Realitas sosial: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aknes Pamiliana (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'adalah kenyataan atau fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terkait dengan kestabilan dalam keadaan normal atau keadaan tidak normal yang terjadi dala...'
Tag: tanpa kategori [ * ] tanpa wikifikasi [ * ]
 
LiongO5 (bicara | kontrib)
k Pengertian menurut para ahli: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(38 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
adalah kenyataan atau fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terkait dengan kestabilan dalam keadaan normal atau keadaan tidak normal yang terjadi dalam pola-pola hubungan di masyarakat.
'''Realitas sosial''' atau '''kenyataan sosial''' adalah hal yang nyata atau fakta yang terjadi dalam kehidupan [[masyarakat|manusia]]. Hal ini terkait dengan kestabilan dalam keadaan [[normal]] atau keadaan tidak normal yang terjadi dalam pola-pola hubungan di kehidupan manusia.<ref>{{Cite web|url=https://www.siswapedia.com/konsep-konsep-realitas-sosial/|title=Konsep-Konsep Realitas Sosial Dalam Sosiologi – Siswapedia|website=www.siswapedia.com|language=id-ID|access-date=2017-11-13}}</ref> Realitas sosial secara umum adalah [[kenyataan]] atau [[fakta]] yang terjadi di tengah [[masyarakat]].<ref>{{Cite web|last=Si Manis|first=|date=2 Juli 2020|title=Pengertian Realitas Sosial : Macam Jenis, Bentuk, Konsep dan Contoh Realitas Sosial Dalam Masyarakat|url=https://www.pelajaran.co.id/2020/02/realitas-sosial.html|website=Pelajaran.Co.Id|access-date=14 Nopember 2020}}</ref>
 
== Pengertian Menurutmenurut para Paraahli Ahli==
* [[Peter L. Berger|Peter Berger]] & [[Thomas Luckmann|Thomas Luckman]] mengatakan bahwa realitas adalah kualitas yang berkaitan dengan [[fenomena]] yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak dapatdapa[[fenomena|jabarkan secara dienyahkanlogika]]<nowiki/>hkan).
Peter Berger dan Thomas Luckman
* [[Émile Durkheim]] mengatakan bahwa realitas sosial adalah cara bertindak, ada atau tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/871329823|title=The rules of sociological method : and selected texts on sociology and its method|last=1858-1917.|first=Durkheim, Émile,|last2=D.,|first2=Halls, W.|date=2014|publisher=Free Press|isbn=9781476749723|edition=Free Press trade paperback ed|location=New York|oclc=871329823}}</ref> Hal itu bisa berarti bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan perasaan yang berada di luar individu dan [[koersi|kelompok d]]<nowiki/>an dibentuk sebagai pola dalam masyarakat.
realitas adalah kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak dapat dienyahkan).
Émile Durkheim
(Dalam buku Rules of Sociological Method)
Realitas sosial adalah cara bertindak, apakah tetap atau tidak, yang bisa menjadi pengaruh atau hambatan eksternal bagi seorang individu.Dan itu bisa berarti bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan perasaan yang berada di luar individu dan koersif dan dibentuk sebagai pola dalam masyarakat.
 
== Bentuk Realitasrealitas sosial Sosial==
# Realitas sosial objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta.
Realitas Sosial Objektif
# Realitas sosial objektifsubjektif adalah gejala-gejalarealitas sosial yang terdapatterbentuk dalampada kehidupandiri sehari-harikhalayak danyang seringberasal dihadapidari olehrealitas individusosial sebagaiobjektif dan realitas sosial faktasimbolik.
# Realitas sosial simbolik adalah bentuk-bentuk simbolik dari realitas sosial objektif, yang biasanya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi, serta isi media (Bungin,2011 : 24).
Realitas Sosial Subjektif
Realitas sosial subjektif adalah realitas sosial yang terbentuk pada diri khalayak yang berasal dari realitas sosial objektif dan realitas sosial simbolik
Realitas Sosial Simbolik
Realitas sosial simbolik adalah bentuk – bentuk simbolik dari realitas sosial objektif, yang biasanya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi serta isi media (Bungin,2011 : 24)
 
== Proses yang Terjadi dalam Realitasterjadi Sosial==
[[Peter L. Berger|Berger]] & [[Thomas Luckmann|Luckmann]] berpandangan bahwa kenyataan atau realitas dibangun secara sosial,<ref>Veeger K.J.1985.''Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu- Masyarakat Dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi''.Jakarta:Gramedia.</ref> dalam pengertian individu-individu dalam masyarakat itulah yang membangun masyarakat. Maka pengalaman individu tidak terpisahkan dengan masyarakatnya. [[Peter L. Berger|Berger]] memandang manusia sebagai pencipta kenyataan sosial yang objketif melalui tiga momen dialektis yang simultan[[Stimulan|stimultan]] yaitu :
# Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk manusia ( Society is a human product ).
Eksternalisasi,
# Objektifikasi, adalah hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu berupa realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya (hadir dalam wujud yang nyata). Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjketif perorangan. Ia menjadi kenyataan [[empiris]] yang bisa dialami oleh setiap orang. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai realitas yang objektif ( Society is an objective reality), atau proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.
yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk manusia ( Society is a human product ).
# Internalisasi, lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat ( Man is a social product ).
Objektifikasi,
adalah hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu berupa realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya (hadir dalam wujud yang nyata). Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan subjketif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai realitas yang objektif ( Society is an objective reality), atau proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.
Internalisasi,
lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat ( Man is a social product ).
 
== Dasar pembentukan ==
Dasar Terbentuknya Teori Konstruksi Realitas Sosial
Berger & Luckmann berusaha mengembalikan hakikat dan peranan sosiologi pengetahuan dalam kerangka mengembangkan teori [[sosiologi]].<ref>Berger P.L dan Luckmann T. 1990. ''Tafsir Sosial Atas Kenyataan. Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan.'' Penerjemah, Hasan Basari. LP3ES. Jakarta.</ref> Beberapa usaha tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pertama,# mendefinisikanMendefinisikan kembali pengertian “kenyataan” dan “pengetahuan” dalam konteks sosial. Dalam hal ini teori sosiologi harus mampu memberikan pemahaman bahwa kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus. Oleh karena itu pusat perhatian seharusnya tercurah pada bentuk-bentuk penghayatan ([[Erlebniss]]) kehidupan masyarakat secara menyeluruh dengan segala aspeknya ([[kognitif]], [[afektif]] dan [[konatif]]). Kenyataan sosial itu ditemukan dalam pergaulan sosial yang termanifestasikan dalam tindakan. Kenyataan sosial itu ditemukan dalam pengalaman intersubjektif dan melalui pengalaman ini pula masyarakat terbentuk secara terus menerus (unlimited).
Kedua,# menemukanMenemukan [[metodologi]] atau cara meneliti pengalaman intersubjektif dalam kerangka mengkonstruksi realitas., Yakniyakni menemukan “esensi masyarakat” yang implisit dalam gejala-gejala sosial itu. Dalam hal ini memang perlu ada kesadaran bahwa apa yang dinamakan masyarakat pasti terbangun dari “dimensi“[[dimensi]] objektif” dan sekaligus “dimensi subjektif” sebab masyarakat itu sendiri sesungguhnya buatan kultural dari masyarakat (yang didalamnya terdapat hubungan intersubjektifitas) dan manusia adalah sekaligus pencipta dunianya sendiri (Poloma, 1994).
Ketiga,# memilihMemilih logika yang tepat dan cocok karena realitas sosial memiliki ciri khas seperti [[pluralis]], [[dinamis]], dan memiliki proses perubahan terus menerus. Sehingga diperlukan pendekatan akal sehat “common“''common sense'' “ untuk mengamati. Maka perlu memakai prinsip logis dan non logis. Dalam pengertian berpikir secara [[Dialektik|dialektis]]. Kemampuan berpikir secara dialektis tampak dalam pemikiran Berger, sebagaimana dimiliki [[Karl Marx]] dan beberapa [[filosof]] eksistensial yang menyadari manusia sebagai makhluk paradoksial. Oleh karena itu kenyataan hidup sehari-hari memiliki dimensi objektif dan subjektif (Berger & Luckmann, 1990).
 
== Referensi ==
Berger & Luckmann berusaha mengembalikan hakikat dan peranan sosiologi pengetahuan dalam kerangka mengembangkan teori sosiologi. Beberapa usaha tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
 
{{reflist}}
Pertama, mendefinisikan kembali pengertian “kenyataan” dan “pengetahuan” dalam konteks sosial. Dalam hal ini teori sosiologi harus mampu memberikan pemahaman bahwa kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus. Oleh karena itu pusat perhatian seharusnya tercurah pada bentuk-bentuk penghayatan (Erlebniss) kehidupan masyarakat secara menyeluruh dengan segala aspeknya (kognitif, afektif dan konatif). Kenyataan sosial itu ditemukan dalam pergaulan sosial yang termanifestasikan dalam tindakan. Kenyataan sosial itu ditemukan dalam pengalaman intersubjektif dan melalui pengalaman ini pula masyarakat terbentuk secara terus menerus (unlimited).
 
[[Kategori:Sosiologi]]
Kedua, menemukan metodologi atau cara meneliti pengalaman intersubjektif dalam kerangka mengkonstruksi realitas. Yakni menemukan “esensi masyarakat” yang implisit dalam gejala-gejala sosial itu. Dalam hal ini memang perlu ada kesadaran bahwa apa yang dinamakan masyarakat pasti terbangun dari “dimensi objektif” dan sekaligus “dimensi subjektif” sebab masyarakat itu sendiri sesungguhnya buatan kultural dari masyarakat (yang didalamnya terdapat hubungan intersubjektifitas) dan manusia adalah sekaligus pencipta dunianya sendiri (Poloma, 1994)
 
Ketiga, memilih logika yang tepat dan cocok karena realitas sosial memiliki ciri khas seperti pluralis, dinamis dan memiliki proses perubahan terus menerus. Sehingga diperlukan pendekatan akal sehat “common sense “ untuk mengamati. Maka perlu memakai prinsip logis dan non logis. Dalam pengertian berpikir secara dialektis. Kemampuan berpikir secara dialektis tampak dalam pemikiran Berger, sebagaimana dimiliki Karl Marx dan beberapa filosof eksistensial yang menyadari manusia sebagai makhluk paradoksial. Oleh karena itu kenyataan hidup sehari-hari memiliki dimensi objektif dan subjektif (Berger & Luckmann, 1990)