Mahmud Yunus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Davgaf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(76 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
|honorific_prefix =
|name = Mahmud Yunus
|image = Junus Mahmud, Pekan Buku Indonesia 1954,Yunus p181pd.jpg
|image_size = 150px
|caption =
|birth_name =
|birth_date = {{birth date|1899|2|10}}
|birth_place = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|tepi|link=Hindia Belanda|17px]] [[Sungayang, Sungayang, Tanah Datar|Nagari Sungayang]], [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]], [[Minangkabau]]
|death_date = {{death date|1982|1|16}}
|death_place = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|tepi|link=Indonesia|17px]] [[Jakarta]], [[Indonesia]]
|death_cause =
|body_discovered =
Baris 18:
|other_names =
|ethnicity = [[Orang Minang|Minangkabau]]
|citizenship = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|tepi|link=Indonesia|17px]] Indonesia
|education =
|alma_mater = [[Universitas Al-Azhar]]<br/>[[Universitas Kairo]]
|occupation =
|years_active =
|employer =
|known_for = AhliTokoh pendidikan Islam, ahli{{br}}Ahli tafsir [[al-Qur'an]]
|notable_works = ''[[Tafsir Qur'an Karim]]''{{br}}''Kamus Arab–Indonesia''
|religion = [[Islam]]
|spouse = Hj. Darisah (cerai) {{br}}Hj. Djawahir{{br}}Karminah{{br}}Hj. Nurjani{{br}}Hj. Darisah
|spouse =
|children = Prof. Dr. H. Kamal Mahmud
|parents = Yunus (ayah) {{br}} Hafsyah (ibu)
|relatives =
}}
'''[[Profesor|Prof.]] [[Dr.(H.C.)|DRDr.]] [[Haji (gelar)|H.]] '''Mahmud Yunus''' ([[Ejaan Van Ophuijsen|ejaan lama]]: '''Mahmoed Joenoes''', {{lahirmati|[[Sungayang, Sungayang, Tanah Datar|Sungayang]], [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]], [[Minangkabau]]|10|2|1899|[[Jakarta]]|16|1|1982}}) adalah seorang [[ulama Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai pendidik]] dan pengajar.ahli Ia dikenal pula melaluitafsir karyaAl-karyanyaQur'an meliputiyang sedikitnyaberjasa 75dalam judulpengembangan buku, termasuk menyusun ''[[TafsirIslam Qur'andi Karim]]''Indonesia#Pendidikan|pendidikan danIslam kamusdi Arab-Indonesia]]. Melalui jabatannya di [[Departemen Agama]], ia menginisiasi dan memperjuangkan masuknya mata pelajaran pendidikan agama dalam kurikulum nasional. Ia menghasilkan setidaknya 75 judul buku, termasuk menyusun ''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' dan ''Kamus Arab–Indonesia''. Buku-bukunya masih dipergunakan untuk keperluan pengajaran [[madrasah]] dan [[Pesantren|pesantren Indonesia]]. Yunus menerima gelar doktor kehormatan di bidang tarbiyah dari [[IAINUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta|IAINUIN Syarif Hidayatullah]], Jakarta]]. danNamanya namanyadiabadikan disematkanpada untuk[[Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar|UIN Mahmud Yunus]], Batusangkar dan jalan menuju kampus [[IAIN Imam Bonjol|IAINUIN Imam Bonjol]], Padang]].
 
Yunus memulaimemperoleh pengalaman mengajar sejak remaja di [[surau]] dan Madras School [[Sungayang, Sungayang, Tanah Datar|Sungayang]] pimpinan [[Muhammad Thaib Umar]], tempat dulunya ia mengikuti pendidikan. IaPada 1919, ia bergabung dengan [[Persatuan Guru Agama Islam]] (PGAI) yang kelak membidani beberapa sekolah Islam dan perguruan tinggi Islam terawal di Indonesia. PadaSejak 19231924 sampai 1930, ia mengambil kuliah di [[Universitas Al-Azhar]] dan [[Universitas Kairo]], [[Mesir]]. danIa kembali kemengajar kampung halamannya pada 1931. Melaluidi Madras School, iasembari memperkenalkan perjenjangan [[madrasah]] yang dipakai Indonesia saat ini. Pada 1932, ia mencurahkan waktupindah mengajar di [[Padang]], membuka [[Normal Islam School]], dan memimpin [[Sekolah Tinggi Islam Padang|Sekolah Tinggi Islam (STI) Padang]].
 
Sejak [[Pendudukan Jepang di Indonesia|pendudukan Jepang]], Yunus bekerja dalam pemerintahan membidangi masalah pendidikan Islam. SetelahIa mendorong masuknya mata pelajaran pendidikan Islamagama masukdi dalamsekolah kurikulumnegeri di Minangkabau,. seiringSetelah kemerdekaan, Yunusia meneruskan usulannyaupaya memasukkan mata pelajaran pendidikan agama di sekolahyang pemerintahsama untuk diberlakukan di Sumatra hinggadan disetujui pada 1947. Berikutnya, mataMata pelajaran agama diadopsi dalam kurikulum nasional sejak 20 Juanuari 1951 lewat usulannya sebagai pegawai [[Departemen Agama]]. PadaDari 1 Junitahun 1957 hingga 1960, Yunus menjabat sebagai rektor pertama [[Akademi Dinas Ilmu Agama]] (ADIA), di Jakarta yangcikal diteruskan menjadibakal [[UIN Syarif Hidayatullah|UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]. JabatanBerikutnya, terakhirnya selamaia menjadi pegawai Departemen Agama adalah rektor pertama [[IAIN Imam Bonjol|IAIN Imam Bonjol Padang]] sejak 1967 sampai 19701971 ketika ia pensiun sebagai pegawai Departemen Agama. Ia meninggal dalam usia 82 tahun pada 16 Januari 1982.
 
== Kehidupan awal ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee TMnr 10016675.jpg|jmpl|kiri|243px|Potret ''[[surau]]'' di Minangkabau. Selain bermalam dan berinteraksi, anakAnak-anak dan remaja laki-laki menghabiskan waktu mereka di surau untuk mempelajari ilmu-ilmu dasar keislaman seperti fiqih, tafsir, dan bahasa Arab.{{efn|Sistem pendidikan yang dipakai surau-surau yaitu terbuka, duduk bersila mengitari guru, tanpa kelas, diselenggarakan pagi sampai siang, siang sampai sore, atau malam setelah Maghrib sampai waktu tidur tiba.}}]]
 
Mahmud Yunus adalah anak sulung dari tujuh bersaudara dalam keluarga petani Yunus dan Hafsyah. Ia lahir pada 10 Februari 1899 <small><nowiki>[</nowiki>[[Kalender Hijriyah]]: 30 Ramadhan 1316<nowiki>]</nowiki></small> di [[Sungayang, Sungayang, Tanah Datar|Nagari Sungayang]], berjarak 7&nbsp;km dari [[Batusangkar]], [[Kabupaten Tanah Datar]] sekarang.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=5}} Besar di tengah keluarga ibunya, Yunus telah memperlihatkan minat terhadap ilmu agama sejak kecil. Orangtuanya bercerai ketia ia berumur tiga tahun, sementara ibunyasang ibu menikah lagi dan memberi Yunus seorang adik perempuan.{{sfn|Ibrahim|2008|pp=9}} Ia belajar Al-Qur'an di Surau Talang kepada kakeknya dan ''khatam'' dalam usia tujuh tahun.{{sfn|Hashim|2010|pp=169}} Setelah itu, ia menggantikan kakeknyasang kakek mengajar di surau.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=14}} Pada tahun 1908, ia masuk ke sebuah Sekolah Desa di Sungayang. Karena jemu dengan pelajaran yang sering diulang di kelas, pada tahun keempat ia pindah ke Madras School pimpinan [[Muhammad Thaib Umar]] di Surau Tanjung Pauh.{{sfn|Hashim|2010|pp=170}} Ia belajar setiap hari dari pagi sampai siang. Namun, ia menarik diri dari mengajar di surau ketika berumur 12 tahun, dan pada umur 14 tahun ia dipercaya menjadi ''mudir'' (guru bantu) di Madras School.
 
Pada 1908, ia masuk ke sebuah Sekolah Desa di Sungayang. Karena jemu dengan pelajaran yang sering diulang di kelas, pada tahun keempat ia pindah ke Madras School pimpinan [[Muhammad Thaib Umar]] di Surau Tanjung Pauh.{{sfn|Hashim|2010|pp=170}} Ia belajar setiap hari dari pagi sampai siang. Setelah berumur 12 tahun, ia menarik diri dari mengajar di surau, dan pada umur 14 tahun ia dipercaya menjadi ''mudir'' (guru bantu) di Madras School.
Pada tahun 1917, ketika Muhammad Thaib Umar jatuh sakit, Yunus ditunjuk memimpin Madras School. Ketika berlangsung rapat besar [[ulama Minangkabau]] pada tahun 1919 di [[Surau Jembatan Besi]], [[Padang Panjang]], ia hadir mewakili Muhammad Thaib Umar.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=19}} Rapat ini meresmikan berdirinya [[Persatuan Guru Agama Islam]] (PGAI), perkumpulan ulama yang bergerak di bidang pendidikan.{{efn|PGAI didirikan pada tahun 1918 dan mendapat pengesahan dari otoritas Hindia Belanda pada 7 Juli 1920.{{sfn|Yunus|1960|pp=82}}}} Yunus menjadi salah seorang anggota terawal PGAI sejak didirikan.{{sfn|Daya|1990|pp=84}} Pada akhir tahun 1919, Yunus bersama-sama guru Madras School mendirikan cabang perkumpulan pelajar Islam [[Sumatra Thawalib]] di Sungayang.{{sfn|Nata|1990|pp=58}} Ia menggerakkan kegiatan di bidang pendidikan melalui majalah Islam ''Al-Basyir''.{{sfn|Daya|1990|pp=137}} Majalah ini terbit perdana pada Februari 1920 di bawah asuhan Yunus.{{sfn|Abdullah|2009|pp=161}}{{sfn|Saydam|2009|pp=161}}
 
Pada 1917, lantaran Muhammad Thaib Umar jatuh sakit, Yunus ditunjuk memimpin Madras School. Ketika berlangsung rapat besar [[ulama Minangkabau]] pada 1919 di [[Surau Jembatan Besi]], [[Padang Panjang]], ia hadir mewakili Muhammad Thaib Umar.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=19}} Rapat ini meresmikan berdirinya [[Persatuan Guru Agama Islam]] (PGAI), perkumpulan ulama Minangkabau yang bergerak di bidang pendidikan.{{efn|PGAI didirikan pada tahun 1918 dan mendapat pengesahan dari otoritas Hindia Belanda pada 7 Juli 1920.{{sfn|Yunus|1960|pp=82}}}} Yunus menjadi salah seorang anggota terawal PGAI sejak didirikan.{{sfn|Daya|1990|pp=84}} Pada akhir 1919, Yunus bersama-sama guru Madras School mendirikan cabang perkumpulan pelajar Islam [[Sumatra Thawalib]] di Sungayang.{{sfn|Nata|1990|pp=58}} Ia menggerakkan kegiatan di bidang pendidikan melalui majalah Islam ''Al-Basyir''.{{sfn|Daya|1990|pp=137}} Majalah ini terbit perdana pada Februari 1920.{{sfn|Abdullah|2009|pp=161}}{{sfn|Saydam|2009|pp=161}}
Sejak ia mengenal pemikiran [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha]] lewat majalah ''[[Al-Manar]]'', muncul keinginan Yunus untuk belajar ke Mesir.{{sfn|Daya|1990|pp=28}} Meski sempat terjegal karena tidak memperoleh visa dari Inggris pada tahun 1920, ia akhirnya dapat berangkan lewat [[Penang]], [[Malaysia]] pada Maret 1923.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=21}} Ia mengurus visa bersama mamaknya, Datuk Sinaro Sati di Padang dan biaya yang diperlukan selama perjalanan ditanggung oleh mamaknya.{{sfn|Ibrahim|2008|pp=8}}
 
== MemimpinKuliah sekolah-sekolahdi IslamMesir ==
[[Berkas:Seruan Al-Azhar cover.jpg|jmpl|190px|ka|Majalah ''Seruan Azhar'', tertulis nama Mahmud Yunus sebagai editor]]Sejak berusia 20 tahun, Yunus sudah berencana melanjutkan studi ke Mesir. Keinginan itu dipengaruhi oleh intensitasnya membaca pemikiran [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha]] di majalah ''[[Al-Manar (majalah)|Al-Manar]]''.{{sfn|Daya|1990|pp=28}} Namun, Yunus gagal memperoleh visa dari Inggris. Karena kegagalan tersebut, ia mengintensifkan diri menulis buku-buku, sambil tetap mengajar. Ia mencari cara dengan jalan menunaikan ibadah haji ke Mekkah lewat [[Pulau Pinang|Penang]], [[Malaysia]], tepatnya pada Maret 1923.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=21}} Setelah itu, ia menyeberang ke Mesir untuk mewujudkan asanya kuliah. Biaya yang diperlukan untuk perjalanan ditanggung oleh sang mamak, Ibrahim Datuk Sinaro Sati.{{sfn|Ibrahim|2008|pp=8}}
Sebelum ke [[Mesir]], ia terlebih dahulu menunaikan ibadah haji di [[Mekkah]]. Usai melaksanakan haji, Yunus menuju [[Kairo]] dan mendaftar sebagai mahasiswa di [[Universitas Al-Azhar]]. Ia menghabiskan satu tahun untuk memperoleh ijazah Syahadah Alimiyah (setara dengan magister).{{sfn|Abdullah|2009|pp=161}} Ia tercatat sebagai orang Indonesia kedua yang lulus di Al-Azhar setelah [[Janan Thaib]]. Mengikuti saran gurunya di Al-Azhar, ia melanjutkan kuliah ke [[Darul Ulum Nadwatul Ulama|Darul Ulum]] (kini berada dalam [[Universitas Kairo]]). Ia diterima sebagai sebagai mahasiswa di kelas bagian malam; seluruh mahasiswanya berkebangsaan Mesir kecuali ia sendiri. Selama di Darul Ulum, ia mendapatkan pengecualian membayar uang kuliah atas amaran Menteri Pendidikan Mesir. Ia lulus setelah empat tahun di Darul Ulum dan memperoleh diploma guru di bidang ilmu kependidikan pada Mei 1930.{{sfn|Nata|1995|pp=58}} Yunus adalah mahasiswa asing pertama yang tamat dari Darul Ulum.{{sfn|Abdullah|2009|pp=173}} Pada bulan Oktober 1930, ia bersiap kembali ke Indonesia.
 
Yunus memulai kuliahnya di [[Universitas Al-Azhar]] pada awal 1924. Di Mesir, Yunus bergabung dengan Al-Jami'ah Al-Khairiah pimpinan [[Djanan Tajib]] dan ikut mengelola majalah organisasi ''[[Seruan Azhar]]''. Edisi pertama majalah itu memuat editorial Mahmud Yunus berisi seruan agar penduduk Indonesia dan Tanah Melayu dan Indonesia sebagai satu bangsa serumpun bersatu-padu untuk berjuang mencapai kemajuan dan kemakmuran bersama.<ref>{{Cite book|last=Muhammad|first=Alias|date=1982|url=https://books.google.com/books?id=3_pxAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22dengan+satu+jiwa+untuk+kemajuan+dan+kemakmuran+*%22&q=%22dengan+satu+jiwa+untuk+kemajuan+dan+kemakmuran+*%22&hl=en|title=Wasiat nasionalisme Melayu|publisher=Utusan Publications & Distributors|language=ms}}</ref> Indonesia dan Tanah Melayu adalah satu umat, satu bangsa, satu adat, satu adab sopan, "apalagi hampir kesemuanya adalah satu agama".<ref>https://www.researchgate.net/publication/259871473_Seruan_Azhar_1925-1928_dan_Idea_Perpaduan_Serumpun_antara_Penduduk_Tanah_Melayu_dan_Indonesia/link/0f31753866aff0dbff000000/download</ref>
[[Berkas:Masjid Baiturrahman Sungayang.JPG|jmpl|kiri|250px|[[Masjid Baiturrahman Sungayang]] setelah selesai dibangun kembali pada 2011. Sekembali dari Mesir, Yunus sering mengadakan sejumlah kegiatan keagamaan di masjid ini.]]
 
Yunus menyelesaikan kuliahnya pada 1925 dengan menggondol ijazah Syahadah Alimiyah.{{sfn|Abdullah|2009|pp=161}} Ia tercatat sebagai orang Indonesia kedua yang lulus di Al-Azhar setelah Djanan Tajib. Mengikuti saran gurunya di Al-Azhar, ia melanjutkan kuliah ke [[:en:Dar al-Ulum|Darul Ulum]] (kini berada dalam [[Universitas Kairo]]). Ia diterima sebagai sebagai mahasiswa di kelas bagian malam; seluruh mahasiswanya berkebangsaan Mesir kecuali ia sendiri. Selama di Darul Ulum, ia mendapatkan pengecualian membayar uang kuliah atas amaran Menteri Pendidikan Mesir. Ia lulus setelah empat tahun di Darul Ulum dan memperoleh diploma guru di bidang ilmu kependidikan pada Mei 1930.{{sfn|Nata|1995|pp=58}} Yunus adalah mahasiswa asing pertama yang tamat dari Darul Ulum.{{sfn|Abdullah|2009|pp=173}} Pada bulan Oktober 1930, ia bersiap kembali ke Indonesia.
Tiba di kampung halamannya pada awal tahun 1931, Yunus mulai memusatkan perhatian pada peningkatan mutu sekolah-sekolah agama.{{sfn|Kahin|2005|pp=122}} Tahun-tahun pertama, ia memperbarui Madras School di Sungayang dengan menerapkan sistem klasikal sebagaimana lazimnya sekolah-sekolah pemerintah. Lewat Madras School, ia mengenalkan pembagian jenjang madrasah yang dikenal di Indonesia saat ini: Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.{{sfn|Hashim|2010|pp=181}}{{sfn|Abdullah|2009|pp=171}} Namun, sekolah ini terpaksa ditutup pada tahun 1933, setahun setelah pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan pembatasan sekolah Islam atau dikenal dengan Ordonansi Sekolah Liar.
 
== Memimpin sekolah-sekolah Islam ==
Pada tahun 1932, Yunus meninggalkan Sungayang dan disibukkan dengan aktivitas mengajar. Ia memimpin sekolah [[Normal Islam School]] (NIS) atau ''Kulliyyatul Muallimin Al-Islamiyyaah'' di Padang yang didirikan PGAI pada 1 April 1931.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=46}} Sekolah ini merupakan sekolah lanjutan tingkat atas yang dimaksudkan untuk mendidik calon guru; murid yang diterima di sekolah ini adalah lulusan madrasah minimal tujuh tahun. Yunus mengajarkan [[bahasa Arab]], masukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum, dan menambahkan beberapa cabang pengetahuan umum seperti ilmu alam, tata buku, dan kesehatan. Sebagian buku yang dipakai untuk keperluan pengajaran adalah tulisannya sendiri yang ia susun sewaktu belajar di Mesir.{{sfn|Abdullah|2009|pp=172}} NIS memiliki laboratorium fisika dan kimia satu-satunya di Sumatra Barat.{{sfn|Saydam|2009|pp=162}} Ia memimpin NIS sampai tahun 1938 dan kelak kembali memimpin pada tahun 1942 sampai 1946.{{sfn|Rina|tt|pp=176}} Keberhasilannya menerapkan metode-metode baru dalam pendidikan madrasah mendorongnya untuk membuka [[Sekolah Tinggi Islam Padang|Sekolah Tinggi Islam]] (STI) di Padang.
[[Berkas:Masjid Baiturrahman Sungayang Kemenag.jpg|jmpl|250x250px|Sekembali dari Mesir, Yunus kerap mengadakan kegiatan keagamaan di [[Masjid Baiturrahman Sungayang]].(foto masjid setelah renovasi pada 2011).|kiri]]
Tiba di kampung halamannya pada awal tahun 1931, Yunus mulai memusatkan perhatian pada peningkatan mutu sekolah-sekolah agama.{{sfn|Kahin|2005|pp=122}} Tahun-tahun pertama, ia memperbarui Madras School di Sungayang dengan menerapkan sistem klasikal sebagaimana lazimnya sekolah-sekolah pemerintah. Lewat Madras School, ia mengenalkan pembagian jenjang madrasah yang dikenal di Indonesia saat ini: [[Madrasah ibtidaiah|madrasah Ibtidaiyah]], [[Madrasah sanawiah|tsanawiyah]], dan [[Madrasah aliah|aliyah]].{{sfn|Hashim|2010|pp=181}}{{sfn|Abdullah|2009|pp=171}} Namun, sekolah ini terpaksa ditutup pada tahun 1933, setahun setelah pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan pembatasan sekolah Islam atau [[Ordonansi Sekolah Liar]].
 
Sejak 1932, Yunus meninggalkan Sungayang dan disibukkan dengan aktivitas mengajar. Ia memimpin sekolah [[Normal Islam School]] (NIS) atau ''Kulliyyatul Muallimin Al-Islamiyyaah'' di Padang yang didirikan PGAI pada 1 April 1931.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=46}} Sekolah ini merupakan sekolah lanjutan tingkat atas yang dimaksudkan untuk mendidik calon guru; murid yang diterima di sekolah ini adalah lulusan madrasah minimal tujuh tahun. Yunus mengajarkan [[bahasa Arab]], masukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum, serta menambahkan beberapa cabang pengetahuan umum seperti ilmu alam, tata buku, dan kesehatan. Sebagian buku yang dipakai untuk keperluan pengajaran adalah tulisannya sendiri yang ia susun sewaktu belajar di Mesir.{{sfn|Abdullah|2009|pp=172}} NIS memiliki laboratorium fisika dan kimia satu-satunya di Sumatera Barat.{{sfn|Saydam|2009|pp=162}} Ia memimpin NIS sampai 1938 dan kelak kembali memimpin pada 1942 sampai 1946.{{sfn|Rina|tt|pp=176}}
Pada 1 November 1940, ia dipercaya memimpin STI di Padang. Didirikan oleh PGAI, STI tercatat sebagai perguruan tinggi Islam paling awal di Indonesia.{{sfn|Hashim|2010|pp=283}}{{sfn|Latif|2005|pp=243}} Pada 9 Desember 1940, STI membuka dua fakultas: Fakultas Syariat dan Fakultas Pendidikan & Bahasa Arab. Namun, STI hanya berjalan kurang dua tahun. Setelah [[Sumatra Barat pada masa pendudukan Jepang|Padang diduduki tentara pendudukan Jepang]] pada 1 Maret 1942, perguruan tinggi ini dilarang dan ditutup oleh pemerintah pendudukan.
 
Keberhasilannya menerapkan metode-metode baru dalam pendidikan madrasah membuat ia dipercaya memimpin [[Sekolah Tinggi Islam Padang|Sekolah Tinggi Islam]] (STI) di Padang pada 1 November 1940, didampingi [[Muchtar Jahja]]. Didirikan oleh PGAI pada 9 September 1940, STI tercatat sebagai perguruan tinggi Islam paling awal di Indonesia.{{sfn|Hashim|2010|pp=283}}{{sfn|Latif|2005|pp=243}} Pada 9 Desember 1940, STI membuka dua fakultas: Fakultas Syariat dan Fakultas Pendidikan & Bahasa Arab. Namun, STI hanya berjalan kurang dua tahun sehingga tidak mengeluarkan alumni. Perguruan tinggi ini tutup pada 28 Januari 1942 menjelang [[pendudukan Jepang di Sumatera Barat]].
 
== Pendudukan Jepang dan Sekutu ==
Pada masa pendudukan Jepang, Yunus terlibat dalam pendirian [[Majelis Islam Tinggi]] (MIT) Minangkabau. Ketika Jepang mendirikan [[Pembela Tanah Air|PETA]] di Jawa untuk membantu tentara Jepang menghadapi serangan balasan tentara Sekutu, Residen [[Yano Kenzo]] yang berkedudukan di Padang mengambil inisiatif membentuk satuan tentara [[Giyugun]].{{sfn|Kahin|2005|pp=143}} Pembentukan Giyugun segera mendapat dukungan dari para [[ulama Minangkabau]]. Mereka mendorong para pemuda untuk mendapat pelahitan militer dari Jepang. Bersama [[Chatib Sulaiman]] dan [[Ahmad Datuk Simarajo]], Yunus ditunjuk untuk merekrut keanggotaan Giyugun.{{sfn|Kahin|2005|pp=146}} Para pemuda Gyugun kelak terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan menjadi laskar-laskar rakyat bentukan partai dan organisasi di Minangkabau.{{sfn|Kahin|2005|pp=154}}
[[Berkas:Mahmud Yunus muda.jpeg|jmpl|190px|ka|Mahmud Yunus, saat berusia 30 tahun.]]
 
Pada 1943, Yunus ditunjuk mewakili MIT Minangkabau sebagai penasihat residen (''shuchokan'') di Padang.{{sfn|Hashim|2010|pp=175}} Melalui kedekatannya dengan Jepang, ia berupaya agar pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah negeri. Ia mengusulkan kepada Kepala Jawatan Pengajaran Jepang untuk memasukkan pendidikan agama Islam ke sekolah-sekolah pemerintah di Minangkabau.{{sfn|Asy|2004|pp=179}} Usulan ini diterima oleh pemerintah dan diterapkan sampai berakhirnya [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|pendudukan Jepang atas Indonesia]] dan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Pada masa pendudukan Jepang, Yunus terlibat dalam pendirian [[Majelis Islam Tinggi]] (MIT) Minangkabau. Ketika Jepang mendirikan PETA di Jawa untuk membantu tentara Jepang menghadapi serangan balasan tentara Sekutu, Residen [[Yano Kenzo]] yang berkedudukan di Padang mengambil inisiatif membentuk satuan tentara [[Gyugun]].{{sfn|Kahin|2005|pp=143}} Pembentukan Gyugun segera mendapat dukungan dari para [[ulama Minangkabau]]. Mereka mendorong para pemuda untuk mendapat pelahitan militer dari Jepang. Bersama-sama [[Chatib Sulaiman]] dan Ahmad Datuk Simarajo, Yunus ditunjuk untuk merekrut keanggotaan Gyugun.{{sfn|Kahin|2005|pp=146}} Para pemuda Gyugun kelak terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan menjadi laskar-laskar rakyat bentukan partai-partai dan organisasi di Minangkabau.{{sfn|Kahin|2005|pp=154}}
 
Seiring dengan kedatangan Sekutu melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]] pada penghujung tahun 1945, sebagian besar guru dan murid Normal Islam School mengungsi ke luar daerah sehingga membuat sekolah terpaksa ditutup. Pada September 1946, Yunus menginisiasi berdirinya Sekolah Menengah Islam (SMI) di [[Bukittinggi]]. Semua alat-alat pembelajaran yang digunakan seperti kursi, meja, peta, dan alat-alat praktikum diangkut dari Padang. SMI kelak dijadikan sekolah negeri di bawah Jawatan Agama Sumatera Barat dan berubah menjadi [[Sekolah Guru dan Hakim Agama]] (SGHA) pada 1951.{{efn|Ketika SGHA secara berangsur dihapuskan, SGHA Bukittinggi berubah menjadi PGAN pada 1957. Saat pergolakan PRRI, PGAN tidak bisa diteruskan. Pada 1965, bekas PGAN ditingkatkan menjadi PGAN Putri 6 tahun sampai tahun 1961. PGAN Putri 6 tahun waktu itu menempati sebuah gedung sewa di Jirek, Bukittinggi mengalami peledakan murid, sehingga dicarilah tanah dan didapatkan sebidang tanah di Jalan Panorama Baru hingga sekarang. Pada tahun 1992, keluar Surat Keputusan oleh Departmen Agama yang mendandai berubahnya PGAN menjadi [[MA Negeri 2 Bukittinggi]].}}
Pada tahun 1943, Yunus ditunjuk mewakili Majelis Islam Tinggi Minangkabau sebagai penasihat residen (''shuchokan'') di Padang.{{sfn|Hashim|2010|pp=175}} Melalui kedekatannya dengan Jepang, ia berupaya agar pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah-sekolah negeri. Ia mengusulkan kepada Kepala Jawatan Pengajaran Jepang untuk memasukkan pendidikan agama Islam ke sekolah-sekolah pemerintah di Minangkabau.{{sfn|Asy|2004|pp=179}} Usulan ini diterima oleh pemerintah dan diterapkan sampai berakhirnya [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|pendudukan Jepang atas Indonesia]] disusul proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
 
Seiring dengan kedatangan Sekutu melalui [[Pelabuhan Teluk Bayur]] pada penghujung tahun 1945, Normal Islam School terpaksa ditutup karena sebagian besar guru dan muridnya mengungsi ke luar daerah. Pada September 1946, Yunus menginisiasi berdirinya Sekolah Menengah Islam (SMI) di [[Bukittinggi]]. Semua alat-alat pembelajaran yang digunakan seperti kursi, meja, peta, dan alat-alat praktikum diangkut dari Padang. SMI kelak dijadikan sekolah negeri di bawah Jawatan Agama Sumatra Barat dan berubah menjadi [[Sekolah Guru dan Hakim Agama]] (SGHA) pada 1951.{{efn|Ketika SGHA secara berangsur dihapuskan, SGHA Bukittinggi berubah menjadi PGAN pada 1957. Saat pergolakan PRRI, PGAN tidak bisa diteruskan. Pada 1965, bekas PGAN ditingkatkan menjadi PGAN Putri 6 tahun sampai tahun 1961. PGAN Putri 6 tahun waktu itu menempati sebuah gedung sewa di Jirek, Bukittinggi mengalami peledakan murid, sehingga dicarilah tanah dan didapatkan sebidang tanah di Jalan Panorama Baru hingga sekarang. Pada tahun 1992, keluar Surat Keputusan oleh Departmen Agama yang mendandai berubahnya PGAN menjadi [[MA Negeri 2 Bukittinggi]].}}
 
== Memperkenalkan mata pelajaran agama ==
[[Berkas:Rumah_Perundingan_PDRI_Padang_Japang_20211219.jpg|kiri|jmpl|250x250px|Rumah Djawahir Mahmud, istri Mahmud Yunus di Padang Japang, [[Kabupaten Lima Puluh Kota]]]]
Upaya untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum sekolah-sekolah pemerintah kembali diperjuangkan oleh Mahmud Yunus setelah kemerdekaan. Usul ini diterima oleh Jawatan Pengajaran Sumatra Barat, yang pada waktu itu dikepalai oleh [[Saaduddin Jambek]], dan mulai diterapkan 1 April 1946 di seluruh Sumatra Barat.{{sfn|Yunus|1960|pp=112}} Oleh Jawatan Pengajaran Sumatra Barat, ia dipercaya menyusun kurikulum dan menentukan buku-buku pegangan untuk keperluan pengajaran.
Setelah kemerdekaan, Yunus kembali memperjuangkan usulan memasukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum sekolah-sekolah pemerintah. Usul ini diterima oleh Jawatan Pengajaran Sumatera Barat, yang pada waktu itu dikepalai oleh [[Saaduddin Jambek]], dan mulai diterapkan 1 April 1946 di seluruh Sumatera Barat.{{sfn|Yunus|1960|pp=112}} Jawatan Pengajaran Sumatera Barat mempercayakannya menyusun kurikulum dan menentukan buku-buku pegangan untuk keperluan pengajaran.
 
PadaSejak November 1946, iaYunus dipindahtugaskan ke [[Pematangsiantar]] dan diangkatmenjabat sebagai Kepala Bagian Agama Islam Jawatan Agama Provinsi Sumatra dengan kedudukan di [[Kota Pematangsiantar|Pematangsiantar]]. Pada Januari 1947, Yunusia kembali mengusulkan hal yang sama kepada Jawatan Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Provinsi Sumatra. Usul ini mendapat persetujuan pada Maret 1947 dan sejak saat itu, pendidikan Islam masuk secara resmi ke dalam kurikulum sekolah-sekolah pemerintah di seluruh Sumatra.{{sfn|Deliar Noer|1983|pp=56}}{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=51}} Seiring dengan itu, pemerintah provinsi mengadakan kursus untuk guru-guru agama di Pematangsiantar selama sebulan penuh. Kursus ini dikutidiikuti oleh utusan dari seluruh daerah di Sumatra dan sebagai pimpinan kursus dipercayakan kepada Mahmud Yunus.{{sfn|Deliar Noer|1983|pp=56}}
 
Pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI), Yunus membuka sekolah-sekolah darurat. Ia sempat mengemukakan rencana mendirikan Madrasahmadrasah Tsanawiyahtsanawiyah untuk seluruh Sumatra. Rencana ini mendapat persetujuan dari Menteri Agama PDRI [[Teuku Muhammad Hasan]]. Setelah [[Pengakuan kedaulatan Indonesia|pengakuan kedaulatan Belanda]] atas Indonesia, Madrasahbeberapa Tsanawiyahmadrasah yangtsanawiyah padadengan waktu itu bernamanama Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) dibuka di SumatraSumatera Barat.{{sfn|Yunus|1960|pp=119}} Madrasah ini diselenggarakan secara swasta meskipun Yunus telah memperjuangkannya untuk dijadikan sebagai sekolah negeri.{{sfn|Syarif, dkk|1998|pp=132}}
 
Pada tahun 1950, Yunus mengusulkan kepada pemerintah untuk mengompromikan kurikulum yang diterapkan di Sumatra dengan kurikulum nasional. Usul ini dibahas bersama dalam panitia yang dipimpin Mr. Hadi darimewakili [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Departemen Pendidikan dan Pengajaran]] dan Yunus sendiri darimewakili [[Departemen Agama]].{{sfn|Asy|2004|pp=187}} Pada 20 JuanuariJanuari 1951, <!--lewatdua Peraturandepartemen Pemerintahtersebut No.mengeluarkan 34Surat tahunKeputusan 1950,-->Bersama pendidikan(SKB) agamayang mulaiisinya diajarkanantara untuklain: menetapkan pendidikan agama di setiap jenjang pendidikan sekolah-sekolah negeri dan swsata—mulaiswasta—mulai dari sekolah rendah, sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas, hingga sekolah kejuruan—dengan lama dua jam dalam seminggu ("kecuali di lingkungan istimewa").{{sfn|Yunus, 1979|pp=358-359}}{{efn|Pendidikan agama Islam telah diatur secara resmi oleh pemerintah pada Desember 1946. Namun, Menteri Agama bersama Menteri Pengajaran dan Pendidikan menetapkan pendidikan agama Islam baru dapat diberikan untuk kelas IV sampai kelas VI tingkat sekolah rendah.}} Ini masih diterapkan sampai sekarang di Indonesia sebelum berlakunya [[kurikulum 2013]], yang menambah lama pelajaran agama menjadi empat jam.
 
== Dekan Akademi Dinas Ilmu Agama ==
[[Berkas:Junus Mahmud, YunusPekan Buku Indonesia 1954, p181.jpg|250px|jmpl|kiri190px|ka|Mahmud Yunus, ketikapada menjadi Dekan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) Jakarta.1954]]
 
Pada 8 Juli 1945, Sekolah Tinggi Islam (STI) berdiri di [[Jakarta]]. Pada 1946, STI dipindahkan ke [[Yogyakarta]] mengikuti kepindahan ibu kota negara. STI berganti nama menjadi [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) pada 22 Maret 1948. Setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1950, Fakultas Agama UII ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).{{sfn|Yunus|1960|pp=341}} Saat PTAIN berdiri, pemerintah mengusulkan Yunus sebagai pengelola dan pengajarnya, tetapi ia menolak. Yunus justru mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk mendirikan PTAIN yang sama di Jakarta.{{sfn|Saydam|2009|pp=163}}
 
Pada 1 Juni 1957, Departemen Agama mendirikan [[Akademi Dinas Ilmu Agama]] (ADIA) di Jakarta. Yunus diangkat sebagai rektor pertama ADIA didampingi [[Bustami Abdul Gani]] sebagai wakil rektor.{{sfn|Jabali|2002|pp=13}} Sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama, ia mengusulkan kepada Menteri Agama agar ADIA Jakarta terintegrasi dengan PTAIN Yogyakarta. Setelah mendapatkan persetujuan Menteri Agama [[Wahib Wahab]], presiden mengeluarkan Peraturan Presiden No. 11 Tahun 1960 tentang pendirian [[Institut Agama Islam Negeri]] (IAIN), yang mengintegrasikan ADIA dan PTAIN menjadi satu perguruan tinggi agama di bawah Departemen Agama. IAIN secara ilmiah memberikan pendidikan serta pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan Islam.{{sfn|Saydam|2009|pp=163}}
Pada 8 Juli 1945, Sekolah Tinggi Islam (STI) didirikan di [[Jakarta]]. Pada 1946, STI dipindahkan ke [[Yogyakarta]] mengikuti kepindahan ibu kota negara. STI berganti nama menjadi [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) pada 22 Maret 1948. Setelah Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1950 dikeluarkan, Fakultas Agama UII ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).{{sfn|Yunus|1960|pp=341}} Dengan berdirinya PTAIN, Yunus langsung diusulkan sebagai pengelola dan pengajarnya, tetapi Yunus menolak usulan tersebut. Yunus justru mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk mendirikan PTAIN yang sama di Jakarta.{{sfn|Saydam|2009|pp=163}}
 
IAIN pertama dibuka dengan empat fakultas, dua fakultas di antaranya terletak di Jakarta, yakni Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab. Yunus menjabat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah. Berikutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 49 Tahun 1963 tertanggal 25 Februari 1963, mekar IAIN kedua yang berkedudukan di Jakarta. Kelak, IAIN di Yogyakarta bersalin nama menjadi [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta]] sedangkan IAIN di Jakarta menjadi [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta]].<!--https://makmureffendi.wordpress.com/category/alim-ulama/-->
Pada 1 Juni 1957, Departemen Agama mendirikan [[Akademi Dinas Ilmu Agama]] (ADIA) di Jakarta. Yunus diangkat sebagai rektor pertama ADIA dan sebagai wakil rektor ditunjuk [[Bustami Abdul Gani]].{{sfn|Jabali|2002|pp=13}} Semasa Yunus menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama, ia mengusulkan kepada Menteri Agama agar ADIA di Jakarta terintegrasi dengan PTAIN di Yogyakarta. Setelah mendapatkan persetujuan Mentri Agama [[Wahib Wahab]], presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor Tahun 1960 tentang pendirian [[Institut Agama Islam Negeri]] (IAIN), yang mengintegrasikan ADIA dan PTAIN menjadi satu perguruan tinggi agama di bawah Departemen Agama. IAIN secara ilmiah memberikan pendidikan serta pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu pengetahuan Islam.{{sfn|Saydam|2009|pp=163}}
 
== Rektor IAIN Imam Bonjol ==
IAIN pertama dibuka dengan empat fakultas, dua fakultas di antaranya terletak di Jakarta. Berikutnya, berdasarkan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 49 Tahun 1963 tertanggal 25 Februari 1963 dimekarkan IAIN kedua yang berkedudukan di Jakarta. Kelak, IAIN di Yogyakarta bersalin nama menjadi [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta]] sedangkan IAIN di Jakarta diteruskan menjadi [[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta]].<!--https://makmureffendi.wordpress.com/category/alim-ulama/-->
Sebagai pegawai Departemen Agama, Yunus kerap diundang mengikuti kunjungan kerja ke luar negeri. Pada 1961, ia melawat ke sembilan negara Islam: Mesir, Saudi Arabia, Syria, Libanon, Yordania, Turki, Irak, Tunisia, dan Maroko. Kunjungan ini ditujukan untuk mempelajari pendidikan agama di negara-negara tersebut. Pada April 1962, Yunus menghadiri sidang Majelis A'la Istisyari Al-Jami'ah Al-Islamiyah di [[Madinah]] atas undangan [[Saud dari Arab Saudi|Raja Saud dari Arab Saudi]] melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta. Dalam Muktamar Buhutsul Islamiyah di [[Universitas Al-Azhar]], ia berturut-turut hadir pada 1964, 1965, 1966, dan 1967. Pada salah satu penyelenggaraan muktamar, Yunus mengemukakan makalah berjudul "Al-Israiliyyat fit Tafsir wal Hadits".
 
Sejak 1963, Yunus menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Cabang Padang yang baru didirikan. Tiga tahun berselang, fakultas ini bersama tiga fakultas lain diresmikan menjadi [[Universitas Islam Negeri Imam Bonjol|IAIN Imam Bonjol]]. Yunus dilantik sebagai rektor pertama IAIN tersebut pada 29 November 1966 sampai jelang pensiun pada 1 Januari Tahun 1971.
== Meninggal ==
Selama menjadi Dekan Fakultas Tarbiyah di IAIN pada tahun 1960, Yunus kerap diundang mengikuti kunjungan kerja ke luar negeri. Perlawatan pertama adalah merupakan tugas dari Departemen Agama ke sembilan negara Islam: Mesir, Saudi Arabia, Syria, Libanon, Yordania, Turki, Irak, Tunisia, dan Marokko pada tahun 1961. Kunjungan ini ditujukan untuk mempelajari pendidikan agama di negara-negara tersebut. Pada tahun 1962, Yunus menghadiri sidang Majelis A'la Istisyari Al-Jami'ah Al-Islamiyah di Madinah pada April 1962 atas undangan [[Saud dari Arab Saudi|Raja Saud dari Arab Saudi]] melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta. Pada Muktamar Buhutsul Islamiyah di [[Universitas Al-Azhar]] yang berlangsung di Mesir, ia berturut-turut hadir pada tahun 1964, 1965, 1966, dan 1967. Dalam muktamar ini, Mahmud Yunus mengemukakan makalah berjudul "Al-Israiliyyat fit Tafsir wal Hadits" yang mendapat tanggapan serius dari peserta. Pada tahun 1969, Mahmud Yunus kembali diundang untuk menghadiri Majelis A’la Istisyari Al-Jami’ah Al-Islamiyah di Madinah.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=45}}
 
PulangSebelum daripensiun, kunjunganYunus kerjanyamasih kemelakukan negara-negaralawatan Islamkeluar negeri, Yunusterakhir kembalimenghadiri keMajelis IndonesiaA’la dalamIstisyari kesehatanAl-Jami’ah yangAl-Islamiyah kurangdi baik.Madinah Padapada awal1969.{{sfn|Riwayat tahunHidup...|tt|pp=45}} 1970Namun, kesehatansepulang Yunusdari kunjungan itu, kesehatannya mulai menurun dan ia beberapa kali masuk rumah sakit. Menjadi rektor pertama [[IAIN Imam Bonjol]] adalah jabatan terakhir yang diemban Mahmud Yunus selama menjadi pegawai Departemen Agama. Ia mengemban jabatan ini dari tahun 1967 sampai 1970. Pada 15 Oktober 1977, ia memperoleh gelar doktor kehormatan di bidang ilmu tarbiyah dari IAIN JakartaSyarif Hidayatullah atas perjuangannya dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. PadaYunus 16meninggal Januaridunia 1982di kediamannya, ia[[Kebon meninggalKosong, Kemayoran, Jakarta Pusat|Kebon Kosong]], [[Kemayoran, Jakarta Pusat|Kemayoran]], Jakarta dalam usia 82 tahun pada 16 Januari 1982. Jasadnya dimakamkan di kompleks pemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.<ref name=":0">https://media.neliti.com/media/publications/74030-ID-mengenal-kamus-arab-indonesia-mahmud-yun.pdf</ref>
 
== Karya ==
[[Berkas:Tafsir_Qur'an_Karim_Mahmud_Yunus.jpg|jmpl|190px|ka|''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' terbitan Al- Ma'arif pada 1951]]
Sepanjang hidupnya, Yunus menulis lebih dari 75 judul buku. 49 judul buku ditulis dalam bahasa Indonesia dan 26 judul buku ditulis dalam bahasa Arab. Sebagian besar buku-bukunya saat ini masih dipergunakan untuk keperluan pengajaran madrasah dan perguruan tinggi. Kamus Arab-Indonesia yang disusunnya masih mudah didapatkan saat ini. Beberapa judul bukunya yang dijadikan buku pegangan pendidikan agama di antaranya tiga jilid ''al-Fiqh al-Wadhih'' dan tiga jilid ''at-Tarbiyah wa at-Ta'lim''. Karyanya yang berpengaruh adalah ''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' yang diterbitkan pada tahun 1938. Tafsir ini tercatat sebagai pionir karya tafsir berbahasa Indonesia sejak dijadikan bahasa persatuan. Dua cetakan pertama terjual dalam beberapa bulan saja. Tafsir ini telah dicetak sebanyak 200.000 eksemplar hingga tahun 1983 dan telah mengalami cetak ulang sebanya 23 kali. Dalam otobiografinya yang terbit setelah ia meninggal, Yunus mengatakan bahwa ia mulai menulis tafsir ini sejak tahun 1921.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=22}}
Sepanjang hidupnya, Yunus menulis sedikitnya 75 buku. 49 judul buku ditulis dalam bahasa Indonesia dan 26 judul buku ditulis dalam bahasa Arab. Sebagian besar buku-bukunya saat ini masih dipergunakan untuk keperluan pengajaran madrasah dan perguruan tinggi. ''Kamus Arab–Indonesia'' yang disusunnya masih mudah didapatkan saat ini. Beberapa judul bukunya yang dijadikan buku pegangan pendidikan agama di antaranya tiga jilid ''al-Fiqh al-Wadhih'' dan tiga jilid ''at-Tarbiyah wa at-Ta'lim''.
 
Karyanya yang berpengaruh adalah ''[[Tafsir Qur'an Karim]]'' yang diterbitkan pada tahun 1938. Tafsir ini tercatat sebagai pionir karya tafsir berbahasa Indonesia sejak dijadikan bahasa persatuan. Dua cetakan pertama terjual dalam beberapa bulan saja. Tafsir ini telah dicetak sebanyak 200.000 eksemplar hingga tahun 1983 dan telah mengalami cetak ulang sebanyak 23 kali. Dalam otobiografinya yang terbit setelah ia meninggal, Yunus mengatakan bahwa ia mulai menulis tafsir ini sejak tahun 1921.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=22}}
 
Berikut adalah beberapa karya Mahmud Yunus:<ref name=":0" />
 
* ''Kesimpulan isi Quran''
* ''Sejarah pendidikan Islam''
* ''Sejarah pendidikan di Islam''
* ''Soal jawab hukum Islam''
* ''Hukum warisan (harta pusaka) dalam Islam''
* ''Sedikit uraian tentang dasar negara, ekonomi, sosial, dan kebudajaan Islam''
* ''Hukum perkawinan dalam Islam disusun setjara Buku Undang-Undang Barat''
* ''Keringkasan ilmu djiwa anak2 untuk guru2 dan ibu bapak''
* ''Pedoman Goeroe pengetahoean tentang ilmoe mengadjar''
* ''Studi perbandingan antar madzhab tentang beberapa hukum Islam''
* ''Pengetahuan umum tentang ilmu mendidik'' (bersama Sutan Muhammad Said)
* ''Al-Muhadatsatul Arabiyah'' (bersama [[Muchtar Jahja]])
* ''Metodik khusus bahasa Arab''
* ''Metodik khusus pendidikan agama''
* ''Pokok-pokok pendidikan dan pengajaran''
* ''Riwajat rasul jang 25'' (bersama Rasyidin Zuber Usman)
* ''Beberapa kisah''
* ''Kitab Zakat''
* ''Puasa dan zakat''
* ''Ibadah haji dan zakat''
* ''Manasik hadji''
* ''Marilah sembahjang!''
* ''Marilah ke Al-Quran''
* ''Pelajaran bahasa Arab''
* ''Akhlak''
* ''Ilmu musthalah hadis'' (bersama Mahmud Aziz)
 
== Kehidupan pribadi ==
[[Berkas:Mahmud Yunus.jpg|250px|jmpl|kiri|Foto Mahmud Yunus di rumah istrinya di Padang Japang]]Semasa hidup, Mahmud Yunus tercatat pernah menikah lima kali.. Istri pertama bernama Hj. Darisah binti Pangeran dari Payakumbuh yang memberinya seorang anak, Prof. Dr. H. Kamal Mahmud. Istri kedua, yakni Hj. Djawahir, asal Padang Japang, mempunyai lima anak yaitu: Hj. Djawanis, Hafni, H. Fachrudin, Drs. H. Hamdi, dan Elly. Berikutnya, istri ketiga adalah Karminah dengan seorang anak bernama Amlas. Ketiga istri ini dinikahinya sebelum kuliah di Mesir. Jelang keberangkatannya ke Mesir, Mahmud Yunus menceraikan istri pertama
 
Istri keempat bernama Hj. Nurjani binti Jalil dari Padang dengan anak-anaknya bernama Fachri Mahmud, Hj. Suraiya. Dr. Neszli Harmaini, Hj. Sufna, dan Ir. Fachran. Mahmud Yunus menikahi Hj. Nurjani setelah kembali dari Mesir. Adapun istri kelima, Hj. Darisah binti Ibrahim, memberinya enam anak yaitu Sufni (meninggal ketika masih bayi), Drs. H. Yunus Mahmud, Dr. H. Hamdi, Hj. Elina, Mahdiarti, dan Chairi. Hj. Darisah binti Ibrahim adalah anak dari mamak Mahmud Yunus sendiri, yaitu Ibrahim Datuk Sinaro Sati.
 
== Rujukan ==
Baris 169 ⟶ 211:
}}
* {{cite book
|title = Dari Pemberontakan ke Integrasi: SumatraSumatera Barat dan Politik Indonesia, 1926–1998
|last = Kahin
|first = Audrey R.
Baris 237 ⟶ 279:
}}
* {{cite book
|title = Riwayat Hidup Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, 10 Februari 1899–16 Januari 1982
Januari 1982
|last = Yunus
|first = Mahmud
Baris 260 ⟶ 301:
{{refend}}
 
{{S-start}}
== Pranala luar ==
{{s-aca}}
 
{{S-new|office}}
* [http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/index.php?a=detilberita&id=5172 Mahmud Yunus] di Direktorat Pendidikan Agama Islam.
{{S-ttl|title=[[Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]|years=1957–1960}}
 
{{s-aft|after=[[Sunario Sastrowardoyo|Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo]]}}
{{Kotak mulai}}
|-
{{Kotak suksesi
{{S-new|office}}
|jabatan = [[Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]]
{{S-ttl|title=[[Rektor IAIN Imam Bonjol Padang]]|years=1967–1971}}
|tahun = [[1 Juni]] [[1957]]–[[1960]]
{{s-aft|after=[[Mansur Datuk Nagari Basa]]}}
|pendahulu = '''Jabatan baru'''
{{s-end}}
|pengganti = [[Sunario Sastrowardoyo|Prof. Mr. Sunario Sastrowardoyo]]
}}
{{Kotak suksesi
|jabatan = [[Rektor IAIN Imam Bonjol Padang]]
|tahun = [[1967]]–[[1970]]
|pendahulu = '''Jabatan Baru'''
|pengganti = H. [[Mansur Datuk Nagari Basa]]
}}
{{Kotak selesai}}
{{artikel pilihan}}
 
Baris 289 ⟶ 322:
[[Kategori:Ulama Nusantara|Mahmoed Joenoes]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Mahmoed Joenoes]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau|Mahmoed Joenoes]]
[[Kategori:Tokoh dari Tanah Datar|Mahmoed Joenoes]]