Shitakiri Suzume: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
Cerita ini telah diterjemahkan berulang-ulang kali ke dalam [[bahasa Inggris]], di antaranya oleh [[A.B. Mitford]] (1871), [[William Elliot Griffis]] (1880), David Thomson sebagai volume 2 ''Japanese Fairy Tale Series'' dari [[Hasegawa Takejirō]] (1885), [[Yei Theodora Ozaki]] (1903), dan Teresa Peirce Williston (1904).<ref>A.B. Mitford, ''Tales of Old Japan'', vol. 1 (London: Macmillan, 1871): 257-59; William Elliot Griffis, ''Japanese Fairy World'' (Schenectady: Barhyte, 1880): 30-36; David Thomson, ''The Tongue-Cut Sparrow'' (Tokyo: Hasegawa, 1885); Yei Theodora Ozaki, ''The Japanese Fairy Book'' (London: Constable, 1903); Teresa Pierce Williston, ''Japanese Fairy Tales Retold'' (Chicago: Rand McNally, 1904).</ref>
 
Pada tahun [[1897]], [[Andrew Lang]] memasukkannya ke dalam kumpulan [[dongeng]] ''[[The Pink Fairy Book]]'' dengan judul ''The Sparrow with the Slit Tongue''.<ref>[[Andrew Lang]], ''[[The Pink Fairy Book]]'', [http://www.surlalunefairytales.com/diamondstoads/stories/sparrow.html "The Sparrow with the Slit Tongue"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120512094025/http://surlalunefairytales.com/diamondstoads/stories/sparrow.html |date=2012-05-12 }}</ref> terakhir diadaptasi oleh [[Shogo Hirata]] dalam Seri Buku Dongeng Anak-anak Bergambar: Burung Gereja Berlidah Pendek yang versi Indonesianya dipublikasikan oleh PT Elex Media Komputindo.
 
== Plot ==
Seorang kakek yang baik hati menolong burung gereja yang terluka, dan menjadikannya sebagai burung peliharaan. Pada suatu hari, burung gereja menjadi sangat lapar karena nenek tidak memberinya makan. Dia lalu memakan [[lem]] dari [[tajin]] yang dibuat nenek untuk mengganti kertas pelapis [[Shōji (partisi)|pintu geser]]. Nenek sangat marah hingga [[lidah]] burung gereja itu dipotongnya. Burung gereja itu lantas terbang melarikan diri. Kakek bersedih lantas mencarinya hingga ke [[gunung]]. Di gunung sarang burung gereja, kedatangan kakek disambut secara beramai-ramai oleh kawanan burung gereja. Sebagian dari mereka menghidangkan [[makanan]] untuk kakek, dan sebagian lagi menggelar pertunjukan [[tari]]. Ketika tiba waktunya untuk pulang, kakek diberi dua pilihan hadiah yang harus dipilihnya salah satu: keranjang kecil atau keranjang besar. Kakek sudah tua sehingga memilih keranjang kecil karena ringan. Keranjang kecil itu dibawanya pulang. Ketika dibuka di rumah, isi keranjang kecil itu ternyata uang [[koban (uang logam)|keping emas]]. Nenek yang serakah menyesali pilihan suaminya. Menurutnya, kalau ada pilihan keranjang besar, maka itulah yang harus diambil. Nenek lalu pergi ke gunung burung gereja karena ingin memperoleh lebih banyak harta. Dengan paksa diambilnya keranjang besar dari rumah burung gereja. Di tengah perjalanan pulang, keranjang besar itu dibuka oleh nenek. Isinya ternyata penuh dengan hantu [[yōkai]], [[serangga]], [[kadal]], [[tawon]], [[kodok]], dan [[ular]]. Nenek pingsan karena terkejut.
 
Akhir cerita ini berbeda-beda menurut versinya, termasuk berakhir dengan dimakannya nenek yang sedang pingsan oleh [[yōkai]]. Versi lainnya menceritakan nenek sangat takut melihat yōkai hingga lari tunggang langgang menyelamatkan nyawa.
 
== Cerita asli dan variasinya ==
Seperti halnya [[Gunung Kachi-kachi]], [[Pertarungan Monyet dan Kepiting]], dan cerita rakyat Jepang lainnya, cerita asli Shitakiri Suzume dipandang terlalu kejam. Ketika mencari sarang burung gereja, kakek bertanya-tanya kepada beberapa orang yang ditemuinya di perjalanan. Kakek diminta untuk meminum [[darah]] [[kuda]] dan [[air kencing]] [[sapi]] sebelum pertanyaannya dijawab.<ref name=shitakiri>{{cite web |url=http://www.kufs.ac.jp/toshokan/bibl/bibl189/pdf/18925.pdf|title=わたしの好きな昔話(5) 舌切り雀 
(ちりめん本) |author=相川 瑞穂 |date= |work= |publisher= |accessdate=2012-04-19}}</ref> Dalam versi yang diperhalus, bagian ini diganti dengan air bekas memandikan sapi., Padacerita akhirdiakhiri cerita,dengan insyafnya si nenek yangsetelah serakahmembuka menjadipeti insafyang setelahberisi berbagai dinasihatimacam olehbinatang kakekkecil. Tidak hanya bagian-bagian yang kejam sudah dihilangkan, cerita juga berakhir bahagia.<ref name=shitakiri />
 
Dimulai pada [[zaman Meiji]], bagian cerita yang dianggap keterlaluan dalam cerita rakyat dihapus. Maksudnya agar anak dapat menikmati cerita sambil belajar tentang kebajikan, kejahatan, dan balas budi.<ref name=shitakiri />