Wiracarita Gilgamesh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2 |
Add 2 books for Wikipedia:Pemastian (20231010)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot |
||
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Mesopotamian myth (heroes)}}
'''''Wiracarita Gilgamesh''''' ("Epik Gilgamesh"; "Epos Gilgamesh") adalah sebuah [[Wiracarita|puisi epik]] dari [[Mesopotamia]] kuno, yang dianggap sebagai [[karya sastra]] signifikan terawal dan teks keagamaan tertua kedua yang selamat setelah [[Teks Piramida]]. [[Sejarah]] [[
Paruh pertama dari kisahnya membahas Gilgamesh yang merupakan raja dari [[Uruk]]
Di paruh kedua dari wiracarita ini, kesedihan atas kematian Enkidu membuat Gilgamesh melakukan pejalanan panjang dan berbahaya untuk menemukan rahasia kehidupan abadi.<ref>{{Citation|title=The Epic of Gilgamesh {{!}} Tales of Earth|url=https://www.youtube.com/watch?v=0LtS8bqaUo8|language=en|access-date=2020-03-01}}</ref> Ia pun berhasil menemui [[
== Sejarah ==
Baris 25:
Ringkasan ini berdasarkan terjemahan Andrew George.{{sfn|George|2003}}
Ceritanya memperkenalkan [[Gilgamesh]], raja [[Uruk]]. Gilgamesh, dua pertiga dewa dan sepertiga manusia, menindas rakyatnya, yang berseru kepada para dewa untuk meminta bantuan. Bagi para wanita muda Uruk, penindasan ini mengambil bentuk ''[[droit du seigneur]]'', atau "hak tuan", untuk tidur dengan pengantin wanita pada malam pernikahan mereka. Bagi para pria muda (tablet ini rusak pada titik ini) diduga bahwa Gilgamesh menguras tenaga mereka melalui permainan-permainan, uji kekuatan, atau mungkin kerja paksa pada proyek-proyek pembangunan. Para dewa menanggapi permohonan rakyat dengan menciptakan seorang yang setara dengan Gilgamesh yang akan mampu menghentikan penindasannya. Orang tersebut adalah seorang pria yang primitif bernama Enkidu, yang tubuhnya ditutupi rambut dan hidup di alam liar bersama hewan-hewan. Dia ditemukan oleh seorang pemburu hewan, yang mata pencahariannya hancur karena Enkidu mencabut perangkap yang telah disiapkannya. Si pemburu hewan memberi tahu dewa matahari, Shamash tentang pria itu, dan kemudian direncanakan agar [[Enkidu]] dirayu oleh Shamhat, seorang perempuan penghibur di kuil, langkah pertama agar dirinya dijinakkan. Setelah enam hari dan tujuh malam (atau dua minggu, menurut penelitian yang lebih baru<ref name="10.5615">{{Cite journal|last1=Al-Rawi|first1=F. N. H.|last2=George|first2=A. R.|date=2014|title=Back to the Cedar Forest: The Beginning and End of Tablet V of the Standard Babylonian Epic of Gilgameš|url=http://eprints.soas.ac.uk/18512/1/jcunestud.66.0069_w-footer.pdf|journal=Journal of Cuneiform Studies|volume=66|pages=69–90|doi=10.5615/jcunestud.66.2014.0069|jstor=10.5615/jcunestud.66.2014.0069|s2cid=161833317}}</ref>) bercinta dan mengajari Enkidu tentang nilai-nilai peradaban, dia membawa Enkidu ke perkemahan penggembala untuk belajar bagaimana menjadi orang yang beradab. Sementara itu, Gilgamesh telah bermimpi tentang kedatangan seorang teman baru yang sangat disayanginya dan meminta ibunya, Ninsun, untuk membantu menafsirkan mimpi-mimpi ini.
Shamhat membawa Enkidu ke perkemahan para penggembala, di mana ia diperkenalkan dengan makanan manusia dan menjadi petugas jaga malam. Mengetahui dari orang asing yang lewat tentang perlakuan Gilgamesh terhadap para mempelai baru, Enkidu geram dan melakukan perjalanan ke Uruk untuk mengintervensi hal tersebut. Ketika Gilgamesh mencoba untuk memasuki ruang pernikahan, Enkidu menghalangi jalannya, dan mereka pun berkelahi. Setelah pertempuran sengit, Enkidu mengakui kekuatan superior Gilgamesh dan mereka pun berteman. Gilgamesh mengusulkan perjalanan ke Hutan Aras untuk membunuh [[Humbaba]], sosok separuh dewa yang mengerikan, untuk mendapatkan ketenaran dan kemasyhuran. Meskipun ada peringatan dari Enkidu dan dewan tetua, Gilgamesh tidak bergeming.
[[Berkas:Fragment_of_Tablet_II_of_the_Epic_of_Gilgamesh._Old-Babylonian_period,_from_southern_Iraq._Sulaymaniyah_Museum,_Iraqi_Kurdistan.jpg|jmpl|Fragmen Tablet II dari Epos Gilgamesh, [[Museum Sulaymaniyah]], [[Irak]]]]
Para tetua memberikan nasihat kepada Gilgamesh terkait perjalanannya. Gilgamesh mengunjungi ibunya, dewi [[Ninsun]], yang mencari bantuan dan perlindungan dari dewa matahari, Shamash, untuk petualangan mereka. Ninsun mengadopsi Enkidu sebagai putranya, dan Gilgamesh menitipkan instruksi-instruksi untuk pemerintahan Uruk selama ketidakhadirannya.
[[Berkas:Clay_tablet,_Epic_of_Gilgamesh,_from_Hattusa,_Turkey._13th_century_BCE._Neues_Museum,_Germany.jpg|jmpl|Mimpi kedua Gilgamesh dalam perjalanan ke Hutan Aras. Tablet Epos Gilgamesh dari [[Hattusa]], [[Turki]]. Abad ke-13 SM. [[Museum Neues]], [[Jerman]]]]
Gilgamesh dan Enkidu melakukan perjalanan ke Hutan Aras. Setiap beberapa hari mereka berkemah di sebuah gunung, dan melakukan ritual mimpi. Gilgamesh mendapatkan lima mimpi menakutkan tentang gunung-gunung yang berjatuhan, badai petir, banteng-banteng liar, dan seekor burung petir yang menghembuskan api. Meskipun ada kemiripan antara tokoh-tokoh mimpinya dan deskripsi sebelumnya tentang Humbaba, Enkidu menafsirkan mimpi-mimpi ini sebagai pertanda baik, dan menyangkal bahwa gambar-gambar menakutkan itu mewakili si penjaga hutan. Ketika mereka mendekati gunung aras, mereka mendengar Humbaba berteriak-teriak, sehingga mereka harus saling menyemangati untuk tidak takut.
Kedua pahlawan tersebut memasuki hutan pohon aras. [[Humbaba]], penjaga Hutan Cedar, memaki dan mengancam mereka. Ia menuduh Enkidu berkhianat, dan bersumpah untuk mencincang Gilgamesh dan memberi makan dagingnya kepada burung-burung. Gilgamesh takut, tetapi dengan beberapa kata penyemangat dari Enkidu, pertempuran pun dimulai. Gunung-gunung berguncang dengan gejolak dan langit berubah menjadi hitam. Dewa Shamash mengirimkan 13 angin untuk mengikat Humbaba, dan dia pun berhasil tertangkap. Humbaba memohon untuk hidupnya, dan Gilgamesh mengasihaninya. Dia menawarkan untuk menjadikan Gilgamesh raja hutan, menebang pohon-pohon untuknya, dan menjadi budaknya. Namun, Enkidu berpendapat bahwa Gilgamesh harus membunuh Humbaba untuk membangun reputasinya selamanya. Humbaba melaknat mereka berdua dan Gilgamesh membunuhnya dengan hantaman di leher, serta membunuh ketujuh putranya.<ref name="10.5615" /> Kedua pahlawan ini menebang banyak pohon aras, termasuk pohon raksasa yang Enkidu rencanakan untuk dibuat menjadi gerbang untuk kuil [[Enlil]]. Mereka membangun rakit dan kembali ke rumah di sepanjang sungai [[Sungai Efrat|Efrat]] dengan pohon raksasa dan (mungkin) kepala Humbaba.
[[Berkas:Tablet_V_of_the_Epic_of_Gligamesh.JPG|jmpl|Tablet V dari ''Epos Gilgamesh'']]
[[Berkas:Reverse_side_of_the_newly_discovered_tablet_V_of_the_Epic_of_Gilgamesh._It_dates_back_to_the_old_Babylonian_period,_2003-1595_BCE_and_is_currently_housed_in_the_Sulaymaniyah_Museum,_Iraq.jpg|jmpl|Sisi terbalik dari tablet V yang baru ditemukan dari Epos Gilgamesh. Tablet ini berasal dari periode Babilonia kuno, 2003-1595 SM, dan saat ini disimpan di [[Museum Sulaymaniyah]], [[Irak]].]]
Gilgamesh menolak rayuan dewi [[Ishtar]] karena perlakuan buruknya terhadap kekasih-kekasihnya sebelumnya seperti Dumuzi. Ishtar meminta ayahnya, Anu untuk mengirim [[Banteng Surgawi]] untuk membalaskan dendamnya. Ketika Anu menolak keluhannya, Ishtar mengancam akan membangkitkan orang mati yang akan "melebihi jumlah yang hidup" dan "melahap mereka". Anu menyatakan bahwa jika dia memberinya Banteng Surga, Uruk akan menghadapi 7 tahun kelaparan. Ishtar pun memberinya persediaan selama 7 tahun sebagai ganti banteng itu. Ishtar membawa Banteng Surga ke Uruk, dan itu menyebabkan kehancuran yang meluas. Banteng itu menurunkan permukaan sungai Efrat, mengeringkan rawa-rawa, serta membuka lubang-lubang besar yang menelan 300 orang. Tanpa bantuan dari dewa, Enkidu dan Gilgamesh menyerang dan membunuhnya, dan mempersembahkan jantungnya kepada Shamash. Ketika Ishtar berteriak, Enkidu melemparkan salah satu bagian belakang banteng ke arahnya. Kota Uruk merayakannya, tetapi Enkidu bermimpi buruk tentang kejatuhannya di masa depan.
Dalam mimpi Enkidu, para dewa memutuskan bahwa salah satu dari kedua pahlawan itu harus mati karena mereka telah membunuh Humbaba dan Gugalanna. Terlepas dari protes Shamash, sang dewa matahari, Enkidu pun ditetapkan untuk mati. Enkidu mengutuk pintu besar yang telah dibuatnya untuk kuil Enlil. Dia juga mengutuk si pemburu hewan dan Shamhat, si wanita penghibur karena mengeluarkannya dari alam liar. Shamash, sang dewa matahari mengingatkan Enkidu tentang bagaimana Shamhat memberinya makan dan pakaian, dan memperkenalkannya kepada Gilgamesh. Shamash memberitahu Enkidu bahwa Gilgamesh akan memberikan penghormatan besar kepadanya pada saat pemakamannya, dan akan mengembara ke alam liar dengan diliputi kesedihan oleh kematiannya. Enkidu menyesali kutukannya dan berbalik memberkati Shamhat, si wanita penghibur. Namun, dalam mimpi kedua, dia melihat dirinya ditawan di Dunia Bawah oleh Malaikat Maut yang menakutkan. Dunia Bawah adalah "rumah debu" dan kegelapan yang penghuninya mengonsumsi tanah liat, dan berpakaian bulu burung, diawasi oleh makhluk-makhluk yang menakutkan. Selama 12 hari, kondisi Enkidu memburuk. Akhirnya, setelah meratapi bahwa dia tidak bisa menemui kematian yang heroik dalam pertempuran, dia pun meninggal. Dalam sebuah baris yang terkenal dari epik ini, Gilgamesh memeluk tubuh Enkidu dan menyangkal bahwa dia telah mati sampai seekor belatung jatuh dari hidung jenazah Enkidu.
Gilgamesh mengungkapkan duka cita untuk Enkidu, di mana ia menyerukan kepada gunung-gunung, hutan-hutan, ladang-ladang, sungai-sungai, binatang-binatang buas, dan seluruh Uruk untuk berduka untuk sahabatnya itu. Mengingat petualangan mereka bersama, Gilgamesh mencabik rambut dan pakaiannya dalam kesedihan. Ia membuatkan sebuah patung untuk pemakaman Enkidu, dan menyediakan kado-kado kuburan dari kekayaannya untuk memastikan Enkidu mendapat sambutan yang baik di dunia orang mati. Sebuah perjamuan besar diadakan di mana hartanya dipersembahkan kepada dewa-dewa di alam baka. Tepat sebelum jeda dalam teks, terdapat sebuah indikasi bahwa sebuah sungai sedang dibendung, yang menandakan pemakamannya terjadi di dasar sungai, seperti dalam puisi Sumeria yang terkait, ''Kematian dari Gilgamesh''.
Tablet ke sembilan dibuka dengan Gilgamesh yang mengembara di alam liar dengan mengenakan kulit binatang, sedang berduka untuk Enkidu. Setelah sekarang menjadi takut akan kematiannya sendiri, dia memutuskan untuk mencari [[Utnapishtim]] ("Yang Jauh"), untuk mempelajari rahasia kehidupan abadi. Di antara beberapa orang yang selamat dari Banjir Besar, Utnapishtim dan istrinya adalah satu-satunya manusia yang telah diberikan keabadian oleh para dewa. Gilgamesh menyeberangi sebuah gunung di malam hari dan bertemu dengan singa-singa. Sebelum tidur, ia berdoa memohon perlindungan kepada dewa bulan, Sin. Kemudian, terbangun dari mimpi yang menggembirakan, ia membunuh singa-singa itu dan menggunakan kulit mereka untuk dijadikan pakaian. Setelah perjalanan panjang dan berbahaya, Gilgamesh tiba di puncak kembar Gunung [[Mashu]] di ujung bumi. Dia menemukan sebuah terowongan, yang belum pernah dimasuki manusia, dijaga oleh dua monster kalajengking, yang tampaknya adalah pasangan suami istri. Sang suami mencoba menghalangi Gilgamesh untuk melewatinya, tetapi sang istri turun tangan, mengungkapkan simpati kepada Gilgamesh, dan mengizinkannya lewat. Dia melewati kolong pegunungan di sepanjang Jalan Matahari. Dalam kegelapan total, ia mengikuti jalan itu selama 12 "jam ganda", dan berhasil menyelesaikan perjalanan sebelum Matahari menyusulnya. Dia tiba di Taman para dewa, sebuah surga yang penuh dengan pohon-pohon yang bertabur permata.
Gilgamesh bertemu dengan [[Siduri]], seorang wanita pembuat bir, yang awalnya mengira bahwa Gilgamesh adalah seorang pembunuh atau pencuri karena penampilannya yang acak-acakan. Gilgamesh menceritakan tujuan perjalanan kepada Siduri. Setelah mendengarnya, Siduri pun berusaha mencegah Gilgamesh dari pencariannya, namun Gilgamesh tidak goyah, dan akhirnya Siduri pun mengarahkannya ke Urshanabi si tukang perahu, yang akan membantunya menyeberangi lautan menuju Utnapishtim. Gilgamesh, karena kemarahan spontan, menghancurkan jimat batu yang dimiliki Urshanabi. Gilgamesh menceritakan kisahnya, tetapi ketika dia meminta bantuan Urshanabi, Urshanabi memberitahu Gilgamesh bahwa Gilgamesh baru saja menghancurkan benda-benda yang dapat membantu mereka menyeberangi Perairan Kematian, yang mematikan jika disentuh. Urshanabi menginstruksikan Gilgamesh untuk menebang 120 pohon dan membuatnya menjadi tongkat pengayuh. Ketika mereka mencapai pulau tempat Utnapishtim tinggal, Gilgamesh menceritakan kisahnya, dan meminta bantuannya. Utnapishtim menegurnya, menyatakan bahwa melawan nasib manusia adalah sia-sia dan mengurangi kebahagiaan hidup.
[[Berkas:Mr._George_Smith,_the_man_who_transliterated_and_read_the_so-called_the_Babylonian_Flood_Story_of_Tablet_XI.jpg|jmpl|George Smith menerjemahkan dan membaca "Kisah Banjir Babilonia" dari Tablet XI]]
Gilgamesh mengamati bahwa Utnapishtim kelihatannya tidak berbeda dengan dirinya sendiri, dan bertanya kepadanya bagaimana dia memperoleh keabadiannya. Utnapishtim menjelaskan bahwa para dewa memutuskan untuk mengirimkan banjir besar. Untuk menyelamatkan Utnapishtim, dewa [[Enki]] menyuruhnya untuk membuat perahu. Dia memberinya dimensi yang tepat, dan perahu itu disegel dengan lapisan [[aspal]] dan [[bitumen]].
Poin utamanya tampaknya adalah bahwa ketika Enlil memberikan kehidupan kekal, itu adalah hadiah yang unik. Seolah-olah untuk menunjukkan hal ini, Utnapishtim menantang Gilgamesh untuk tetap terjaga selama enam hari tujuh malam. Gilgamesh tertidur, dan Utnapishtim menginstruksikan istrinya untuk memanggang sepotong roti pada setiap hari dia tertidur, sehingga dia tidak dapat menyangkal kegagalannya untuk tetap terbangun. Gilgamesh, yang berusaha menaklukkan kematian, ternyata menaklukkan tidur saja tidak bisa. Setelah menginstruksikan Urshanabi, sang tukang perahu, untuk memandikan Gilgamesh dan memakaikannya jubah kerajaan, Gilgamesh berangkat ke Uruk. Ketika hendak berangkat, istri Utnapishtim meminta suaminya untuk memberikan hadiah perpisahan. Utnapishtim memberitahu Gilgamesh bahwa di dasar laut hiduplah sebuah tanaman berduri yang dapat membuat Gilgamesh muda kembali. Gilgamesh, mengikatkan batu-batu pada kakinya sehingga ia dapat berjalan di dasar laut, dan berhasil mendapatkan tanaman itu. Gilgamesh bermaksud untuk menyelidiki apakah tanaman itu memiliki kemampuan peremajaan yang dihipotesiskan dengan mengujinya terlebih dahulu pada seorang pria tua begitu ia kembali ke Uruk.{{sfn|George|2003|p=98|ps=. "'There is a plant that looks like a box-thorn, it has prickles like a dogrose, and will prick one who plucks it. But if you can possess this plant, you'll be again as you were in your youth.' ... Said Gilgamesh to him: 'This plant, Ur-shanabi, is the "Plant of Heartbeat", with it a man can regain his vigour. To Uruk-the-Sheepfold I will take it, to an ancient I will feed some and put the plant to the test!'"}} Ketika Gilgamesh berhenti untuk mandi, tanaman itu dicuri oleh seekor [[ular]], yang melepaskan kulitnya saat ia pergi. Gilgamesh menangis karena kesia-siaan usahanya, karena dia sekarang telah kehilangan semua kesempatan untuk keabadian. Gilgamesh pun kembali ke Uruk, di mana pemandangan tembok-temboknya yang megah mendorongnya untuk menyanjung karya yang abadi ini kepada Urshanabi.
Tablet ini terutama merupakan terjemahan bahasa Akkadia dari puisi berbahasa Sumeria yang lebih awal, "Gilgamesh dan Alam Baka" (juga dikenal sebagai "Gilgamesh, Enkidu, dan Alam Baka" dan varian-variannya), kendati telah disinyalir bahwa tablet ini berasal dari versi yang tidak diketahui dari cerita tersebut.{{sfn|Dalley|2000|p=42}} Isi dari tablet terakhir ini tidak konsisten dengan tablet-tablet sebelumnya: Enkidu masih hidup, meskipun telah meninggal sebelumnya dalam epik tersebut. Karena hal ini, kurangnya integrasi dengan tablet-tablet lainnya, dan fakta bahwa tablet ini hampir merupakan salinan dari versi yang sudah ada sebelumnya, maka tablet ini disebut sebagai 'pelengkap anorganik' dalam epik tersebut.<ref>{{Cite book|last=Maier|first=John R.|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=0Ok5WbdWi3QC&q=tablet+XII++++++the+Netherworld&pg=PA136|title=Gilgamesh: A reader|publisher=Bolchazy-Carducci Publishers|isbn=978-0-86516-339-3|page=136}}</ref> Atau, ada yang berpendapat bahwa "tujuannya, meskipun ditangani secara buruk, adalah untuk menjelaskan kepada Gilgamesh (dan pembaca) berbagai nasib orang mati di alam baka" dan dalam "upaya yang canggung sebagai sebuah penutup", ini menghubungkan Gilgamesh dalam epik ini dengan Gilgamesh yang merupakan Raja Alam Baka,<ref>{{Cite book|last=Kovacs|first=Maureen|date=1989|title=The Epic of Gilgamesh|publisher=University of Stanford Press|isbn=978-0-8047-1711-3|page=117}}</ref> dan merupakan "sebuah batu terakhir yang dramatis di mana epik dua belas tablet berakhir pada satu tema yang sama, yaitu "melihat" (= memahami, menemukan, dsb), yang dengannya epik ini dimulai."<ref>{{Cite book|date=1982|title=Zikir Šumim: Assyriological Studies Presented to F.R. Kraus on the Occasion of His Seventieth Birthday|isbn=978-90-6258-126-9|editor-last=van Driel|editor-first=G.|page=131|editor-last2=Krispijn|editor-first2=Th. J. H.|editor-last3=Stol|editor-first3=M.|editor-last4=Veenhof|editor-first4=K. R.}}</ref>
Gilgamesh mengeluh kepada Enkidu bahwa berbagai harta miliknya (tablet ini tidak jelas persisnya apa - terjemahan yang berbeda termasuk drum dan bola) telah jatuh ke alam baka. Enkidu menawarkan untuk mengambilnya untuknya. Dengan senang hati, Gilgamesh memberi tahu Enkidu apa yang harus dan tidak boleh dilakukannya di dunia bawah jika dia ingin kembali. Enkidu melakukan segala sesuatu yang diperintahkan untuk tidak dilakukannya. Dunia bawah tetap menahannya. Gilgamesh berdoa kepada para dewa untuk mengembalikan temannya. Enlil dan Suen tidak menjawab, akan tetapi Enki dan Shamash memutuskan untuk membantu. Shamash membuat retakan di bumi, dan arwah Enkidu melompat keluar dari retakan itu. Tablet ini diakhiri dengan Gilgamesh yang menanyai Enkidu tentang apa yang telah dilihatnya di dunia bawah/underworld.
=== Versi-versi Babilonia lama ===
Baris 129 ⟶ 131:
Matthias Henze menyatakan bahwa kegilaan karakter Nebukadnezar dalam Kitab Daniel di Alkitab mengacu pada Wiracarita Gilgamesh. Hanze mengklaim bahwa penulis menggunakan unsur-unsur dari deskripsi Enkidu untuk melukiskan potret sarkastik mengenai raja Babel itu.<ref>{{cite book | title=The Madness of King Nebuchadnezzar... | last=Leiden | first=Brill | date=1999}}</ref>
Banyak karakter dalam Gilgamesh yang memiliki kesamaan dengan mistisisme Alkitabiah. Misalnya Ninti, dewi kehidupan dari Sumeria, yang diciptakan dari tulang rusuk Enki untuk menyembuhkannya setelah dia makan bunga terlarang. Narasi cerita ini mirip dengan kisah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam dalam Kitab Kejadian.<ref name="Meagher 1995">{{cite book |last=Meagher |first=Robert Emmet |date=1995 |title=The meaning of Helen: in search of an ancient icon |url=https://archive.org/details/meaningofhelenin0000meag |publisher=Bolchazy-Carducci Pubs (IL) |location=United States |isbn=978-0-86516-510-6}}</ref> Ester J. Hamori, dalam Echoes of Gilgames dalam Cerita Yakub, juga mengklaim bahwa mitos Yakub dan Esau disejajarkan dengan pertandingan gulat antara Gilgamesh dan Enkidu.<ref>{{cite journal |last1=Hamori |first1=Esther J. |title=Echoes of Gilgamesh in the Jacob Story |journal=Journal of Biblical Literature |date=Winter 2011 |volume=130 |issue= 4 |pages=625–642 |jstor=23488271 |doi=10.2307/23488271 }}</ref>
== Referensi ==
Baris 140 ⟶ 142:
* {{cite book|author=Kovacs, Maureen Gallery, transl. with intro.|title=The Epic of Gilgamesh|location=Stanford University Press|publisher=Stanford, California|year=1985,1989|id=ISBN 0-8047-1711-7}} Glossary, Appendices, Appendix (Chapter XII=Tablet XII). Terjemahan baris demi baris (Bab I-XI).
* {{cite book|author=Jackson, Danny|title=The Epic of Gilgamesh|location=Wauconda, IL|publisher=Bolchazy-Carducci Publishers|year=1997|id=ISBN 0-86516-352-9}}
* {{cite book|author=Mitchell, Stephen|title=Gilgamesh: A New English Version|url=https://archive.org/details/gilgameshnewengl0000mitc|location=New York|publisher=Free Press|year=2004|id=ISBN 0-7432-6164-X}}
* [[N. K. Sandars|Sandars, N. K.]] (2006). ''The Epic of Gilgamesh (Penguin Epics)''. ISBN 0-14-102628-6 - cetak ulang terjemahan Penguin Classic (dalam prosa) oleh N. K. Sandars 1960 (ISBN 0-14-044100-X) tanpa pengantar.
* {{cite book|author=[[Simo Parpola|Parpola, Simo]], dengan Mikko Luuko, dan Kalle Fabritius|title=The Standard Babylonian, Epic of Gilgamesh|publisher=The [[Neo-Assyrian Text Corpus Project]]|year=1997|id=ISBN 951-45-7760-4 (Volume 1) dalam huruf paku Akkadia asli dan transliterasi; komentar dan glosarium dalam bahasa Inggris }}
Baris 173 ⟶ 175:
;Air bah
* [http://www.noahs-ark-flood.com/parallels.htm Perbandingan antara baris-baris yang sama dalam enam versi kuno tentang kisah air bah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060829004437/http://www.noahs-ark-flood.com/parallels.htm |date=2006-08-29 }} (noahs-ark-flood.com)
* [http://www.religioustolerance.org/noah_com.htm Perbandingan antara Wiracarita Gilgames dengan Air Bah dalam Kitab Kejadian] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190725185241/http://www.religioustolerance.org/noah_com.htm |date=2019-07-25 }} (religioustolerance.org)
* [http://www.christian-thinktank.com/gilgy09.html Perbandingan antara Air Bah dalam Kitab Kejadian dengan Wiracarita Gilgames dan literatur terkait] (christian-thinktank.com)
|