Hikayat (Aceh): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan
k Mengembalikan suntingan oleh RaymondSutanto (bicara) ke revisi terakhir oleh 36.82.96.210
Tag: Pengembalian
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Hikayat''' dalam sastra [[Bahasa Aceh|Aceh]] adalah sebuah bentuk karya tulis yang berbentuk [[puisi]], berbeda halnya dengan hikayat dalam [[bahasa Melayu]] yang berbentuk [[prosa]].
'''Hikayat Aceh''' adalah tulisan sejarah mengenai [[Kesultanan Aceh]] yang ditulis dalam [[Bahasa Melayu]] dengan [[Aksara Arab]]. Hikayat ini menceritakan kejayaan [[Sultan Iskandar Muda]] (1583-1636) yang saat ini menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.<ref>{{Cite web|title=UNESCO Recognizes Manuscripts First Voyage Around the Globe and Hikayat Aceh as World Heritage - Leiden University|url=https://www.library.universiteitleiden.nl/in-the-media/2023/05/unesco-recognizes-manuscripts-first-voyage-around-the-globe-and-hikayat-aceh-as-world-heritage|website=www.library.universiteitleiden.nl|access-date=2023-10-11}}</ref>
 
Manuskrip ''Hikayat Aceh'' secara resmi menjadi Memory of The World atau warisan dunia yang ditetapkan organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 18 Mei 2023. Naskah berbahasa Melayu dalam aksara Arab itu menceritakan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda.<ref>{{Cite web|date=2023-05-31|title=Manuskrip Hikayat Aceh Jadi Warisan Dunia: Naskah Langka, Kisah Sultan Iskandar Muda - Acehkini.ID|url=https://acehkini.id/manuskrip-hikayat-aceh-jadi-warisan-dunia-naskah-langka-kisah-sultan-iskandar-muda/|language=id|access-date=2023-10-04}}</ref> Nominasi naskah ini diajukan bersama oleh Belanda dan Indonesia. Manuskrip ini sangat istimewa. Sebab, tergolong sangat tua untuk sebuah manuskrip berbahasa Melayu yang ditulis pada abad ke-17. Penyusunan naskah tersebut atas inisiatif Sultan Safiyyat al-Din Syah, putri Sultan Iskandar Muda. Di dalamnya juga banyak menceritakan kehidupan di Aceh masa itu, perang, Islam, dan hubungan luar negeri Aceh—di antaranya dengan Portugal, Cina, dan Turki.
 
Nominasi naskah ini ke UNESCO diajukan bersama oleh Belanda dan Indonesia. Manuskrip ini sangat istimewa. Sebab, tergolong sangat tua untuk sebuah manuskrip berbahasa Melayu. Naskah tersebut ditulis pada abad ke-17.
Naskah ''Hikayat Aceh'' tergolong langka dengan hanya tiga manuskrip yang masih ada. Menurut situs Universitas Leiden, ada tiga manuskrip yang diusulkan ke UNESCO. Dua di antaranya saat ini disimpan di Leiden dan satu lagi di Perpustakaan Nasional Indonesia. Naskah tertua dan paling lengkap ada di Perpustakaan Universitas Leiden, yang ditulis sekitar tahun 1675-1700. Sebuah salinan yang juga disimpan di Leiden ditulis pada 1847 dan ditulis dalam bahasa Melayu Batavia. Adapun manuskrip yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Indonesia merupakan salinan pada awal abad ke-20. Hikayat ini merupakan sumber penting bagi siapa pun yang tertarik dengan Islam, hubungan internasional, dan sejarah Aceh.
 
Penyusunan naskah tersebut atas inisiatif dari putri Sultan Iskandar Muda. Di dalamnya juga banyak menceritakan kehidupan di Aceh masa itu, perang, Islam, dan hubungan luar negeri Aceh—di antaranya dengan Portugal, Cina, dan Turki.
 
Naskah ''Hikayat Aceh'' tergolong langka. Menurut situs Universitas Leiden, ada tiga manuskrip yang diusulkan ke UNESCO. Dua di antaranya saat ini disimpan di Leiden dan satu lagi di Perpustakaan Nasional Indonesia.
 
Naskah tertua dan paling lengkap ada di Leiden, yang ditulis sekitar 1675-1700 Masehi. Sebuah salinan yang juga di Leiden ditulis pada 1874. Adapun di Perpustakaan Nasional Indonesia ditulis pada awal abad ke-20.
 
Dengan hanya tiga manuskrip yang masih ada, ''Hikayat Aceh'' termasuk sangat langka. Hikayat ini merupakan sumber penting bagi siapa pun yang tertarik dengan Islam, hubungan internasional, dan sejarah Aceh.
 
== Daftar Hikayat ==
Baris 14 ⟶ 22:
# Hikayat Banta Beuransah
# Hikayat Meudeuhak
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
{{sastra-stub}}