Mangai binu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Laseapollo (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Sin Tahari (bicara | kontrib) →Peninggalan: Perbaikan beberapa kalimat. Saran : tetap netral dalam menyampaikan sudut pandang Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
[[Berkas:Divinatory_Skulls;_1Dyke_Bay_and_2Nias_Island_Wellcome_M0012302.jpg|al=|jmpl|Tengkorak dari Nias (kanan) yang diberi hiasan janggut dari serabut tumbuhan]]
'''''Manga'i binu''''' atau '''''mangai binu''''' adalah tradisi [[Pemburuan kepala|berburu kepala]] oleh ''emali'' di [[Pulau Nias]], [[
== Etimologi ==
Baris 17:
=== Persiapan ===
[[Berkas:Adu Siraha Horö.jpeg|jmpl|Adu Siraha Horö, patung pembersih dosa|pra=Special:FilePath/Adu_Siraha_Horö.jpeg]]
Sebelum melakukan ekspedisi perburuan kepala manusia, para ''emali'' akan meminta perlindungan dari dewa perang melalui perantaraan Adu Siraha Horö agar mendapatkan kepala yang banyak.<ref>{{Cite web|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=1714|title=Adu Siraha Horo|last=|first=|date=|website=Warisan Budaya Takbenda Indonesia|access-date=18 Februari 2020}}</ref> Mereka mengenakan ikat pinggang yang terbuat dari kulit buaya dan hiasan kepala dari taring [[Babi celeng|babi hutan]].{{Sfn|Beatty|2019|p=74|ps=: "Before setting out, raiders would lap blood from a pig's trough, then gird themselves with crocodile-hide and tusked helmets."}} Pedang yang digunakan untuk berburu adalah ''tolögu'' milik bangsawan dari [[Kabupaten Nias Selatan|Nias Selatan]]. Pada sarung pedang tersebut dilengketkan ''ragö,'' sebuah bola rotan yang dihiasi dengan benda-benda berkekuatan magis. Benda-benda itu dipercaya dapat
=== Pelaksanaan ===
Baris 38:
Kepala manusia biasanya dimintakan oleh seorang ayah kepada putra sulungnya untuk diletakkan di sebelah mayatnya sebagai pelayan di alam baka. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa putranya tersebut akan menerima roh kepemimpinan setelah ayahnya meninggal. Jika putra sulung tidak bisa, maka sang ayah akan memilih putra lain untuk menjalankan tugas tersebut.{{Sfn|Frazer|1922|p=294|ps=: "But it from any bodily or mental defect the eldest son is disqualified for ruling, the father determines in his lifetime which of his son shall succeed him.}} Dalam [[Upacara pemakaman|upacara kematian]] tradisional, orang tua tidak dikubur dan tubuhnya rutin dibersihkan. Ketika daging yang melekat pada tubuh mayat telah habis, tengkoraknya akan ditanam di bawah sebuah [[megalit]] yang didirikan di depan rumahnya. Mukanya diletakkan menghadap rumah dan dikuburkan bersama ''binu''.{{Sfn|Beatty|1992|p=43|ps=: "(..) were in the care of the eldest son. It was usually he who was instructed by the dying father to obtain human heads for the funeral ceremony."}}{{Sfn|Beatty|1992|p=230|ps=: "(...), a head might be taken for a funeral ovasa at which a stone was erected by the deceased man's successor."}}{{Sfn|Wiradnyana|2010|p=156|ps=: "Setelah daging yang melekat pada mayat itu habis, (…), lalu ditanam di bawah ''behu'' (batu berdiri). (…). Muka tengkorak itu menghadap ke depan rumah dan di antara tengkorak itu diletakkan binu untuk keperluan sebagai bantal, pembantu, penjaga."}} Jika pemimpin banua meninggal, tubuhnya akan dibiarkan sampai ahli warisnya telah mengumpulkan jumlah babi yang diperlukan untuk pemakaman.{{Sfn|Modigliani|1890|p=209|ps=: "E la che si depone il corpo di un Capo defunto finche l'erede non abbia riunito il numero di maiali necessari alla festa funebre (...)"}} Mereka beranggapan ''mangai binu'' adalah cara untuk mengambil jiwa atau kekuatan hidup korban dan untuk menawarkannya sebagai hadiah kepada roh-roh. Dengan cara ini, kepala banua memperoleh semacam jaminan untuk kehidupan setelah kematiannya. Jiwa korban juga berfungsi sebagai pengganti jiwa orang sakit sebagai hadiah yang menenangkan roh pendendam, yang diduga menyebabkan penyakit.{{Sfn|Schröder|1917|p=|ps=: "}}{{Sfn|Kruijt|1906|p=294-295}}{{Sfn|Zwaan|Pieter|p=110|ps=: "}} Dengan alasan magis pula, seorang budak dipenggal dan kemudian dikubur bersama tubuhnya ketika tuannya mengadakan sumpah sakral.{{Sfn|Modigliani|1890|p=210c|ps=: "Per dare maggiore forza ad un giuramento inviolabile, nel quale caso si decapita uno schiavo e la sua testa viene poi sotterrata insieme al corpo."}}<!-- diisi --><!-- diisi -->
''Binu'' disertakan dalam pembangunan fondasi banyak bangunan seperti rumah seorang pemimpin ([[Omo Sebua|''omo sebua'']]) dan ''bale/osali.'' Pendirian megalit seperti bangku batu di depan rumah pemimpin (''darodaro''), batu tempat pengadilan (''harefa''), dan batu ''[[Fahombo|hombo]]'' juga sama''.'' Dipercaya bahwa dengan fondasi ''binu'' dan tubuh seorang anak kecil, tumpukan batu akan berdiri kokoh.<ref name=":0">{{Cite
Tujuan ''mangai binu'' kemudian berkembang menjadi penanda status sosial karena memiliki ''binu'' berarti memiliki kemampuan tempur yang baik, atau jika hasil membeli berarti seseorang memiliki sarana finansial yang memadai karena ''binu'' adalah komoditas yang mahal.{{Sfn|Sundermann|1905|p=345–54, 408–31, 442–60|ps=: "}}<!-- diisi --> Jika seorang pria ingin meminang seorang wanita, dia harus menunjukkan kepala buruannya kepada keluarga calon istri. Keberhasilannya mendapatkan ''binu'' akan dikaitkan dengan keberhasilan orang tua dan leluhurnya dalam membesarkannya sehingga status sosial keluarga juga turut terangkat.<ref name=":0" />
Baris 55:
== Peninggalan ==
[[Fangesa Sebua|Masuknya Kekristenan di Nias]] membuat masyarakat enggan melanjutkan tradisi ini, terlebih ketika Belanda akhirnya mampu
=== Legenda ===
|