]. Agar tidak dikenali para jiwa yang mungkin berusaha melakukan pembalasan itu, orang-orang mengenakan topeng atau kostum untuk menyamarkan identitas mereka".<ref name=Christian>{{en}} {{cite book|author=Prince Sorie Conteh|title=Traditionalists, Muslims, and Christians in Africa: Interreligious Encounters and Dialogue|url=https://books.google.com/books?id=HpAuyiMRTDcC&pg=PA132&dq=all+hallow's+eve+christian+origin&hl=en&ei=OEuvTv3GNMja0QHgvs3LAQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=8&ved=0CFkQ6AEwBw#v=onepage&q&f=false|publisher=[[Cambria Press]]|year=2009}}</ref> Dikatakan bahwa, pada Abad Pertengahan, dalam gereja-gereja yang terlalu miskin untuk dapat mempertunjukkan [[relikui]] para [[martir Kristen|martir]] pada Masa Para Kudus mengizinkan umatnya untuk berpakaian seperti para santo/santa.<ref>{{en}} ''Youth Spirit 2: Program Ideas for Youth Groups'' (Cheryl Perry), Wood Lake Publishing Inc., page 20</ref> Beberapa kalangan Kristen mempraktikkan kebiasaan itu pada perayaan Halloween masa kini.<ref>{{en}} "Eve of All Saints", ''Using Common Worship: Times and Seasons - All Saints to Candlemas'' (David Kennedy), Church House Publishing, page 42</ref> [[Lesley Bannatyne]], seorang penulis Amerika, meyakini bahwa kebiasaan itu mungkin merupakan suatu Kristenisasi dari suatu kebiasaan pagan sebelumnya.<ref name=bannatyne9>{{en}} [[Lesley Bannatyne|Bannatyne, Lesley]]. ''Halloween: An American Holiday, an American History''. Pelican Publishing, 1998. p.9</ref> Telah dikemukakan bahwa jack-o'-lantern, suatu simbol populer Halloween, pada awalnya merepresentasikan para jiwa orang yang telah meninggal.<ref name="rogers57">Rogers, p.57</ref> Saat Halloween, di Eropa abad pertengahan, "api-api dinyalakan untuk memandu jiwa-jiwa ini dalam perjalanan mereka dan memalingkan mereka agar tidak menghantui kaum Kristen yang lurus hati."<ref name="Medieval Celebrations page 17">{{en}} ''Medieval Celebrations'' (Daniel Diehl, Mark Donnelly), Stackpole Books, page 17</ref> Rumah tangga di Austria, Inggris, dan Irlandia sering kali harus "menyalakan lilin di setiap ruangan untuk memandu jiwa-jiwa tersebut mengunjungi kembali kediaman duniawi mereka". Lilin-lilin tersebut dikenal sebagai "cahaya jiwa".<ref name="Think page 15">{{en}} ''Think'', Volume 20, International Business Machines Corp., page 15</ref><ref name="Santino, p.95">Santino, p.95</ref><ref>{{en}} ''Encyclopedia of Observances, Holidays and Celebrations'', MobileReference</ref>